Penulis: Elizabeth Cody Kimmel
Penerbit: Atria
Judul Asli: Suddenly Supernatural, School Spirit
terbitan Litle, Brown and Company, New York 2008
Penerjemah: Barokah Ruziati
Cetakan: I, 2011
ISBN: 978-979-024-467-2
207 halaman.
Kalau membaca buku ini, saya jadi teringat teman yang juga memiliki kelebihan Kat, seorang medium atau kalau menurut “kebudayaan” kita biasa disebut paranormal. Orang yang bisa melihat hantu, pemanggil arwah, yang bisa menghubungkan dunia lain dengan dunia kita. Dulu sempet ngeri kalau dia parno sendiri dan tiba-tiba saja bilang ada hantu di dekat saya, rasanya pengen nyekek dia dan tidak keberatan kalau dia yang mengantikan hantu tersebut (semoga dia tidak baca). Tapi, lama-lama saya jadi terbiasa asal jangan bilang siapa yang ada di sebelah saya (lagi).
Kalau dilihat dari judulnya dan sekilas sinopsisnya, buku ini bergenre horror, percayalah, kau tidak akan meringkuk di bawah selimut setelah membacanya, kau akan terkikik sendiri sewaktu membacanya.
Kat seperti menemukan celah untuk menjadi salah satu murid populer, dia dipasangkan dengan Shoshanna Longborrow, gadis paling populer di sekolahnya untuk riset Proyek Ilmu Sosial Hooverdam. Tapi, Shoshanna tidak nyaman tinggal di rumah tua Kat, merasa aneh, mendengar serangkaian jeritan, erangan dan raungan berkumandang di seluruh rumah, dia berpikir kalau rumah Kat berhantu dan mengganggap Kat adalah orang aneh. Gagallah Kat mendapatkan tempat duduk di meja makan siang besama cewek-cewk populer di sekolahnya.
“Kelebihan” Kat yang diwariskan ibunya mulai muncul, dia mulai sering melihat penampakan-penampakan di sekitarnya dan itu sangat mennganngunya, dia baru saja mempunyai teman, satu-satunya teman setelah lebih dari setahun menjadi anak tak terlihat di sekolahnya, dia takut bila teman barunya itu akan mengaggap dirina aneh dan lari seperti Shoshanna. Dia adalah Jac, si Cewek Selo. Awalnya Kat mengacuhkan penampakan yang ada disekitarnya, tapi, ada satu hantu yang mencoba menarik perhatian Kat, mencoba meminta bantuannya. Suzanne Bennis, cewek berambut pirang dalam dua kepang panjang, tebal dan rok panjang, yang dulunya adalah pemain flute di sekolahnya, meninggal selama hampir lima puluh tahun. Waktu di perpustakaan Kat dan Jac mendengar buku jatuh dari rak tanpa alasan yang jelas, halaman terkuak sendiri, dan berhenti pada satu halaman seorang gadis yang memegang flute, meninggal dunia saat usianya baru tujuh belas tahun. Kemudian, Kat menyadari ada seseorang yang berdiri di belakang Jac, seorang cewek beramput pirang yang berkepang dua panjang. Seseorang yang baru-baru ini selalu menghantuinya.
Dimulai dari melihat arwah Suzanne di perpustakaan, Kat pun membeberkan rahasianya kepada Jac kalau dia adalah seorang medium dan tak dikira, Jac malah kagum akan “kelebihan” Kat. Jac pun juga bercerita tentang rahasianya kalau dia tidak ingin bermain Selo lagi, dia hanya menyeret Selo kemanapun dia pergi tanpa sekalipun memainkannya, mereka pun menjadi sahabat karib. Usaha Suzanne yang terus menerus meneror, mau tidak mau membuat Kat tidak bisa tinggal diam, bersama Jac dia mulai munguak kenapa dia bisa meninggal dan apa maunya, mencari tahu kanapa dia masih tinggal di dunia.
Sudah dijelaskan sedikit di awal walaupun sepertinya ini cerita horror, saya lebih banyak ngikik daripada takut. Banyak adegan lucu, seperti waktu pertama kali Kat dan Jac berkenalan di halaman 18, “Aku Jac.” Katanya, “Bukan pakai K. J-A-C.” dan Kat mengenalkan dirinya K-A-T, dengan K. Yang paling bikin ngakak nih, waktu Brooklyn menghina ibunya Kat akan “profesinya” dia membalasnya dengan menakut-nakuti dengan merapal mantra palsu untuk memanggil hantu, dan percayalah, aksi yang awalnya hanya iseng itu terjadi sungguhan, arwah suzzane yang datang, LOL. Selain itu panggilan “sayang” mereka satu sama lain, Mama Vodoo dan
Aku suka karekter Kat, walaupun di awal dia merasa terbebani akan “warisan” ibunya lama-lama dia bisa menerima perubahan itu bahkan kadang bersikap konyol, dia tidak bisa membedakan apakah itu arwah atau orang sungguhan seperti waktu dia berkunjung di rumah Jac, dia melihat laki-laki dan memberi senyum, diakhir kunjungan dia bilang ke Jac, “Rumahmu berhantu.” Kalau teman saya berkata seperti itu, saya akan mencekek lehernya.
Yang membuat aku tidak nyaman dengan buku ini adalah pemakaian kata “nggak” dipercakapan, entahlah, saya lebih nyaman kalau menggunakan kata “tidak” saya rasa malah lebih pas. Selebihnya buku ini cukup enak untuk dilahap. Penasaran sekali sama “hantu lain” di perpustakaan, tidak sabar menunggu kelanjutannya dan kabarnya udah mau terbit, saatnya berburu buntelan buku lanjutannyan ^^
3 sayap untuk si medium.
Hiiii... Kebayang ya kalo punya "kelebihan" kayak gt.. Musti super duper kuat mental :)
BalasHapusiya mb, tapi lama-lama bisa terbiasa kok ^^
BalasHapusOh bukunya gak seserem covernya yah?
BalasHapusBagus juga sih untuk anak2. Kalau bunya serem nanti anak2 gak baca buku ini deh