Judul buku: 3 Koplak Mengejar Cinta
Penulis: Haris Firmansyah
Penyunting: Moh. Maman Saifurrohman
Pendesain sampul: Diani Apsari
Penerbit: Wahyu Qolbu
ISBN: 979-795-946-5
Cetakan ke-2, 2015
274 halaman
Buntelan dari @harishirawling
Kalo demi ngedapetin cewek, elo ditantang suruh kerja nyikatin gigi buaya tiap hari, mau nggak?? Orang normal pasti bilang, “TIDAAAK!!” Tapi buat 3 KOPLAK, jawabannya, “KENAPA TIDAAAK??” Yang penting bisa melepas status JOMBLO AKUT yang melekat pada mereka.
Tiga sahabat; Ardan, Ibam, dan Pasai sedang dalam misi mencari cinta sejati. Ardan, lebay dan labil; Ibam, pemuda ber-IQ jongkok dan over pede; dan Pasai, SANG PENCERAH JALAN KESESATAN. Ketiganya bersaing ngelepas status jomblo. Celakanya, mereka mengincar cewek yang SAMA. Hadeuuh… *Nepuk jidat!!
Belum beres masalah persaingan cinta, eh datang masalah baru. Mereka punya wali kelas baru yang STRICT dan udah bikin daftar siswa “BANDEL” yang terancam bakal nggak naik kelas. Lalu, gimana nasib 3 Koplak selanjutnya? Gimana dengan persahabatan mereka? Apakah mereka akan naik kelas? Gimana pula dengan masa depan kejombloan mereka? Buruan baca deh!!
“Haris pandai dalam mengemas komedi yang ringan, lincah, dan cerdas mengombinasikan joke plesetan dan slapstick sampai pembaca gemas, penasaran. Penggemar novel komedi kudu baca ini.”
(CEKO SPY: penulis serial Miss Lebay & script editor di TransTV)
“Gue suka dengan cara dakwah yang fun dan fresh seperti isi novel ini.” (Wenda Koiman: penulis Mengejar Malam Pertama, Curahan Hati Sang SPG, dan Ajari Aku Mendapatkan Mantanmu).
Sebelum memulai resensi ini, saya mau minta maaf dulu sama penulis karena lama banget tayang di blog, habis dulu ngirim bukunya juga molor sih, balas dendam gitu ceritanya, hahaha, bercanda. Alasannya sih buku ini sangat pas dibaca waktu bulan ramadan, jadi saya tunda terus nulis resensinya, ini juga setengah bercanda. Okey, alasan sebenarnya kenapa saya lama banget meresensi buku ini bahkan sampai lupa dengan ceritanya adalah alasan klise yang nggak perlu lagi saya utarakan. Namun, ada benarnya resensi ini tayang di bulan ramadan karena bisa dibilang buku pertama Harris Firmansyah yang saya baca ini bergenre komedi religi, nah jarang denger kan?
Jujur saja, meresensi buku komedi itu gampang-gampang susah karena kerap kali penulis melakukan belokan pada plotnya, fokus cerita kadang terpecah ke berbagai hal alias guyonan yang diselipkan sehingga bingung mau cerita darimana, salah satunya buku 3 Koplak Mengejar Cinta ini, banyak sekali belokan yang harus dilalui. Melihat judulnya, awalnya saya pikir ini buku tentang mengakhiri masa jomblo tiga tokoh utama, tapi ternyata bukan itu intinya. Memang bagian itu menjadi pembuka dan mengisi setengah halaman, sekalian mengenalkan para tokoh yang ada di buku, tapi menurut saya buku ini lebih ingin bercerita tentang keikhlasan, kejujuran, kebaikan lewat diary amal.
Di SMKN 88 ada empat jurusan, yakni Teknik Mesin, Teknik Listrik, Teknik Otomotif, dan Teknik Komputer Jaringan (TKJ). Dibagi 4 jurusan begini, SMKN 88 tak ubahnya Hogwarts yang punya empat asrama. Di sekolah ini, Teknik Listrik jadi Gryffindor dan gue yang jadi Harry Potter, sebab gue punya pitak berbentuk sambaran petir di dengkul.
Di sekolah teknik yang paling favorit di Kota Cilegon ini perbandingan populasi cewek dan cowok adalah 1:5, sehingga susah sekali kalau ingin mencari pacar, satu cewek bisa ditaksir lima cowok. Pun dengan Ardhan, dia menyukai cewek cantik berhijab dari jurusan TKJ, Aida Musmita, tapi bukan hanya dia yang kesemsem, dua sahabatnya, Ibam dan Pasai ternyata juga memendam perasaan yang sama. Karena tidak ingin merusak persahabatan, mereka akhirnya memutuskan untuk bersaing secara sportif.
