Sabtu, 30 Juli 2011

Rindu

8082565

By Sefryana Khairil
Penerbit: Gagasmedia
Desain cover: Jeffri Fernando
Cetakan: I, 2010
ISBN: 979-780-408-9
244 halaman

Kayaknya Sefry spesialis penulis pernikahan deh, baca tiga bukunya dan semua tentang pernikahan, tak apalah, untung genre favorit saya :))

Di Rindu, kita akan mendapatkan cerita tentang bagaimana kehilangan seorang anak itu bisa mengakibatkan retaknya rumah tangga. Hal inilah yang dialami oleh Zahra dan Krisna yang kehilangan satu-satunya anak mereka, Daffa, akibat kecelakaan. Tak ada lagi tawa, kehidupan mereka selalu dipenuhi akan kehilanggan Daffa. Zahra menjadi tidak bersemangat, di pikirannya hanya ada Daffa, Daffa dan Daffa, betapa sunyi tanpa kehadiran anak laki-lakinya itu. Karena terlalu bersedih, Zahra malah melupakan tugasnya sebagai seorang istri, melupakan tanggung jawabnya.

Sedangkan Krisna merasakan kesedihan yang dobel, dia tidak hanya kehilangan Daffa tetapi mulai kehilangan Zahra, istrinya. Dia tidak tahu bagaimana lagi caranya membahagiakan Zahra yang terpuruk, yang lebih sibuk menyesali diri sendiri dan cuek dengannya karena terlalu sering memikirkan Daffa, mereka saling menyalahkan, menyalahkan keadaan, menyalahkan semuanya sehingga memunculkan jarak yang membentang diantara mereka, semakin lama semakin jauh.
Quotes favoritku adalah

“Kehilangan, kegagalan, akan memberimu pelajaran menjadi manusia yang lebih baik. Kalau kamu nggak pernah salah, kamu selalu berbuat begitu, kan? Terus, terus, sampai lupa diri.”
“Menjadi bahagia bukan bagaimana bisa tersenyum, tapi bagaimana bisa menerima dengan hati lapang.”

Sedangakan adegan favoritku ada di halaman 226 waktu Krisna meminta Zahra kembali, dia bilang,
“Aku memang pernah bilang akan berhenti mencintai kamu, tapi itu bohong. Nyatanya, aku selalu nggak bisa. Berusaha berhenti mencintaimu lebih sulit daripada memulainya.” Awwww indah ya :D
Kehilangan anak memang sangat berat, bahkan kadang bisa memicu retaknya rumah tangga, tema itulah yang disuguhkan penulis dalam novelnya kali ini, sepanjang cerita kita akan melihat kesedihan yang mendalam seorang ibu kepada anaknya yang talah tiada, betapa berat melepas kepergiannya. Selain itu, kita juga mendapat gambaran sedihnya seorang ayah, Krisna memiliki cara tersendiri, berusaha tegar untuk Zahra walaupun dia juga merasakan kesedihan yang sama, dia juga memikirkan kesehatan dan perasaan istrinya, tanggung jawabnya lebih banyak, ditambah lagi dia merasa gagal untuk melindungi keluarganya.

Penulisan cerita masih khasnya Sefry, kata-kata, adegan yang romantis, tokoh wanita yang kuat, dan selalu ada cuplikan lagu di tiap babnya. Tapi, saya tidak terlalu menikmati novel ini, tidak seperti waktu membaca Coming Home dan Dongeng Semusim, tidak terlalu ngreget. Mungkin disepanjang cerita hanya berisi kesedihan Zahra sehingga serasa sempit ceritanya, tokohnya juga tidak terlalu banyak tapi itu memudahkan saya untuk tahu dan memahami posisisi mereka. Sukanya, Sefry selalu menyelesaikan masalah diantara tokohnya tanpa menghadirkan pihak ketiga, benar-benar menyerahkan masalah mereka untuk diselesaikan sendiri.

3 sayap untuk Zahra yang sedih terus.

Dongeng Semusim


6943559
By Sefryana Khairil
Pernebit:Gagasmedia
Cetakan: I, 2009
ISBN: 979-780-369-4
260 halaman.

“Adakah yang lebih sakit daripada kehilangan?”

