Bangkok: The Journal
Penulis: Moemoe Rizal
Editor: Ibnu Rizal
Desain sampul: Jeffri Fernando
Ilustrasi isi: Tyo
Penerbit: Gagasmedia
ISBN: 979-780-629-4
Cetakan pertama, 2013
436 halaman
Harga: 34k (Beli di SCB)
Pembaca tersayang,
Siapkan paspormu dan biarkan cerita bergulir. BANGKOK mengantar sepasang kakak dan adik pada teka-teki yang ditebar sang ibu di kota itu. Betapa perjalanan tidak hanya mempertemukan keduanya dengan hal-hal baru, tetapi juga jejak diri di masa lalu.
Di kota ini, Moemoe Rizal (penulis Jump dan Fly to The Sky) membawa Edvan dan adiknya bertemu dengan takdirnya masing-masing. Lewat kisah yang tersemat di sela-sela candi Budha Wat Mahathat, di antara perahu-perahu kayu yang mengapung di sekujur sungai Chao Phraya, juga di tengah dentuman musik serta cahaya neonyang menyala di Nana Plaza, Bangkok mengajak pembaca memaknai persaudaraan, persahabatan, dan cinta.
เที่ยวให้สนุก, tîeow hâi sà-nùk, selamat jalan,
EDITOR
Siapkan paspormu dan biarkan cerita bergulir. BANGKOK mengantar sepasang kakak dan adik pada teka-teki yang ditebar sang ibu di kota itu. Betapa perjalanan tidak hanya mempertemukan keduanya dengan hal-hal baru, tetapi juga jejak diri di masa lalu.
Di kota ini, Moemoe Rizal (penulis Jump dan Fly to The Sky) membawa Edvan dan adiknya bertemu dengan takdirnya masing-masing. Lewat kisah yang tersemat di sela-sela candi Budha Wat Mahathat, di antara perahu-perahu kayu yang mengapung di sekujur sungai Chao Phraya, juga di tengah dentuman musik serta cahaya neonyang menyala di Nana Plaza, Bangkok mengajak pembaca memaknai persaudaraan, persahabatan, dan cinta.
เที่ยวให้สนุก, tîeow hâi sà-nùk, selamat jalan,
EDITOR
Semua bermula dari wasiat ibunya Edvan Wahyudi, di mana sejak
sepuluh tahun yang lalu laki-laki yang sekarang menjadi arsitek di Singapura
dan baru saja membangun gedung menawan itu angkat kaki dari rumah, tidak mau
mengambil warisan dari ayahnya dan terlebih menentang keputusan ibunya tentang
pilihan hidup Edvin, adiknya. Sejak itu dia ingin membuktikan bisa sukses
dengan usahanya sendiri, dan berhasil. Tapi sms dari adiknya yang mengabarkan
kalau ibu mereka baru saja meninggal dunia mau tidak mau membawa Edvan kembali
ke Bandung, ke rumahnya.
Wasiat untuk Edvin adalah menyerahkan sebuah jurnal yang
ditulis ibunya di belakang kertas kalender usang. Pada tahun 1980 ibu mereka
menulis tujuh lembar jurnal di balik kertas kalender, yang diberikan Edvin
adalah jurnal ke tujuh. Tugas Edvan adalah menemukan enam lembar jurnal yang
lain sampai semua terkumpul. Setelah terkumpul, Edvan akan tahu di mana
warisannya. Semua jurnal tersebar di Bangkok, Thailand. Lokasi jurnal
sebelumnya selalu ada di jurnal sesudahnya. Jadi, setelah jurnal ketujuh Edvan
harus mencari jurnal keenam, kelima dan seterusnya sampai jurnal pertama. Bukan
perkara mudah, jurnal itu tertulis lebih dari tiga dekade belum lagi di negara
asing yang tidak familier dengan lokasi-lokasinya. Merasa bersalah dan kangen
dengan ibunya, Edvan terpaksa memenuhi permintaan terakhir yang bisa
dikategorikan mission imposible.
Di Bangkok, Edvan tidak sendirian mencari harta karun
ibunya, dia ditemani Chananporn Watcharatrakul atau cukup dipangil dengan Charm
saja sebagai guide tour, wanita asli Bangkok yang diperkenalkan oleh Leila
(pramugari yang digoda Edvan) yang juga merupakan mantan pramugari maskapai
penerbangan Indonesia Airbridge (Ardian disentil sedikit loh, baca: Fly To The
Sky). Perjalanan bisnis Edvan dan Charm memang
tidak mudah, tapi setidaknya merupakan pengalaman berharga bagi Edvan, bertemu
orang-orang yang luar biasa, mengunjungi tempat-tempat yang eksotis dan
akhirnya dia tidak hanya bisa mengereksikan sebuah gedung, dia jatuh cinta pada
Charm yang sangat professional. Dan yang paling penting, Edvan akan menemukan
harta karun yang sesungguhnya.
