Kamis, 05 Maret 2015

Pride and Prejudice by Jane Austen | Book Review

Pride and Prejudice
Penulis: Jane Austen
Penerjemah: Berliani Mantili Nugrahani
Penyunting: Prisca Primasari
Penerbit: Qanita
ISBN: 978-602-7870-84-0
Edisi Kedua: Cetakan I, Desember 2014
588 halaman
Buntelan dari @penerbitmizan
Elizabeth Bennet dan Fitzwilliam Darcy sama sekali tidak cocok. Elizabeth menilai Mr. Darcy sebagai pria yang sok, angkuh, dan mengesalkan, sementara Mr. Darcy menganggap Elizabeth tidak anggun dan terlalu sering berprasangka.

Mereka saling bermusuhan, bahkan sering kali saling melontarkan sindiran pedas. Tapi kebencian mereka berangsur menjadi ketertarikan. Seiring berjalannya waktu, Elizabeth melihat sisi lain Fitzwilliam Darcy, bahwa dia bukanlah sekadar pria arogan seperti yang selama ini dia sangka.

Dalam Pride and Prejudice, Jane Austen menuangkan detail yang memikat tentang kisah kaum menengah ke atas pada abad ke-19. Kisah dan karakternya yang memukau membuat novel ini menjadi salah satu roman paling populer dan dicinta sepanjang masa.
Mrs. Bennet adalah wanita yang penuh dengan ambisi, ambisi terbesarnya yaitu menikahkan kelima anak perempuannya dengan lelaki kaya raya. Bukan tanpa alasan, Mr. Bennet tidak mempunyai anak lelaki sehingga kalau dia meninggal istri dan kelima anaknya tidak akan mendapatkan harta sepeser pun, semua kekayaan yang dimiliki akan jatuh pada keluarga yang lain, sepupu satu-satunya Mr. Bennet, William Collins. Maka dari itu, ketika Mrs. Bennet mendengar ada seorang lelaki kaya raya yang membeli Netherfield Park, sebuah rumah mewah di daerah tempat mereka tinggal, dia meminta kepada suaminya agar bertemu dengan Mr. Bingley, mengundangnya bertamu dan berkenalan dengan keluarganya.

Mr. Bingley tidak bisa menghadiri undangan tersebut karena ada urusan di kota, sebagai gantinya mereka bertemu di sebuah pesta dansa. Mr. Bingley datang bersama kedua saudara perempuannya, suami kakak sulungnya dan seorang lelaki yang jauh lebih tampan dan kaya daripada Mr. Bingley, mempunyai tanah yang luas di Derbyshire, Mr. Darcy. Mr. Bingley sangat terpesona pada Jane, anak sulung pasangan Bennet, hanya dia yang mendapatkan undangan dansa sampai dua kali, membuat sebagaian besar perempuan yang masih lajang cemburu, Jane pun juga terpesona dengan pasangan dansanya. Berbeda dengan Mr. Bingley yang ramah dan mudah bergaul, temannya yang bernama Mr Darcy ternyata sombong dan angkuh. Dia hanya berdansa dengan saudara Mr. Bingley dan menolak ajakan dansa perempuan lain, dia sangat pemilih. Membuat Mrs. Bennet jengkel dan benci pada dirinya, terlebih dia bersikap acuh tak acuh kepada salah satu putrinya.
"Dia lumayan, tapi tidak cukup cantik untuk membuatku terpikat, aku sedang malas beramah tamah dengan gadis-gadis yang tidak diminati oleh pria-pria lain. Lebih baik kau kembali kepada pasanganmu dan menikmati senyumannya, karena kau membuang-buang waktumu bersamaku."
Elizabeth Bennet mendengar komentar pedas Mr. Darcy tentang dirinya ketika Mr. Bingley membujuk Mr. Darcy agar mau berdansa. Elizabeth sangat kesal dan langsung membenci Mr. Darcy karena menganggap dia tidak cukup cantik untuk berdansa. Mr. Darcy adalah lelaki paling menyebalkan, menjengkelkan dan tidak menyenangkan sama sekali, tidak ada yang tahan bersama dirinya, dia menganggap rendah orang-orang yang hadir di pesta dansa tersebut, kecuali Bingley bersaudara.