Pernah berpikir kalau sewaktu pacaran dan menikah apakah lebih bahagia atau malah sebaliknya? Apakah kita akan lebih bahagia setelah menikah? Di novel ini Sefry menyuguhkan cerita dimana pasangan yang baru menikah menghadapi masalah yang kadang muncul di awal pernikahan, tidak siap mengalami perubahan, tidak siap mempunyai seorang anak.

Sarah sangat bahagia bisa menikah dengan Nabil, laki-laki yang sangat dicintainya dan juga mencintainya, laki-laki yang rela membuat dia pindah agama, rela menentang ayahnya. Tapi, bayangan pernikahan yang indah akan sebuah pernikahan tidak sepeti yang diharapkannya, Sarah menemukan sosok Nabil yang tidak pernah dia kenal sebelumnya, marah sewaktu Sarah memakai jilbab, mengaji, menghindar kalau ditanya apakah sudah sholat dan tidak ingin membahas masalah anak di pernikahan mereka yang baru seumur jagung.

Dilain pihak, Nabil merasa Sarah berubah, selalu memutuskan sesuatu tanpa meminta persetujuannya dulu, Nabil tidak suka bila ada yang merecoki kehidupannya, dia hanya ingin hidup sesuai dengan keinginannya, ia hanya ingin having fun! Perubahan Nabil mulai terlihat ketika Sarah hamil, dia merasa belum siap akan kehadiran seorang anak yang identik dengan nagis, ganti popok, ngasih susu, bangun malam, apa yang menarik dari pernikahan kalau begitu? Sejak itu rumah tangga mereka benar-benar berubah. Nabil sangat cuek dengan kehamilan Sarah, tidak pernah menanyakan keadaan anaknya, sering pulang malam untuk menghindar, pertengakaran pun mulai mengiasi rumah mereka. Apakah Nabil benar-benar jodoh Sarah?

Membaca novel ini saja jadi berpikir nikah itu ternyata nggak gampang, hahahaha. Apakah indahnya waktu pacaran akan terus berlanjut setelah menikah? Apakah kehadiran seorang anak akan menambah kebahagiaan atau malah menghancurkannya? Saya suka cerita yang bertemakan pernikahan dan aku sangat suka karya-karya Sefryana Khairil, dia meramu cerita pernikahan yang mungkin sering muncul di sekitar kita dengan masalah-masalah yang menarik untuk diceritakan, meramu kalau pernikahan itu tidak selalu indah. Ada bagian yang menurut kita akan lebih bahagia tapi malah menghancurkannya, contohnya adalah kehadiran seorang anak. Ketidaksiapan Nabil akan perubahan Sarah setelah menikah membuat dia kacau, dia merasa tidak akan bisa bersenang-senang lagi kalau punya anak dan marah karena Sarah tidak meminta persetujuannya akan keputusan yang diambil Sarah. Saya jadi paham kalau dalam pernikahan itu membutuhkan keterbukaan, baik pikiran maupun sikap, saling mengerti, apalagi memiliki anak, kita bener-benar harus siap.

Kalau nggak romantis bukan Sefry namanya, hehehhe. Banyak kalaimat maupun sikap Nabil yang sangat romantis,  dalam hal sepele pun. Walaupun kadang egois, Nabil akan membayarnya dengan perhatian yang akan membuat Sarah klepek-klepek #eaaaa.

Adegan favoritku ada di halaman 46 waktu Sarah bilang,
“Anak itu seperti warna pada gambar, Sayang.” Kata Sarah. “Pernah nggak, sih, kamu berpikir kalau hidup kita itu seperti sketsa-sketsa? Ada goresan, guratan dan arsiran. Pasti nggak lengkap tanpa warna. Seperti raga tanpa jiwa, sketsa juga membutuhkan warna.”
Lalu dia bertanya pada Nabil, “Kenbapa aku?”
Lalu Nabil bilang, “ Ya…. Karena kamu. Jawabannya gampang, kan?”