“Aku nggak milih untuk cinta dia. Tiba-tiba aja, aku tahu
kalo dia kunci yang tepat untukku. Kayak kalau kita nyoba masukin kunci ke
banyak lubang pintu, waktu terdengar bunyi krek dan kunci itu pas masuk, rasanya
kayak gitu.”
“Karena kalau aku adalah sebuah gedung, kamu adalah
fondasiku yang membuatku tetap berdiri. Kamu terus men-support aku, memberi
tahuku untuk tenang ketika ada gempa, memberitahuku untuk jangan panik saat
banjir datang, kamu akan terus ada di sana menjagaku agar tetap berdiri tegak.”
Membaca buku ini kita akan dibawa keindahan Bangkok,
melintasi Bangkok Mass Train System Skytrain, menyusuri Thanon Phloenchit, mengunjungi
luasnya distrik Samphan Thawong dan menemukan Wat Traimit, kuil yang ada patung
Budha terbesar di dunia, merasakan menaiki Tuk-tuk, transportasi khas negara
Thailand, memperlajari Thaiboxing, ke Thanburi (ada kuil Wat Phitchaya, Wat
Kalayanamitr, Wat Mahathat), menyusuri
Sungai Chao Praya, selamat dari scam yang marak di Bangkok ketika
mengunjungi Wat Pho, kuil paling terkenal di Bangkok, patung emas Budha yang
sedang tiduran. Mengunjungi satu kelab ke kelab lainnya, di goda ladyboy
(Bangkok juga terkenal dengan para waria, bahkan ada kelab khusus waria), dan
di Bangkok juga ada Pasar Terapung di Taling Chan, kalau di Indonesia kan
terkenal dengan pasar terapung di Kalimantan Timur. Masih banyak lagi tempat
yang dikunjungi Edvan demi mencari jurnal-jurnal tersebut. Jurnal tersebut akan
ada clue tempat di mana jurnal sebelumnya berada dan orang yang membawanya.
Kalau ditanya seri Setiap Punya Cerita mana yang paling
kental settingnya saya akan menjawab secara berurutan; Bangkok, Paris,
Barcelona Te Amo dan terakhir Melbourne (karena baru itu saja yang saya baca).
Buku ini sangat lengkap dan detail, lengkap dalam artian kita tidak hanya menemukan
petualangan yang seru, pencarian harta karun yang luar biasa tapi selain itu
kita juga akan menemukan kisah tentang keluarga, persahabatan, cinta,
transgender, komedi, merasakan haru, tertawa terpingkal-pingkal, dan bahagia.
Bagian paling kocak itu ketika Edvan berkata kepada Max,
adik Charm, kalau dia punya tato, hampir semua yang tidak disukai Charm di
miliki oleh Edvan, seperti mempunyai tato dan berprofesi sebagai arsitek,
membuat Edvan hopeless, hahaha, justru sebaliknya Max sangat mengagumi Edvan
karena merasa memiliki banyak kesamaan. Saya kasih adegan yang membuat saya
ngakak njugkel ya :p
“Khun punya tattoo? Aku juga!” Max tampak antusias. Wajahnya berekspresi seolah baru bertemu saudaranya yang terpisah sejak lahir. “Aku ada tato dragon di pantat! Khun boleh lihat.”“Tidak perlu –“Namun Max sudah menarikku ke sebuah geng sempit yang gelap, yang entah emngapa kebetulan kami lewati saat itu. Max celingak celinguk kanan-kiri. Aku sudah mewanti-wantinya, “Kamu nggak usah ngelihatin—““Phom tato. Khun bisa lihat?”
Sial. Sekarang Max nungging di hadapanku, melorotkan celananya dan menunjukkan pantatnya. Memang ada tato naga besar di situ, tapi aku hanya sanggup melihatnya sedetik saja. Detik berikutnya, aku langsung berlalu kembali ke trotoar.
Buahahahahahah, sumpah Max ini kocak banget, yang diomongin
selalu saya muaythai (thaiboxing), obsesinya, Edvan sampai muak mendengarkannya, lucu banget
deh kalau mereka bersama. Edvan juga lucu sih, agak sedikit mirip dengan Ardian
di Fly To The
Sky, yang orangnya narsis banget dan pede banget XD. Oh ya, kita
tidak hanya diajak berkeliling Bangkok, kita juga akan diajari sedikit
bahasanya (adanya juga bahasa untuk mengumpat XD), makanan-makanan khas,
tradisi, kebudayaan, komplit pokoknya. Buku ini juga dipenuhi footenote, kalau
biasanya dipakai untuk menjelaskan sesuatu, kadang emang untuk menjelaskan arti
sih tapi kebanyakan berfungsi sebagai melanjutkan kalimat yang geje abis, kocak
banget XD.
