Mungkin aku dibutakan oleh cinta, sebab akalku dikacaukan olehmu.
Seberapa banyak pun aku meminta, kau takkan memilihku.
Ini yang kau sebut cinta?
Menunggumu bukan pilihan.
Izinkan aku meninggalkanmu, dengan serpihan hati yang tersisa.
Dan jika ternyata dia yang ada di sana,
sama-sama menanggung keping-keping hati yang berhamburan,
saat kami saling menyembuhkan—salahkah itu?
Ini yang kau sebut cinta?
Menunggumu bukan pilihan.
Izinkan aku meninggalkanmu, dengan serpihan hati yang tersisa.
Dan jika ternyata dia yang ada di sana,
sama-sama menanggung keping-keping hati yang berhamburan,
saat kami saling menyembuhkan—salahkah itu?
After Rain
Penulis: Anggun Prameswari
Penyunting: Ayuning
Proofreader: Jia Effendie
Desain dan ilustrasi sampul: Levina Lesmana
Penerbit: Gagasmedia
ISBN: 979-780-659-6
Cetakan pertama, 2013
324 halaman
Harga: 46k
Buntelan dari @GagasMedia
Sejak membaca cerpen Anggun Prameswari di buku ini, saya langsung menjadikan dia penulis yang bukunya wajib dilirik, saya sangat terpesona dengan cerpen yang dibuatnya, memorable sekali. Cerpen tersebut terasa suram dan sedikit melow, tapi di sisi yang sama sanggup membuat saya terngiang-ngiang akan ceritanya. Saya menantikan karya selanjutnya, apakah gaya menulis Anggun memang seperti itu? Dan benar, di buku pertamanya ini pun aura melow sangat terasa. Dari segi cerita, tema utamanya sudah sering diangkat oleh penulis lain, contohnya adalah Good Fight - Christian Simamora, yaitu tentang cinta segitiga, perselingkuhan. Kalau di Good Fight ceritanya lebih membahas hubungan yang baru sedangkan buku ini lebih banyak membahas tentang bagaimana bisa lepas dari cinta yang salah.
Penulis: Anggun Prameswari
Penyunting: Ayuning
Proofreader: Jia Effendie
Desain dan ilustrasi sampul: Levina Lesmana
Penerbit: Gagasmedia
ISBN: 979-780-659-6
Cetakan pertama, 2013
324 halaman
Harga: 46k
Buntelan dari @GagasMedia
Sejak membaca cerpen Anggun Prameswari di buku ini, saya langsung menjadikan dia penulis yang bukunya wajib dilirik, saya sangat terpesona dengan cerpen yang dibuatnya, memorable sekali. Cerpen tersebut terasa suram dan sedikit melow, tapi di sisi yang sama sanggup membuat saya terngiang-ngiang akan ceritanya. Saya menantikan karya selanjutnya, apakah gaya menulis Anggun memang seperti itu? Dan benar, di buku pertamanya ini pun aura melow sangat terasa. Dari segi cerita, tema utamanya sudah sering diangkat oleh penulis lain, contohnya adalah Good Fight - Christian Simamora, yaitu tentang cinta segitiga, perselingkuhan. Kalau di Good Fight ceritanya lebih membahas hubungan yang baru sedangkan buku ini lebih banyak membahas tentang bagaimana bisa lepas dari cinta yang salah.
Aku adalah benalu yang melilit Bara, menghisap sari pati cintanya, sampai tak ada yang tersisa untuknya mencintai Anggi.
"Tahu nggak, orang-orang yang suka model baju vintage konon adalah orang yang terjebak di masa lalu. Nggak bisa melanjutkan hidup." Kean berbisik di telingaku.
Serenade Senja, selama sepuluh tahun, sejak berumur enam belas tahun dia jatuh cinta dengan tetangganya, Sambara Darmasaputra. Seren tidak pernah membayangkan bagaimana hidupnya tanpa Bara, karena baginya, Bara adalah hidupnya, segalanya, yang tak akan pernah meninggalkannya. Perasaan Seren pun bersambut dan hubungan mereka tanpa kendala, sampai suatu saat Bara harus menerima perjodohan dengan anak rekan bisnis ayahnya, Bara tidak bisa menolak karena kesehatan sang ayah mengancamnya, Bara mengalah tapi dia tetap mencitai Seren. Selama tiga tahun menikah dengan Anggi dan mempunyai anak bernama Lily, Bara tetap menjalin hubungan dengan Seren, secara sembunyi-sembunyi.