Semula Mr. Darcy tidak menganggap Lizzy cantik, tidak ada kekaguman dan mencelanya. Namun, setelah lama mengamati tenyata ada yang berbeda dengan Lizzy. Elizabeth Bennet adalah perempuan yang memiliki kecerdasan istimewa, manis dan enak dipandang. Mr. Darcy terpikat akan keceriannya dan hatinya terguncang setiap melihat Elizabeth. Dia pun mulai mendekati, tetapi Elizabeth sudah dibutakan oleh kebencian, sehingga tidak melihat ketertarikan yang dipancarkannya oleh Mr. Darcy.
"Dan kelemahanmu adalah membenci semua orang."
"Sedangkan kelemahanmu," jawab Mr. Darcy sambil tersenyum, "adalah dengan rela membiarkan dirimu salah memahami sifat mereka."
Sama seperti Emma, Pride and Prejudice tidak hanya bercerita akan kisah cinta Elizabeth Bennet dan Fitzwilliam Darcy, tetapi juga tentang orang-orang yang ada disekitar mereka. Hanya saja kali ini kadar kisah cintanya lebih banyak, tidak melulu tentang Lizzy dan Darcy. Ada juga kisah William Collins, sang pewaris keluarga Bennet. Awalnya dia tertarik dengan Jane tapi Mrs. Bennet 'mengarahkannya' agar menikahi Elizabeth. Dengan sifatnya yang blak-blakan, Elizabeth langsung menolak karena dia tidak mencintai Collins sehingga membuat ibunya marah, Lizzy baru saja melepas kesempatan menjadi istri dari lelaki yang akan menguasai harta ayahnya.

Kemudian ada George Wickham, musuh bebuyutan Mr. Darcy. Informasi yang dia tahu tentang Darcy membuat Lizzy semakin membenarkan prasangkanya selama ini, semakin menambah rasa benci. Terlebih Darcy dengan sengaja menjauhkan Bingley dari Jane, membuat kakaknya bersedih dan menghancurkan harapannya. Namun, ketika adiknya Lydia membuat masalah diam-diam Darcy membantu memecahkan masalah keluarganya, membuat Lizzy berpikir ulang akan siapa Mr. Darcy yang sesungguhnya.

Sumber: Wikipedia
Akhirnya kesampaian juga membaca buku ini, salah satu buku paling populer, tak lekang oleh waktu dan nenek moyangnya kisah benci jadi cinta :D. Setelah membaca buku ini, tidak heran banyak penulis yang membuat cerita mirip dengan Pride and Prejudice atau membuat versi fan fiction-nya karena sangat menarik, dari segi kisah cinta, pesan moral yang diusung, karakter tokoh-tokohnya bahkan pemeran pembantu yang berperan penting. Misalnya saja buku yang pernah saya baca terinspirasi akan karya Jane Austen ini seperti Prada and Prejudice, Prom and Prejudice, Mr. Darcy, Vampyre, It Happened One Autumn , sampai yang belum saya baca dan tertarik untuk melahap, Pride and Prejudice and Zombies karya Seth Grahame-Smith. Saya yakin masih banyak lagi, atau kalau baca Pride and Prejudice terlebih dahulu maka akan menganggap cerita yang mengusung tema benci jadi cinta terinspirasi dari buku ini.

Apa yang menarik dari buku ini? Pertama adalah kisah benci jadi cinta dan kisah cinta si kaya dan si miskin. Dua tema cerita ini sangat diminati pembaca, khususnya pembaca romance. Kemudian karakter kedua tokoh utamanya, mereka sangatlah berperan penting, mereka harus punya chemistry yang kuat agar hubungan Lizzy dan Darcy tidak membosankan. Jane Auten cukup sukses membangunnya. Di awali dari perasaan benci kemudian dengan berbagai adegan penulis menunjukkan perasaan mereka yang sedikit demi sedikit terbentuk. Kita tidak bisa langsung menyalahkan Elizabeth yang dengan mudahnya menilai seseorang dari luar, pada awal pertemuannya dengan Darcy dia hanya memandang dari sisi berbeda, karena begitulah sifat Darcy, dia tidak suka berbasa basi sehingga terkesan sombong dan angkuh, tidak ingin berbaur. Pun dengan Darcy yang awalnya tidak tertarik dengan Elizabeth, setelah pertemuan beberapa kali dan mengamati dia jatuh cinta.

