Kamis, 10 November 2016

Deessert by Elsa Puspita | Rapid Review

Judul buku: Deessert
Penulis: Elsa Puspita
Penerbit: Bentang Pustaka
ISBN: 9786022911210
Cetakan pertama, Maret 2016
318 halaman
Baca di iJogja
Bagi sebagian orang, cinta SMA hanyalah salah satu kenangan masa remaja yang mudah saja untuk dilupakan. Tapi, bagaimana jika ia kembali hadir di masa kini? Dengan sosok yang jauh berbeda daru masa lalu. Lebih tampan, lebih berkharisma, dan lebih berpotensi kembali mencuri hati?

Naya begitu kaget melihat Dewa kembali ke Tanah Air, setelah selama delapan tahun sekolah dan bekerja di Australia. Karena campur tangan Lulu, sahabat sekaligus partner bisnis Naya, pria itu kini membantu mengurusi calon resto baru Naya dan Lulu, sebagai chef pastry. Namun, semuanya jadi tidak mudah. Di tengah kesibukan jelang pembukaan Dapoer Ketje, keduanya justru melancarkan aksi perang dingin dengan ego masing-masing.

Suasana makin diperparah dengan kehadiran Ava, mantan kekasih Dewa yang datang dari Australia. Juga Dipati, mantan Naya yang seorang artis. Perang dingin di antara mereka tampaknya akan meledak, memuntahkan segala ganjalan yang telah tersimpan selama bertahun-tahun. Sesuatu yang menyadarkan mereka bahwa masa lalu itu belum sepenuhnya selesai.
Berhubung saya bacanya via ebook terlebih lewat perpustakaan digital yang masa pinjamnya hanya tiga hari dan selepas baca saya nggak sempat buat reviewnya, ditambah saya lupa mencatat bagian yang ingin saya masukkan ke review, jadi saya hanya akan menampilkan versi cepat atau rapid review. Yah, walau nggak bisa membahas secara detail karena nggak punya bukunya, tapi yang saya ingat jelas adalah saya menyukai buku ini, sangat menikmatinya. Saya belum membaca keseluruhan series Yummy Lit terbitan Bentang Pustaka, yang jelas Deessert salah satu Foodie Fiction atau Food Literature yang sangat recommended!

Naya adalah gadis populer di sekolahnya yang dulu, cowoknya pun selalu tampan dan tak kalah populer dari dia. Namun, siapa yang menyangka kalau dia jatuh hati dengan adik sahabatnya yang selain umurnya lebih muda, dia sangat tidak populer bahkan cenderung nerd.  Hubungan mereka bertahan sampai lulus SMA dan berakhir ketika Dewa melanjutkan kuliah ke Sydney, Australia untuk menjadi seorang pastry chef. Mereka sempat bertahan, tapi godaan LDR selalu tidak bisa dihindari, hubungan mereka akhirnya mengambang karena tidak pernah ada kata putus.

Sepuluh tahun kemudian, Naya memutuskan untuk mudik selamanya ke Palembang setelah acara kuliner yang dia bawakan tidak lagi diminati. Sahabatnya Lulu bersama pacarnya Arfan mengajak Naya bergabung dalam usaha restoran yang akan mereka dirikan, Dapur Ketje. Meski tidak bisa memasak, pengalamannya di bidang kuliner dan keahliannya dalam merasakan masakan dianggap sangat berguna untuk usaha mereka nantinya, hanya saja tidak mudah menemukan seorang pastry chef yang cocok bagi Arfan. Hanya Dewa, adik Lulu yang sanggup mengisi tempat tersebut.

Dewa memutuskan pulang ke Indonesia setelah menyelesaikan berbagai masalah di sana dan mewujudkan impiannya sejak dulu, membuka bakery. Tentu Dewa menolak mentah-mentah tawaran tersebut, tidak hanya karena Naya, dia ingin fokus dengan impiannya. Bertemu kembali membuka luka lama dan yang belum terselesaikan. Di balik nikmatnya kue dan lezatnya masakan yang tersaji, tersimpan rasa rindu, amarah dan cinta.

***
Saya bilangnya bakalan cepat, tapi tetep panjang juga jadinya, wakakaka. Poin utama ketika saya membaca Foodie Fiction adalah bagaimana cara penulis membuat pembaca lapar akan masakan yang disajikan dan kisah cintanya, Elsa Puspita sukses dalam kedua hal tersebut. Ini adalah kali pertama saya membaca tulisannya, sama sekali tidak kapok dan berharap bisa membaca karyanya yang lain. Saya menyukai gaya tulisannya, cukup detail, karakternya konsisten, menyenangkan, chemistry kedua tokoh utamanya dibagun dengan baik sekali dan selesai sekali berbaring.

Deskripsi, khususnya tentang makanannya detail sekali, bahkan saya ikutan lapar. Hal inilah yang kadang dilupakan, bagaimana caranya mengajak pembaca merasakan apa yang juga dirasakan sang tokoh ketika mengalami hal serupa, passion Dewa akan dunia masakan khusunya kue sangat terlihat, dan kehebatannya ketika di dapur tergambarkan dengan jelas. Karakternya juga sangat mudah disukai. Dia tipe pendiam, lebih mengutamakan aksi daripada kata-kata, dia juga tegas. Sedangkan Naya adalah kebalikannya. 

Adegan yang paling saya ingat dan membuktikan kalau Dewa sebenarnya masih mencintai Naya adalah ketika dia sengaja membuat kue atau puding jahe (saya agak lupa yang mana) untuk Naya, padahal Naya tidak menyukai rasa jahe, gara-garanya dia sangat lepas ketika bertemu dengan mantan pacarnya Dipati, hahaha Dewa ini lucu banget kalau cemburu, balas dendamnya 'halus' banget, seperti karakternya. Sedangkan masalah Dewa dan Ava, manta pacarnya di Sydney, receh sih sebenarnya kalau menurutku, tapi nggak masalah juga untuk membuat dapur semakin panas XD.

Buku ini sangat recommended bagi kalian yang sedang mencari Foodie Fiction di mana dari segi kuliner dan kisah cintanya seimbang dan tersampaikan dengan baik.

4 sayap untuk Pumpkin Sponge Cake.

2 komentar:

  1. Sayang banget sedikit sekali yang bisa diceritakan di review ini. Itulah kenapa saya selalu disiplin membuat review begitu selesai membaca. Dan tentu saja langsung mencatat poin-poin yang akan saya uraikan sehingga meminimalkan kelupaan bagian cerita. hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahaha, aku maunya juga gitu tapi kalo habis baca langsung buat review-nya ak jarang bisa, seringnya baca pas mau tidur kalo langsung bikin review nanti g tidur- tidur, jd kalo pas sengang atau lagi libur aja bisanya.

      Hapus

Silahkan berkomentar, jejakmu sangat berarti untukku :*

Rekomendasi Bulan Ini

Buku Remaja yang Boleh Dibaca Siapa Saja | Rekomendasi Teenlit & Young Adult

K urang lebih dua tahun yang lalu saya pernah membahas tentang genre Young Adult dan berjanji akan memberikan rekomendasi buku yang as...