Kerasa banget kesabaran Sarah, bagaimana dia menghadapi keegoisan Nabil, bagaimana dia ingin menunjukkan betapa inginnya mempunyai anak, Sarah benar-benar kuat, aku suka karakter dia :D.
Berikut quotes favorit ku,
Cinta punya banyak sisi untuk melihat, karena itu cinta bisa memahami.
Mungkin gue yang nggak tahu dari sisi mana cinta melihat, Ky. Gue cuma tahu cinta yang dilihat oleh mata gue sendiri.
Hazelnut itu memiliki rasa gurih. Sementara itu, blueberry terasa manis asam. Campuran gurih, manis, dan sedikit asam itu seperti hidup. Kadang-kadang kita merasa hidup itu gurih, tapi penuh dengan asam dan manis.
Itu hanya beberapa quotes favoritku, masih banyak lagi karena kata-kata yang di tulis Sefry benar-benar romantis, baca sendiri deh dan temukan sendiri quotes favoritmu, hehehehe.

4 sayap untuk Sarah yang kuat.


NB: dianjurkan bagi mereka yang mau menikah untuk membaca novel ini, biar tahu gurih, manis, dan asamnya pernikahan XD.

Jumat, 29 Juli 2011

The Day of The Jackal


284108_2189100376575_1519057220_2429062_7597544_n


By Frederick Forsyth
Penerjemah: Ranina B. Kunto
Penerbit: Serambi
Cetakan: I, Juni 2011
ISBN: 978-979-024-356-9
609 halaman

Sebenarnya saya bingung mau menulis review ini, ceritanya terlalu mbulet dan saya tidak benar-benar menyelesaikannya. Membaca buku ini seperti seorang vegetarian yang disuguhi daging dan saya harus memakannya (memasuki bagian lebay). Tidak usah bertele-tele lagi nanti reviewnya malah mbulet, langsung saja ke inti cerita.

Diawali dengan kematian pemimpin geng pembunuh dari OAS (Organisation L’Armee Secrete), Jean Marie Bastien-Thiry yang telah berusaha menembak Presiden Prancis saat itu, Charles de Gaulle karena dia meyakini kalau Gaulle telah menghianati Prancis dan orang-orang yang pada tahun 1958 telah memilihnya kembali menjadi presiden, atas kebijakannya menyerahkan Aljazair kepada kaum nasionalis Aljazair. Namun, kematiannya justru menjadi permulaan. Colonel Marc Rodi, kepala operasi OAS yang baru juga merasa dihianati dan kebenciannya kepada Gaulle semakin menjadi, dia pun melaksanakan kudeta besar-besaran untuk menggulingkan pemerintah pada bulan April 1961 namun kudeta tersebut gagal, kemudian bersama dua temannya di OAS, Rene Montclair, bendahara OAS dan Andre Lasson, coordinator gerakan bawah tanah OAS-CNR di Prancis Metropolitan, mereka membutuhkan seorang professional , orang luar yang pandai dalam pembunuhan politik karena organisasi mereka telah banyak disusupi oleh agen-agen Dinas rahasia Prancis sehingga tidak banyak lagi keputusan yang menjadi rahasia dan wajah mereka juga familier di kalangan polisi Prancis. Mereka membutuhkan orang luar yang didak diketahui identitasnya, pembunuh bayaran dengan harga setengah juta dolar, dia berinisial Jackal.

Jackal pun memulai strateginya dengan membuat identitas atau paspor palsu, merancang sendiri senjatanya agar benar-benar cocok dengan strategi pembunuhannya nanti yang akan dilaksanakan pada waktu kemerdekaan Prancis. Intinya, segalanya terencana dengan baik dan detail. Tentu saja pemerintah Prancis tidak diam begitu saja, mereka mengetahui kalau ada bahaya yang akan mengencam keselamatan presiden, tapi mereka tidak tahu siapa bahkan OAS, DST, Dinas Aksi, RG, tidak ada yang mengetahui identitas sang Jackal. Mereka membutuhkan nama, wajah, paspor agara bisa menahannya, untuk menemukan namanya secara rahasia, mereka membutuhkan seorang detektif. Cerita pun berlanjut akan pengejaran detektif terbaik Prancis, Komisaris Claude Lebel akan keberadaan Jackal. Seperti judul film, Catch Me If You Can.