Di samping persaingan ketat tersebut, guru agama mereka, Bu Kabisat Hijriah meminta kepada kepala sekolah untuk dipindah karena tidak kuat menghadapai anak-anak dari kelas 1 Listrik 1 yang terkenal dengan sebutan kandang macan karena saking susah diatur, hampir setiap murid pernah masuk ruang BP, penuh dengan ensiklopedia kenakalan remaja. Sang ketua kelas yang juga merupakan anak dari guru BP di sekolah merupakan seorang pengadu dan penjilat, dia akan bermanis-manis di depan guru, tapi sepet pada teman-temannya. Ada juga yang pelit ngasih contekan dan ingin menjadi ranking satu abadi, pencuri, tukang bully, pembolos sampai terlibat tawuran, dan tentu saja ada 3 Koplak yang terdiri dari Ardhan, Ibam dan Pasai.
Bila kalian hobi nonton serial Heroes, ada satu tokoh bernama Peter Petrelli. Dia memiliki kemampuan power mimicry atau mengopi kemampuan heroes lainnya. Jadi, kalau dia dekat-dekat sama manusia super yang bisa terbang, dia bisa ikut melayang di udara. Kalau dia dekat-dekat sama manusia super yang bisa mengeluarkan petir dari tangannya, dia bakal ketularan bisa menyetrum orang. Kalau dia dekat-dekat sama manusia super yang kebal dibacok, dia juga bisa ikutan jadi pemain debus. Nah, seperti itulah kami bertiga. Tapi yang mudah untuk kami tiru adalah kemampuan dalam hal begosip ria macam ibu-ibu arisan.
Pak Kepsek pun mencari guru pengganti Bu Kabisat bahkan menjadi wali kelas baru mereka, dia adalah Pak Nur Firdaus. Pak Nur terkenal dengan gaya mengajar yang kontroversial, misalkan saja ketika menghadapi kelas 1 Listrik 1, dia tidak akan mengajar kalau kehadiran murid tidak seratus persen. Pak Nuh juga menganut prinsip bahwa yang terpenting dari pelajaran agama bukanlah teori tetapi praktiknya, sehingga pelajarannya berisi para murid menulis diary tentang keseharian mereka, menuliskan akhlak baik-buruk sehari-hari, dan bila melakukan perbuatan baik kepada orang lain harus minta tanda tangan sebagai bukti, di akhir semester baru Pak Nuh mengevaluasi dan mengambil nilai dari diary tersebut. Tujuan dari menulis diary tersebut adalah agar para murid menemukan hikmah dari hari-hari yang sudah dilalui, bahwa setiap perbuatan yang kita lakukan hari ini pasti menimbulkan dampak di kemudian hari. Meninggalkan perbuatan buruk dan mulai berbuat baik.
Kalau
kita nonton stand up comedy ada bagian yang namanya Punchline atau yang
bikin ngakak, nah ibaratnya buku ini seperti itu, cerita bagian awal sepertinya datar aja, lempeng, terus di bagian akhir bertebaran Punchline. Di bab satu penulis
sukses membuat saya tertarik membaca buku ini karena sukses bikin ngakak
kejer, bisa dibilang buku ini uder-hyped banget, walau yang saya pegang sudah cetakan kedua, sebelumnya saya belum pernah mendengar tentang buku ini, bahkan saya tidak berekspektasi apa pun ketika memulai membaca. Seandainya buku komedi seperti ini, sudah dari dulu jadi genre favorit saya.
Saya tipe orang yang susah dibuat tertawa kalau membaca buku komedi, mungkin hanya bukunya Aditya Mulya yang sering bikin saya mesam mesem, bahkan ketika membaca bukunya Raditya Dika saya jarang sekali tertawa. Saya setuju kalau penulis memiliki bakat mengombinasikan joke plesetan dan slapstick atau lelucon yang kasar tanpa terasa garing karena jatuhnya alami dan tak terduga sama sekali. Terlebih pesan moral yang disisipkan penulis, walau termasuk komedi religi, pesan yang ingin disampaikan tidak terkesan menggurui dan bisa dibaca semua suku, agama, ras dan golongan darah A, B, O maupun AB. Saya sangat menyukai ketika cerita memasuki bagian Pak Nuh, bagian ketika Ardhan kehilangan diary amal-nya dan berusaha mendapatkannya kembali, banyak sekali hikmah yang bisa kita ambil dari sana, yang tentu saja dipadu padankan dengan kisah cinta Ardhan dkk yang membuat kita terpingkal-pingkal.