Ketiga, tentang status sosial dan hukum waris. Sangat sial bagi keluarga yang hanya mempunyai anak perempuan, si anak tidak berhak mendapatkan warisan, semua hartanya akan dilimpahkan pada saudara lelaki terdekat. Oleh karena itu banyak ibu yang mencarikan kandidat yang sesuai, yang bisa menghidupi masa depan mereka, salah satunya menikahkan putri mereka dengan lelaki kaya raya. Tapi mereka yang kaya pun punya kriteria tersendiri, pasangan mereka haruslah sepadan, sama-sama orang kaya. Itulah mengapa Miss Bangley tidak setuju kakaknya punya hubungan dengan Jane, karena keluarga Jane berasal dari keluarga menengah. Begitu juga dengan Lady Catherine, bibi Darcy yang 'melabrak' Elizabeth agar tidak bermimpi menikah dengan Darcy, mereka beda kasta.

Keempat, pesan moral yang terkandung di buku ini. Janganlah menilai orang lain dari luarnya dan jangan suka berguncing. Siapa sangka Mr. Darcy yang sombong dan angkuh ternyata mempunyai hati yang mulia? Siapa sangka George Wickham yang dari luar sangat baik ternyata pembohong dan penghasut yang ahli? Kita memang tidak boleh langsung menilai orang ketika baru mengenalnya. Oh ya, orang jaman dulu penuh tata krama dan sopan banget, walau pun bergosip atau menyindir tetap saja dilakukan dengan sopan :D.

Tidak banyak kekurangan buku ini, hanya pemeran pembantu yang sangat banyak dan membingungkan, terlebih sering menggunakan gelar atau nama keluarga, sehingga harus lebih mencerna siapa yang berbicara, dan saya sering banget lupa saking banyaknya. Cover-nya sangat cantik. Berharap semua buku klasik terbitan Qanita bertema sama, atau kalau perlu semua bukunya, benar-benar kolekable :p. Terjemahannya juga bagus, bisa memahami bahasa orang jaman dulu yang halus dan sopan.

Karakter favorit saya di buku ini tentu saja Mr. Darcy. Rasa benci Elizabeth akan dirinya tidak menyurutkan perasaan, dia sangat penyabar dan tetap mencintai, menunjukkan tanpa paksaan kalau dia tidaklah seburuk sangkaan orang lain. Adegan favorit adalah ketika Elizabeth bersama paman dan bibinya mengunjungi Pemberley, salah satu kediaman keluarga Darcy. Elizabeth tahu kalau Darcy tidak ada dan dari pelayannya Darcy akan datang besok bersama teman-temannya, tetapi ketika dia ingin jalan-jalan di sungai, dia bertemu Darcy. Manis banget adegannya :).
Jarak diantara mereka hanya dua puluh meter, dan kemunculan Mr. Darcy begitu mendadak sehingga mustahil bagi Elizabeth untuk menghindari tatapannya. Pandangan mereka seketika bertemu, dan pipi keduanya pun bersemu merah. Mr. Darcy terkesima dan selama sesaat sepertinya tidak sanggup bergerak akibat keterkejutannya.
Buat yang ingin mencicipi kisah cinta abad 19, coba deh buku ini, kamu bakalan kesemsem juga sama Mr. Darcy. Pecinta klasik juga tidak boleh melewatkannya.

4.5 sayap untuk prasangka yang tidak baik bagi kesehatan jiwa :p.