Buku tebal dan kertasnya tipis ini dibagi menjadi tiga bagian: Anatomi Perencanaan, Anatomi Perburuan Manusia, Anatomi Pembunuhan. Sebenarnya buku ini lumayan apalagi bagi penyuka serial detektif, pemeran antagonis sebagai tokoh utama yang jarang dipakai oleh penulis lain menjadikan buku ini cukup penasaran untuk dibaca, isinya pun benar-benar detail, baik latar belakang terjadinya kudeta, agen-agen militer dan rahasia Prancis, pengejaran Jackal, cara pembunuhannya sangat terencana, penulis begitu pandai menjabarkannya. Sayangnya dari awal saya sudah bingung dan tidak konsen membaca buku ini, hal sepele pun juga dijelaskan dengan detail, ceritanya terlalu mbulet dengan banyaknya tokoh sehingga saya terpaksa melewati atau membaca sekilas saja beberapa halaman. Mungkin karena “Bukan ukuran baju saya,” kebesaran, sehingga saya tidak nyaman membacanya. Mungkin saya lebih cocok dengan filmnya ^^
2 sayap untuk sang penjagal.

Tentang penulis

Frederickforsyth

Frederick Forsyth lahir di Inggris pada 25 Agustus 1938. Pada 1956, ia menjalani Wajib Militer sampai 1958, dan pada usia 19 tahun menjadi pilot termuda di Angkatan Udara. Pada 1969, ia mulai menulis buku pertamanya, The Biafra Story, setelah keluar dari BBC pada 1968. Kini ia bermukim bersama isterinya di Hertfortshire, Inggris.
The Day of The Jackal, pertama kali terbit tahun 1971, menjadi buku laris dan mendapatkan penghargaan novel terbaik Edgar Allan Poe Award 1972. Novel-novel Forsyth bercerita seputar peperangan, intrik internasional, intrik politik, spionase dan kriminalitas lintas Negara, mungkin terinspirasi dari latar belakangnya mengikuti Wajib Militer kali ya, hehehe. Karya-karya lainnya yang juga mendapat pengakuan luas diantaranya adalah  The Dogs of War, The Odessa File, The Devil’s  Alternative, The Fourth Protocol, The Negotiator, The Deceiver, The Fist of God, Icon, Avenger, The Afghan, dan The Cobra.
The Day of The Jackal ini juga pernah dibuat film bahkan sampai dua kali pada tahun 1973 dan 1997. Pada film pertamanya mendapatkan penghargaan BAFTA Award, 1974 sebagai Best Film Editing dan remake filmnya dibintangi oleh Richard Gere dan Bruce Willis.

220px-day_of_the_jackal_ver1Mv5bmzcymjk4nzuzmf5bml5banbnxkftztcwnjmzoti1mq

Kamis, 28 Juli 2011

Daddy Long Legs

Dear Mr. Daddy-Long-Legs
Saya ingin menulis review surat yang berisi keluhan, maaf jika anda tidak berkenan sebelumnya. Saya sangat bosan membaca cerita yang berisi seorang gadis yang menulis surat sebulan sekali untuk anda, anda saja tidak pernah membalas surat dari saya, jadi jangan marah kalau saya sering sekali melompati surat-surat yang ditulis gadis bernama Jerusha Abbott atau biasa dipanggil Judy. Saya heran, kenapa dia bisa tahan menulis surat bertahun-tahun tanpa mendapatkan balasan sekali pun. Inti yang saya dapat dari membaca beberapa suratnya adalah anda memberikan beasiswa ke perguruan tinggi kepada anak tertua di panti asuhan John Grier itu beserta biaya hidupnya tapi dengan syarat Judy harus menceritakan perkembangan sebulan sekali di perguruan tinggi itu kepada anda melalui surat. Tentu saja itu menjadi teka teki bagi Judy, kenapa anda tertarik padanya padahal anda sebelumnya tidak pernah tertarik dengan anak perempuan. Saya mencoba mencari alasannya sendiri dengan melompati surat-surat Judy dan berharap menemukan surat balasan anda, menemukan siapa sebenarnya laki-laki yang berkaki panjang, tuan baik budiman, tapi ternyata nihil. Dan akhirnya saya menemukan jati diri anda sebenarnya, di ending, sekian dan tamat. Entahlah, saya juga tidak mengerti kenapa saya tidak bisa menikmati surat-surat Judy, terlalu bosan karena saya merasa hanya dia satu-satunya tokoh dalam cerita walaupun dalam surat dia menceritakan pengalamannya sewaktu kuliah, suka duka, teman-teman, kampus, tempat tinggalnya dan bagaimana Judy mulai ketagihan munulis surat untuk anda. Dengan berat hati, saya memberikan satu sayap untuk kisah Judy dan anda,Tuan Orang Kaya yang tidak ingin identitasnya diketahui.