Itulah efek samping kesepian. Tak peduli seberapa kecil tempat yang kau singgahi, semuanya akan terasa terlalu luas dan teramat dingin.
Sunguh, pengabaian adalah bentuk hukuman terberat untuk orang yang kita cintai.
"Kita,... ini apa?" Itu adalah pertanyaan Seren untuk Bara yang selalu menghindari jawabanya. Kean, sahabatnya sampai bosan menyadarkan Seren kalau dia hanya melukai perasaanya sendiri, Bara sudah berkeluarga apalagi mempunyai anak, sangat kecil Seren bisa masuk ke dalam keluarga kecil mereka, dia hanya akan menjadi benalu. Tapi Seren sangat mencintai Bara, dia tidak bisa melepaskannya, sepuluh tahun bukan waktu yang singkat untuk melupakan sebuah hubungan.
Kini aku tahu, semua akan baik-baik saja selalu diucapkan untuk membohongi mereka yang selamanya tidak akan merasa baik-baik saja.
Aku cuma secarik kenangan yang disobek paksa dari catatan kehidupan Bara, lalu diselipkan di balik tumpukan kaus kaki.
Bara mulai menjauh, baik di kantor maupun dalam komunikasi. Sampai Bara mengajak bertemu dan membahas kalau hubungan mereka tidak bisa diteruskan, Bara tidak bisa memilih Seren, dia lebih memilih Lily. Berbagai usaha Seren lakukan agar Bara merubah keputusannya tapi Bara malah selalu menghindarinya. Seren pun menyerah, dia mengikuti saran sahabatnya, dia harus move on, resign dan mencari cinta yang baru.
Konon katanya, kalau kita memusatkan pandangan pada seseorang, arahkan ke bagian tengkuk. Cukup semenit, maka dia akan tahu kalau kita sedang melihatnya. Tepat semenit, dia menoleh seakan tahu keberadaanku. Aku terkesiap. Mata kami saling bertaut beberapa detik.
Seren mengisi posisi yang ditinggalkan seorang guru Bahasa Inggris di sebuah sokolah swasta yang ada di Jakarta, dengan bermodal kemampuan berbahasa Inggris, Seren berani mencoba berbagai tantangan yang ditawarkan sekolah tersebut, termasuk seorang murid yang menganggap Seren tidak mempunyai kemampuan menjadi seorang guru. Di tempat itu juga dia bertemu lagi dengan lelaki yang pernah ditemuinya di panti asuhan, lelaki yang memiliki sorot mata begitu tajam seperti elang, lelaki yang sama-sama pernah terluka karena cinta, Elang Mahardhika.
Di awal alurnya agak lambat, cerita hanya berputar tentang kegalauan Seren akan cintanya pada Bara. Sedikit capek membacanya, saya tulis singkatnya seperti ini >> Seren cinta sama Bara tapi dia nggak mau jadi selingkuhan, Seren pengen Bara menceraikan Anggi tapi mereka sudah mempunyai Lily, Bara nggak bisa memilih, dia ingin memiliki mereka semua. Waktu Lily sakit, Bara sadar nggak bisa meninggalkan anaknya, kemudian memilih meninggalkan Seren. Gantian Seren yang nggak mau ditinggal Bara. Hosh, hosh. Jujur saja saya sangat sebal dengan karakter Seren dan Bara, penulis sukses mempermainkan emosi pembaca, terutama saya. Saya harus bertahan tiga bab pertama. Yang nggak saya suka itu terlalu cintanya Seren sama Bara, bahkan Bara udah punya anak pun dia tetap bertahan, enak bener jadi Bara, semaunya sendiri. Gantian waktu Seren mau ninggalin dia dan udah bisa sedikit move on, Bara malah kayak kebakaran jenggot, ngejar-ngejar Seren balik bahkan mau menceraikan Anggi, padahal Anggi lagi hamil anak kedua, bener-bener minta disaplak ini orang kalau perlu kirim aja ke Timbuktu."Jadi cinta itu adiksi. Semakin lo cinta sama seseorang, semakin besar ketergantungan lo sama dia. Semakin rapuh kalau tahu-tahu dia pergi. Semakin hancur hati lo kalau dia mengecewakan lo."