NB:
Diikutkan dalam #ReviewMaret
@momo_DM @danissyamra @ridoarbain di https://bianglalakata.wordpress.com/2015/03/03/reviewmaret-ayo-me-review-buku-fiksi/


10 komentar:

  1. Kya~ Udah kelar dibaca aja. Hihi. Sebagai penyuka romens, kayaknya belum afdol kalau belum baca nenek moyangnya cerita 'benci jadi cinta' ini. :))

    Oya, jika buku ini dibandingkan Emma, kamu lebih suka yang mana, Lis? (Aku blm baca Emma sih)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalo ak pasti nyaranin bagi pecinta romance untuk baca buku ini :)
      Aku lebih suka buku ini, lebih banyak kisah antara Lizzy dan Darcy, kalau Emma lebih banyak berbicara tentang orang-orang disekitar, jadi kalau yang ngarepin kisah cinta di sana bakalan kecewa :)

      Hapus
  2. Aaaahhh....mr.darcy. dia masuk ke top 5 book boyfriendku of all time. Selalu jatuh cinta sama dia :')

    BalasHapus
  3. covernya cakeeppp <3 dan daridulu kepengen baca buku ini tp selalu takut gara2 label klasik xD soalnya bbrp kali nyoba baca klasik selalu gagal paham :1

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahaha, emang berat sih baca klasik, aku pun juga pemilih, nggak semua aku baca. Cuma karena ini classic romance, aku masih sanggup melahap dan ternyata berjodoh :)

      Hapus
  4. Ini hanya ganti cover aja kan? Aku baca yang cover lama.
    Pas nonton filmnya saya merasa bosaaann banget. Tapi begitu baca bukunya, jadi suka sama cerita klasik ini. Mr. Darcy memang adorable

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak, ini edisi kedua, di mana edisi pertamanya udah memasuki cetakan kedelapan atau berapa aku lupa. Dulu aku juga nggak mudeng pas nonton filmnya, tertarik gara-gara di Keira yang main. Setelah baca jadi suka banget :p

      Hapus
  5. Sebenarnya keluarga Bennet dan Darcy itu status sosialnya sama: bangsawan kelas atas, karena mereka tuan tanah yang turun temurun mempunyai lahan untuk disewa ke para pekerja, jadi hasilnya sebagian buat tuan tanah itu. Itulah mengapa di bukunya Mr. Bennet dibilang dapat penghasilan 2.000 per tahun, yang pada waktu itu termasuk jumlah yang besar. Masalah utama keluarga Bennet itu karena rumah dan tanah mereka itu warisan yang hanya untuk keturunan laki2 dari pihak Mr. Bennet, sedangkan Mr. Bennet tidak punya putra, jadi kalau Mr. Bennet meninggal otomatis rumah mereka akan diambil Mr. Collins dan istri dan putri2nya dipaksa keluar dari situ.
    Mr. Bennet juga kurang perhatian sama masa depan putri2nya, yang harusnya uangnya ditabung untuk mahar putri2nya tidak dikelola dengan baik. Mahar jaman itu sebagai pemikat pihak pria saat ingin melamar wanita bangsawan, dan karena mahar putri2 keluarga Bennet terlalu kecil Mrs. Bennet jadi lebih berambisi agar putri2nya bisa menikahi pria kaya dan hidup mereka lebih terjamin.
    Kelakuan Mrs. Bennet dan ketiga putri termudanya ini yang bikin Darcy kesal karena perilaku mereka yang kurang pantas di muka umum. Ditambah lagi koneksi keluarga Mrs. Bennet dengan pengacara (ayah dan saudarinya) dan dagang (Gardiner) yang waktu itu dianggap tidak setara oleh kalangan bangsawan. Saudari2 Bingley ini ketus sama keluarga Bennet karena mereka sendiri juga dari keluarga pedagang walaupun uangnya banyak, Miss Bingley sendiri iri sama Lizzy karena paling tidak Lizzy dan Darcy status sosialnya sama sedangkan dia di bawah mereka.
    Darcy juga tidak masalah dengan status sosial yang berbeda, dia akrab dengan Bingley karena sifat Bingley yang bermartabat baik, dan juga paman dan bibi Lizzy Mr. dan Mrs. Gardiner. Dia hanya tidak suka dengan orang yang kurang beretika, termasuk bibinya Lady Catherine ^^;

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah, terima kasih atas informasinya, sangat mencerahkan 😀

      Hapus

Silahkan berkomentar, jejakmu sangat berarti untukku :*

Rekomendasi Bulan Ini

Buku Remaja yang Boleh Dibaca Siapa Saja | Rekomendasi Teenlit & Young Adult

K urang lebih dua tahun yang lalu saya pernah membahas tentang genre Young Adult dan berjanji akan memberikan rekomendasi buku yang as...