Dari yang tidak suka kisah klasik,
Orang-yang-tidak-perlu-disebut-namanya

Penulis: Jean Webster
Penerjemah: Ferry Halim (dia lagi XD)
Penyunting: Ida Wajni (familier sekali ya di buku Atria :p)
Pewajah Isi: Aniza Pujiati (dia juga, hihi)
Cetakan: I, November 2009
ISBN: 978-979-1411-83-7
235 halaman

7251710

Firelight

11210123

“Jantungku berdebar keras saat dia bergerak semakin dekat. Aku tahu kapan tepatnya dia melihat. Dia tidak bergerak bagaikan membeku, terdiam di dalam air, terbenam dalam, dan permukaan air menyapu bibirnya.
Kami menatap satu sama lain.”

Jacinda hampir saja terbunuh kalau saja penolongnya, Will, salah satu pemburu draki (manusia keturunan naga) tidak berbohong akan keberadaannya yang pada saat itu sedang bersembunyi dalam wujud seekor naga. Sejak saat itu, ibu beserta adiknya, Tamra yang tidak mempunyai kelebihan seperti saudara kembarnya melarikan diri dari kelompok. Ibunya takut kalau nasip Jacinda akan seperti ayahnya sehingga dia ingin menghilangkan naluri drake dalam diri Jacinda dan dia tidak ingin anaknya menjadi mesin reproduksi bagi kelompok mereka karena Jacinda adalah satu-satunya draki penyembur api dimana sudah lebih dari empat ratus tahun jenis draki itu absen, dengan dijodohkannya Jacinda dengan Cassian, anak dari pimpinan kelompok, Saverin. Berbeda dengan keenganan Jacinda untuk melarikan diri, adiknya, Tamra merasa sangat antusias, dia bisa keluar dari lingkungan yang menganggap dia tidak ada, semua orang mengelu-elukan kakaknya itu karena dia special sedangkan dirinya adalah draki yang tidak berfungsi. Selain itu, Cassian, laki-laki yang disukainya malah tergila-gila pada Jacinda.

Mereka pindah ke Chaparral, sebuah kota yang terletak di tengah gurun, daerah yang tandus, tidak ada pegunungan dan sanggat manjur untuk meredam naluri draki. Kehidupan baru mereka pun dimulai, hidup pas-pasan, ibunya bekerja di kelap malam, sedangkan Jacinda dan Tamra mulai bersekolah kembali. Tak disangka, di sekolah baru tersebut Jacinda malah bertemu dengan sang pemburu yang dulu pernah menolongnya. Jacinda merasakan sebuah energi bila berdekatan dengan Will, naluri drakinya bisa bangkit hanya berdekatan atau bersentuhan dengan dirinya walaupun di daerah yang panas sekalipun. Jacinda ingin menyangkal perasaannya pada Will karena dia tahu kalau keluarganya adalah pemburu draki, dan itu haram hukumnya. Selain itu, ada sepupu Will yang selalu mencurigai Jacinda, Xander,  dia sangat penasaran karena selama ini tidak ada perempuan yang menarik di mata Will. Jacinda dilema akan perasaannya, tidak hanya itu masalah yang timbul, Cassian berhasil menemukannya.