Bagian yang paling mengharukan itu ketika Edvan ketemu sama
Moyakol dan Kanok, kakak beradik yang kondisinya mirip dengan Edvan dan Edvin.
Menyadarkan Edvan tentang family help family. Melihat dua saudara yang satunya
waria tapi tetap saling menyayangi dan melindungi itu membuat Edvan terharu.
Harusnya dia bisa menerima Edvin, harusnya dia tidak minggat selama sepuluh
tahun karena ibunya menyetujui pilihan hidup Edvin. Membaca bagian ini saya
jadi teringat sama buku Luna by Julie Anne Peters, nyesek banget rasanya. Emang nggak mudah
terlebih dengan tradisi dan agama yang sangat kental di Indonesia, menyadarkan
kita kalau nggak pa-pa kok kalau nggak mau mengakui, cukup memahami saja.
“Karena menjadi diri sendiri, aku bisa jadi orang yang
berguna.”
“Kau tak perlu menerima kehadiran mereka,” lanjut wanita itu
lagi. “Tapi biarkan mereka hadir karena kita tak bisa menghakimi apa yang
mereka lakukan. Buatku, waria seperti anakku yang sering menghormati aku, jauh
lebih baik dibanding laki-laki jantan yang berdosa terhadap ibunya sendiri.
Harusnya manusia dinilai dari apa yang dia lakukan pada orang lain, bukan pada
dirinya sendiri semata.”
Buku ini sangat sangat saya rekomendasikan, mau cerita yang
kayak gimana ada, cocok juga buat ngisi liburan karena kamu bakalan ngiler
pengen ke Bangkok :)
4.5 sayap untuk 5555555555555555
bentar lagi bukunya datang. Tapi bacanya masih bulan depan... ;((
BalasHapuskenapa baru bulan depan mbak dibaca? seru loh :-?
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusGara gara kemaren nonton Running Man di Thailand. Jadi pengen baca Bangkok. Itu beneran kaaah, Ardian disanaa? Aku kangen banget hihihi. Besok deh aku beli !!
BalasHapusah.. kupikir ceritanya bakal kaya journal jalan2 gitu trus bikin bosen *judging a book from its cover.. =___=*, ternyata bagus ya kak? jadi pingin baca.. hihihi
BalasHapusbagus banget, dijamin deh :>)
Hapusreview kedua yg saya baca, jadi makin mau beli
BalasHapusayo beliiii =))
HapusAaaah ini beneran Ardian sempet disentil disini? Ah besok gue belii niih!!!
BalasHapusyap, nggak banyak tapi :)
HapusNovel ini campur aduk, ada sedih, seneng, dan lucunya :)
BalasHapusApalagi pesan yang diambil dari novel ini banyak banget.
Bener-bener recommended :)
Lucu banget pas bagian nunjukin tato di pa*tat hahaha, segala bumbu-bumbu di novel ini emang pas banget
BalasHapusSeneng banget lg pesen buku ini.. hadiah voucher menang giveaway.. abis baca review mba sulis, ga sabar pengen baca ^^
BalasHapuswkwkwk buku ini gombal abis
BalasHapus“Aku nggak milih untuk cinta dia. Tiba-tiba aja, aku tahu kalo dia kunci yang tepat untukku. Kayak kalau kita nyoba masukin kunci ke banyak lubang pintu, waktu terdengar bunyi krek dan kunci itu pas masuk, rasanya kayak gitu.”
“Karena kalau aku adalah sebuah gedung, kamu adalah fondasiku yang membuatku tetap berdiri. Kamu terus men-support aku, memberi tahuku untuk tenang ketika ada gempa, memberitahuku untuk jangan panik saat banjir datang, kamu akan terus ada di sana menjagaku agar tetap berdiri tegak.”
“Kau tak perlu menerima kehadiran mereka,” lanjut wanita itu lagi. “Tapi biarkan mereka hadir karena kita tak bisa menghakimi apa yang mereka lakukan. Buatku, waria seperti anakku yang sering menghormati aku, jauh lebih baik dibanding laki-laki jantan yang berdosa terhadap ibunya sendiri. Harusnya manusia dinilai dari apa yang dia lakukan pada orang lain, bukan pada dirinya sendiri semata.”
LOLLLL
Yap! Nih novel emang bagus banget! :)
BalasHapusMbak, seri nya apa aja ya?? Info donk
BalasHapus