Untungnya, kehadiran sosok muka lempeng, berbau aftershave dan bersorot mata tajam mengalihkan duniaku :p. Suasana cerita masih sedikit melow, tapi kehadiran Elang membuat cerita menjadi sedikit misterius dan bikin hati deg-degan. Misterius tentang dirinya, tentang masa lalunya. Saya langsung jatuh cinta sama dia, apalagi waktu dibahunya tersampir softcase gitar, bener-bener mirip satria bergitar (muncul lagi julukan ini yang berarti dia keren mampus! tapi bukan Bang Rhoma ya, bukan! #sikap). Saya nggak akan banyak berbicara tentang Elang, biar reviewnya juga misterius dan kamu membaca sendiri bukunya, pokoknya dia itu cipokable XD.
Lalu, mataku tertuju pada seorang pria yang berdiri di depan pintu. Kemejanya abu-abu gelap, senada dengan terusanku hari ini. Celana jeans belel dan sepatu kulit cokelat itu menegaskan penampilannya yang trendi. Di bahunya, tersampir softcase gitar. Dia berdiri bersandar menempelkan sisi bahunya yang bebas. Tangannya terlipat di dada, seakan menunggu apa yang akan kulakukan. Sorot matanya begitu tajam. Setajam sorot mata burung elang.Bagian yang paling favorit adalah ketika Seren mendongeng di panti asuhan dan ketika hari pertama dia mengajar di SMA Pelita Nusantara, diperkenalkan dengan murid-murid yang tidak biasa, seru dan asik banget! Coba kalau semua guru cara mengajarnya seperti itu pasti murid-muridnya lebih cepat memahami dan pelajaran pun menjadi menarik.
Sedangkan kekurangan buku ini, kemunculan Elang kurang banyak, saya maunya satu buku tentang dia semua :p. Buku ini indah, bahasa yang digunakan penulis sederhana dan pemilihan kata yang digunakan tidak berlebihan, tidak mendayu-dayu, membuat saya betah membaca lembar demi lembar. Sudut pandangnya orang pertama melalui Seren, jadi kita ikut merasakan apa yang digalaukan Seren akan pilihan hidupnya. Sepuluh tahun mencintai seseorang dan lalu melupakannya bukan perkara mudah, karakter di buku ini begitu hidup, kenyataannya pun mungkin kita akan melakukan hal yang sama seperti apa yang dilakukan Seren. Manusiawi. Nggak perlu ditanya siapa karakter favorit saya, udah kelihatan banget kan? :D.
Buku ini bercerita tentang belajar melepaskan cinta yang salah, belajar memulai cinta yang baru lagi. Recomended banget kalau kamu suka cerita romance yang melow tapi nggak menye-menye, yang suka satria bergitar XD.
4 sayap untuk satria bergitarku.
NB:
Tentang penulis
Lahir pada 3 Juni, selain menulis, dia juga seorang freelance translator dan kesehariannya diisi dengan mengajar Bahasa Inggris di SMP-SMA Harapan Bangsa, Tangerang. After Rain adalah novel debut Anggun Prameswari, sebelumnya cewek Gemini pecinta bulan purnama ini sering menulis cerpen di banyak media nasional. (sumber: GagasMedia)
Anggun bisa dihubungi melalui:
@mbakanggun
http:// mbakanggun.blogspot.c om
Anggun bisa dihubungi melalui:
@mbakanggun
http://
Wahh menarik juga yaa sepertinya. Tapi saya kurang suka dengan cerita bertemakan perselingkuhan, emosi-emosi gimana gitu bacanya. Haha. Eh utk yang ini boleh lah dibaca yaa. Hehe.