Suka sekali dengan buku ini, romantis hehehe. Agak mirip dengan Twilight dimana sisi romancenya lebih ditonjolkan dari pada aksi heroik tokoh-tokohnya. Cerita tentang macam-macam draki pun cukup seru , selain penyembur api ada juga draki air, draki phaser, draki dorman, draki visikriptor yang mampu menyamarkan penglihatannya, draki onyx (drake yang gagah, paling kuat, terbesar dari semua draki dan luar biasa cepat) contohnya adalah Cassian. Kalau saja lebih banyak lagi penjelasan tentang draki, jenis, kekuatan dan pertempuran lebih banyak maka buku ini akan sempurna (bagi saya loh). Tak mengapa, karena saya sangat terhibur akan kisah cinta Jacinda dan Will, merasa keki juga waktu Jacinda yang sering mau berubah menjadi draki karena tidak tahan kalau dekat-dekat dengan Will (udah deh, Will biar deket sama aku saja, halal Xp). Semoga lanjutannya cepat terbit (Vanish), endingnya menggantung sekali, masih penasaran dengan keluarga Will yang sedikit diceritakkan begitu juga Cassian dan para kelompoknya, ditambah lagi kenapa Tamra tidak bisa bertransformasi? Masih menjadi tanda tanya. Cinta terlarang antara pemburu dan buruannya ini wajib dinikmati oleh pecinta romance fantasy #eaaaa

4 sayap untuk si penyembur api.

Penulis: Sophie Jordan
Penerjemah: Ferry Halim (perasaan dia terus yang jadi penerjemah, hehe)
ISBN: 978-979-024-475-7
Cetakan: I, April 2011
425 halaman

Jujur ya, lebih suka cover aslinya walaupun yang terjemahan juga bagus, yang asli cantik kayak aku #plakkkk

64484709436632
Sophie Jordan adalah penulis Young Adult Fiction, Historical romance, dan Paranormal Romance jadi nggak heran dong kalau karya-karyanya romantis abis hehehe, untuk lebih lengkapnya silahkan berkunjung ke www.sophiejordan.net

Suddenly Supernatural: Arwah Di Sekolah

10565980
Penulis: Elizabeth Cody Kimmel
Penerbit: Atria
Judul Asli: Suddenly Supernatural, School Spirit
 terbitan Litle, Brown and Company, New York 2008
Penerjemah: Barokah Ruziati
Cetakan: I, 2011
ISBN: 978-979-024-467-2
207 halaman.

Kalau membaca buku ini, saya jadi teringat teman yang juga memiliki kelebihan Kat, seorang medium atau kalau menurut “kebudayaan” kita biasa disebut paranormal. Orang yang bisa melihat hantu, pemanggil arwah, yang bisa menghubungkan dunia lain dengan dunia kita. Dulu sempet ngeri kalau dia parno sendiri dan tiba-tiba saja bilang ada hantu di dekat saya, rasanya pengen nyekek dia dan tidak keberatan kalau dia yang mengantikan hantu tersebut (semoga dia tidak baca). Tapi, lama-lama saya jadi terbiasa asal jangan bilang siapa yang ada di sebelah saya (lagi).

Kalau dilihat dari judulnya dan sekilas sinopsisnya, buku ini bergenre horror, percayalah, kau tidak akan meringkuk di bawah selimut setelah membacanya, kau akan terkikik sendiri sewaktu membacanya.
Kat seperti menemukan celah untuk menjadi salah satu murid populer, dia dipasangkan dengan Shoshanna Longborrow, gadis paling populer di sekolahnya untuk riset Proyek Ilmu Sosial Hooverdam. Tapi, Shoshanna tidak nyaman tinggal di rumah tua Kat, merasa aneh, mendengar serangkaian jeritan, erangan dan raungan berkumandang di seluruh rumah, dia berpikir kalau rumah Kat berhantu dan mengganggap Kat adalah orang aneh. Gagallah Kat mendapatkan tempat duduk di meja makan siang besama cewek-cewk populer di sekolahnya.

