Judul buku: Welcome to 305
Penulis: Wanan
Penerjemah: Achie Linda
Penyunting: Nona Aubree
Proofreader: Selsa Chintya
Layout: Vanessa F.T
Penerbit: Haru
ISBN: 978-602-7742-59-8
Cetakan pertama, Januari 2016
244 halaman
Buntelan @penerbitharu
Namaku Kim Junghyun.
Melalui seorang teman, akhirnya aku mendapatkan teman sekamar.
Karena terburu-buru, aku jadi tidak mencaritahu info tentang calon teman sekamarku, tapi sepertinya dia orang baik.
Akhirnya, kehidupan tanpa orangtua yang kuidam-idamkan!
Hari pertama bertemu teman sekamarku, aku baru menyadari... dia penyuka sesama jenis!
Bagaimana nasib hidupku selanjutnya?
Kim Junghyun ingin hidup mandiri dan lepas dari orang tua, atas saran dari kakak seniornya, Junghyun akhirnya mendapatkan tempat kos yang diidam-idamkan, dia akan tinggal bersama seorang lelaki. Karena tidak memiliki waktu untuk menyelidiki siapa teman sekamarnya, dan percaya akan rekomendasi kakak senior, Jughyun yakin kalau yang akan tinggal dengannya adalah orang baik. Dia tidak sabar memulai kehidupan baru.
Namun, apa yang terjadi kalau semua harapannya kandas? Dari penampilan teman sekamarnya itu bisa dibilang sangat aneh, dia jarang memakai pakaian lengkap dan yang membuat Jughyun mengganga adalah pada pertemuan pertama lelaki tersebut menonton film yang tidak senonoh. Dia juga suka memasak tapi rasanya tidak karuan, sembarangan memasukkan bahan makanan. Lelaki yang bernama Kim Homo itu juga sering tersesat dan lupa jalan pulang. Dan yang lebih tidak dipercaya lagi, teman sekamarnya adalah penyuka sesama jenis.
Tapi...
Meski kita akrab dengan penyuka sesama jenis, bukan berarti kita harus menjadi seperti mereka.
Cobalah untuk berpikir, kamu nggak harus menerima semuanya.
Tapi kalau sudah berteman, nggak ada hal yang bikin nggak nyaman, karena dia sama dengan orang pada umumnya...
Jangan skeptis dulu ketika membaca sinopsis atau cuplikan buku ini, mungkin kesannya buku ini bergenre LGBT, tapi sebenarnya lebih ke persahabatan orang biasa dengan orang yang spesial. Dari segi ide cerita saya sangat menyukai Welcome to 305, buku ini menunjukkan kalau penyuka sesama jenis itu sama saja dengan lainnya, mereka berhak hidup, mereka berhak berteman. Saya bukan pendukung pecinta sesama jenis, tapi saya hanya mencoba memahami akan pilihan hidup mereka.
Junghyun ini adalah perwakilan orang-orang yang belum bisa menerima perbedaan, ketika dia memberitahu teman-temannya kalau dia tinggal dengan penyuka sesama jenis, dia dikompori untuk mencari tempat baru saja, mereka menganggap Homo akan membawa pengaruh buruk, dia gila, layak dibunuh. Kemudian ada satu teman Junghyun yang berbeda pendapat, orang yang membela tanpa pernah bertemu langsung dengan Homo, dia marah dan menyuruh mereka semua tidak perlu mengurusi atau membicarakan pilihan hidup orang lain. Hal-hal tersebut akan selalu ada, yang pro dan kontra. Akan ada orang yang selalu berprasangka buruk tanpa melihat kenyataan secara langsung.
Bagian yang saya sukai adalah ketika Homo sakit, Junghyun meminta agar ada teman yang mengurusi dirinya, selain itu juga ingin tahu apakah Homo juga punya teman yang 'normal'. Ketika beberapa teman Homo datang dan menghiburnya, tebakan Junghyun salah. Dia memiliki banyak teman, teman-teman yang menerima Homo apa adanya, yang akan ada ketika dia sakit atau kesusahan. Teman-teman yang dengan tulus menjaganya. Homo adalah orang baik, dia memang aneh tapi kalau sudah mengenal akan nyaman berada di dekatnya. Dia sama saja dengan orang lain, yang berhak mendapatkan kehidupan.
Sedikit kekurangan buku ini adalah beberapa artwork-nya menurut saya kurang mulus, ada beberapa tokoh yang hampir mirip, sehingga sedikit bingung siapa yang berbicara, dan harus membaca ulang. Selebihnya saya cukup menikmati buku ini, kesan berat dan cukup riskan disajikan dengan penuh humor. Kita akan dibuat jengkel dengan Junghyun, kita akan dibuat tersenyum dengan kekonyolan Homo. Buku ini membawa pesan yang bagus, jangan menilai orang dari luar dan seleranya, perbedaan bisa menciptakan kedamaian :D
Buku ini jauh dari kata selesai, bisa dibilang adalah permulaan, dan saya tidak sabar membaca lanjutannya.
3 sayap untuk kamar nomor 305.
Komik ya? Wah saya kalo baca komik suka pusing sama balon dialognya. Makanya kurang suka. Jadi kayaknya komik belum akan saya jadikan pilihan bacaan.
BalasHapusMungkin karena belum terbaisa aja kali ya, lama-lama menikmati juga kok, aku sangat cepat kalau baca komik dan sebangsanya, lebih mudah dicerna daripada kalau baca novel :))
HapusAaah suka komik begini. Tapi kok karakternya mirip2? entar bingung dong yaaa...
BalasHapusAwalnya emang agak bingung tapi lama kelamaan bisa ngikuti jalan ceritanya kok :)
Hapus