BalasHapusNice review kak!
aku juga kurang suka tema cerita tentang perselingkuhan makanya pas awal baca agak gregetan, tapi buku ini bukan tentang perselingkuhannya tetapi bagaimana caranya bisa lepas dari perselingkuhan tersebut :)
HapusSuka sama cover yang menyatu antara front sama back-nya gini, kalo gak salah pertama kali lihat di buku Galaksi Kinanti. Dan ini terbitan Gagas ya, pantes....ilustrasi covernya memang selalu artistik. :)
BalasHapusGagas nggak usah dipertanyakan lagi mbak kalau soal cover :p
HapusNama tokohnya keren, Serenade Senja. Aku sebenernya pengen baca buku ini tapi belum punya dan kesampaian >.<
BalasHapusnanti ikutan aja giveaway-nya :p
HapusWah, abis kelar dua novel ini saya pasti baca ini, asli tergiuuur. Cakep ini kak :)
BalasHapuspasti :D
Hapus"Itulah efek samping kesepian. Tak peduli seberapa kecil tempat yang kau singgahi, semuanya akan terasa terlalu luas dan teramat dingin."
BalasHapusKalimat ituuuuh.. uwooooo.. >.<
*komentar ga berbobot*
curcol ya? :p
Hapusnggak kok, Sulis.. *kalem*
HapusWahh,,, banyak yang bilang buku mbak anggun ini bangus banget. Jadi pengen. tapi mau nungguin giveaway mbak aja deh dulu, haha :p
BalasHapusPemberian kadang lebih berkesan dibanding beli sendiri. Hahaha
Suka covernya aja, tapi ngga seberapa tertarik sama ceritanya. Sebenernya romance indo maupun luar negri berputar2nya ya disitu2 aja, tapi entah kenapa di indo selalu kesannya mirip sinetron.
BalasHapusaduuuhh quotes nya bikin ngiler pengen bacaaaa ><
BalasHapuspantesan aja novel ini mau cetak ulang, kisahnya sungguh menonjok dihati (?) :|
BalasHapusserius udah mau cetak ulang? :o
BalasHapuswow, harus dibeli nih.. covernya bagus bgt :D
Sesuai judulnya, After Rain, enakan dibaca malam, sehabis hujan turun dengan deras, hawa dingin, sepi. Mellow. Bikin galau. Maklum, membaca novel ini sama memikirkan masa depan. Kalau boleh mengulang kembali kisah yang sama, aku hanya ingin ada dua tokoh dalam kisah ini: Serenade & Bara. Aku dan kamu. Tiada yang lain.
BalasHapusWaktu liat di good reads ada beberapa orang yang ngasih 5 bintang untuk novel after rain. Jadi penasaran untuk baca.
BalasHapusmulai kata 'Rain' yang ada dijudul, udah keliatan melow.
BalasHapusbut i'm a melancholic person, i wonder if i'd overdose my melancholic side by reading this.
anyhow, i like all the names she choose for her characters :)
Satu tahun aja bertahan dengan cinta yang salah udah bisa dibilang "gila", lah ini bertahun tahun, waw! Mungkin terkesan melelahkan membaca kisah Bara dan Seren, nggeregetin karna kerumitan yang mereka buat, tapi memang di dunia nyata pun orang orang yang sudah masuk dalam lingkaran cinta yang salah akan berlaku menggemaskan begitu. Seperti kata kakak, manusiawi.
BalasHapusWow ini bisa diterapkan nih "Konon katanya, kalau kita memusatkan pandangan pada seseorang, arahkan ke bagian tengkuk. Cukup semenit, maka dia akan tahu kalau kita sedang melihatnya. Tepat semenit, dia menoleh seakan tahu keberadaanku. Aku terkesiap. Mata kami saling bertaut beberapa detik".
BalasHapusserenade.. mengingatkan aku sama nama biskuit *kemudian dikeplak*
BalasHapusbanyak nih yang make tema sejenis "move on" tapi tetep agak penasaran, terlebih sama elang dan gitarnya, hihihihi
sukaaa banget sama judulnya.. covernya juga apalagi isinya hmm meski belum baca sih tapi baca review mbak sulis ini saya jadi penasaran Seren dan Bara.. dan melihat ketegaran Seren untuk berpaling dari seorang Bara.. plus endingnya apakah happy atau sad??
BalasHapus4 sayap dr ku mba ^^ kesel sm seren.... galau mulu x)
BalasHapusAfter rain bisa tidak Di biking filmnya
BalasHapusBisa aja dong :D
Hapus