“Kelebihan” Kat yang diwariskan ibunya mulai muncul, dia mulai sering melihat penampakan-penampakan di sekitarnya dan itu sangat mennganngunya, dia baru saja mempunyai teman, satu-satunya teman setelah lebih dari setahun menjadi anak tak terlihat di sekolahnya, dia takut bila teman barunya itu akan mengaggap dirina aneh dan lari seperti Shoshanna. Dia adalah Jac, si Cewek Selo. Awalnya Kat mengacuhkan penampakan yang ada disekitarnya, tapi, ada satu hantu yang mencoba menarik perhatian Kat, mencoba meminta bantuannya. Suzanne Bennis, cewek berambut pirang dalam dua kepang panjang, tebal dan rok panjang, yang dulunya adalah pemain flute di sekolahnya, meninggal selama hampir lima puluh tahun. Waktu di perpustakaan Kat dan Jac mendengar buku jatuh dari rak tanpa alasan yang jelas, halaman terkuak sendiri, dan berhenti pada satu halaman seorang gadis yang memegang flute, meninggal dunia saat usianya baru tujuh belas tahun. Kemudian, Kat menyadari ada seseorang yang berdiri di belakang Jac, seorang cewek beramput pirang yang berkepang dua panjang. Seseorang yang baru-baru ini selalu menghantuinya.
Dimulai dari melihat arwah Suzanne di perpustakaan, Kat pun membeberkan rahasianya kepada Jac kalau dia adalah seorang medium dan tak dikira, Jac malah kagum akan “kelebihan” Kat. Jac pun juga bercerita tentang rahasianya kalau dia tidak ingin bermain Selo lagi, dia hanya menyeret Selo kemanapun dia pergi tanpa sekalipun memainkannya, mereka pun menjadi sahabat karib. Usaha Suzanne yang terus menerus meneror,  mau tidak mau membuat Kat tidak bisa tinggal diam, bersama Jac dia mulai munguak kenapa dia bisa meninggal dan apa maunya, mencari tahu kanapa dia masih tinggal di dunia.

Sudah dijelaskan sedikit di awal walaupun sepertinya ini cerita horror, saya lebih banyak ngikik daripada takut. Banyak adegan lucu, seperti waktu pertama kali Kat dan Jac berkenalan di halaman 18, “Aku Jac.” Katanya, “Bukan pakai K. J-A-C.” dan Kat mengenalkan dirinya K-A-T, dengan K. Yang paling bikin ngakak nih, waktu Brooklyn menghina ibunya Kat akan “profesinya” dia membalasnya dengan menakut-nakuti dengan merapal mantra palsu untuk memanggil hantu, dan percayalah, aksi yang awalnya hanya iseng itu terjadi sungguhan, arwah suzzane yang datang, LOL. Selain itu panggilan “sayang” mereka satu sama lain, Mama Vodoo dan
Aku suka karekter Kat, walaupun di awal dia merasa terbebani akan “warisan” ibunya lama-lama dia bisa menerima perubahan itu bahkan kadang bersikap konyol, dia tidak bisa membedakan apakah itu arwah atau orang sungguhan seperti waktu dia berkunjung di rumah Jac, dia melihat laki-laki dan memberi senyum, diakhir kunjungan dia bilang ke Jac, “Rumahmu berhantu.” Kalau teman saya berkata seperti itu, saya akan mencekek lehernya.

Yang membuat aku tidak nyaman dengan buku ini adalah pemakaian kata “nggak” dipercakapan, entahlah, saya lebih nyaman kalau menggunakan kata “tidak” saya rasa malah lebih pas. Selebihnya buku ini cukup enak untuk dilahap. Penasaran sekali sama “hantu lain” di perpustakaan, tidak sabar menunggu kelanjutannya dan kabarnya udah mau terbit, saatnya berburu buntelan buku lanjutannyan ^^

3 sayap untuk si medium.

Jumat, 01 Juli 2011

Bacaan Bulan Juni 2011

Bulan ini lagi nggak produktif karena banyak ujian dan mood baca lagi menurun jadi hanya ini saja yang dibaca, awalnya cuman nargetin 4 buku dalam sebulan tapi kelebihan beberapa hehehhe, untungnya bisa di review semua :)
  1. Terperangkap dalam pesona sang kapten by Kresley Cole
  2. Diary si Bocah tengil #1 by Jeff Kinney
  3. Diary si Bocah tengil #2 by Jeff Kinney
  4. Diary si Bocah tengil #3 by Jeff Kinney
  5. Diary si Bocah tengil #4 by Jeff Kinney
  6. Propechy of The Sisters by Michelle Zink
  7. Gairah Cinta Viking by Johanna Lindsey
  8. Amuled Samarkand by Jonathan Stroud



Rekomendasi Bulan Ini

Buku Remaja yang Boleh Dibaca Siapa Saja | Rekomendasi Teenlit & Young Adult

K urang lebih dua tahun yang lalu saya pernah membahas tentang genre Young Adult dan berjanji akan memberikan rekomendasi buku yang as...