Adegan yang membuat saya sukses tertawa adalah ketika Ardhan menelepon kembang sekolah bermodalkan nomor yang dia dapatkan di toilet, sumpah itu lucu banget, terus waktu ketemu musuh bebuyutan sekolah waktu bolos dan mau nonton film juga nggak boleh dilewatkan. Berikut contoh beberapa bagian yang saya suka dan mengandung Punchline :)
Adegan yang membuat saya sukses tertawa adalah ketika Ardhan menelepon kembang sekolah bermodalkan nomor yang dia dapatkan di toilet, sumpah itu lucu banget, terus waktu ketemu musuh bebuyutan sekolah waktu bolos dan mau nonton film juga nggak boleh dilewatkan. Berikut contoh beberapa bagian yang saya suka dan mengandung Punchline :)
"Gue cuma khawatir setelah nonton, lo bakalan ikutan bawa-bawa wajan penggorengan ke sekolah." Gue takut Ibam meniru Captain America yang charming dan adorable itu."Tebakan lo salah. Gue bakal ngikutin gaya Thor. Sebab dia yang paling macho di The Avengers," sangkal Ibam."Jadi, lo bakal bawa palu ke sekolah?" tanya gue."Salah! Gue bakal pake gorden jendela kamar gue biar mirip jubahnya Thor," jawab Ibam.Gue nggak bisa ngebayangin kalau Ibam benar-benar membawa gorden dan cobek-layaknya-palu-sakti. Ketika Ibam mengangkat cobek, bukannya suara petir yang menyambar, malah teriakan emaknya yang menggelegar."Ibam, ngapain lo pake gorden segala? Ini apa lagi, kok cobek Emak dibuat mainan? Gak tau apa kalo Emak mau pake cobeknya buat ngulek ketumbar?" Untung, cobeknya nggak dipake untuk ngulek cabe-cabean.
Atau,
"Untuk memetik buah yang ranum, kita harus berlelah-lelah memanjat pohon. Begitu juga buat nonton The Avengers, kita harus ngelewatin 33 rintangan dan 88 kesulitan. Nah, ketemu sekolah rival adalah rintangan pertama, masih ada 32 rintangan di depan," ucap Pasai."Lo pikir kita sedang dalam perjalanan ke barat ngambil kitab Negarakertagama karangan Mpu Prapanca?" Gue bersungut-sungut.
Karakter para tokoh di buku ini sangat kuat, nggak perlu bingung dengan banyaknya tokoh yang berseliweran karena di bagian awal penulis menampilkan siapa saja tokoh yang mengisi beserta diskripsi singkat tentang mereka. Sudut pandang orang pertama lewat Ardhan sebagai pencerita menggunakan alur maju. Sedikit kekurangan, masih banyak typo dan saya kurang sreg dengan ilustrasi-nya, menurut saya terlalu 'ancur', padahal nggak semua orang yang lucu itu bermuka jelek, coba dibuat sedikit mirip Scott Eastwood, pasti tambah kece deh :p.
Buku ini sangat-sangat saya rekomendasikan bagi siapa saja yang membutuhkan bacaan komedi yang segar dan penuh pesan moral, penulis sudah dipastikan punya bakat dalam hal melucu, bahkan status facebook yang merupakan plesetan dari AADC pernah menjadi viral, menambah daftar bahwa penulis tidak main-main dengan bakatnya ini. Penulis benar-benar ahli plesetan, saya harap penulis terus produktif menelurkan karya yang bisa membuat pembaca terpingkal-pingkal dan karyanya banyak dikenal.
4.5 untuk diary amal, seharusnya semua orang juga memilikinya :p.
Wah, makasih ya Kak Sulis. Akhirnya baca juga review lengkapnya setelah dikasih sedikit bocoran di Goodreads. Suka sama reviewnya. Setuju semua dengan apa yang dibahas di atas. Share ah. :D
BalasHapusSama-sama, terima kasih juga untuk bukunya yang menghibur :)
Hapussuka banget dengan baca buku ini, mbak. Ketiwi ngakak dibuatnya. Slain itu, pesan moralnya pun jugga dapat :D
BalasHapusIya, pesan moralnya dapat banget dan aku suka humornya :)
Hapuskak Buku nya keren vanget gw mirip si ibam :v suka gonta ganti gay rambut
BalasHapusWakakakakaka
Hapus