Minggu, 05 Juni 2016

Resensi: Buku Tantangan Dash & Lily Karya Rachel Cohn dan David Levithan

Judul buku: Dash & Lily's Book of Dares - Buku Tantangan Dash & Lily (Dash & Lily #1)
Penulis: Rachel Cohn dan David Levithan
Penerjemah: Karen Priyanka
Penyunting: Anida Nurrahmi
Penata letak dan perancang sampul: Deborah Amadis Mawa
Penerbit: Pop
ISBN: 978-602-6208-00-2
Cetakan pertama, April 2016
306 halaman
Buntelan dari @IceCube_Publish
Aku telah meninggalkan beberapa petunjuk untukmu.
Jika kau mau tahu, balik halaman ini.
Jika tidak, tolong kembalikan buku ini ke raknya.


Liburan kali ini Lily sendirian dan tidak punya teman untuk diajak bersenang-senang. Atas saran kakaknya, Lily meninggalkan sebuah jurnal merah di rak toko buku favoritnya, menanti seseorang untuk memecahkan teka teki di dalamnya.

Liburan kali ini Dash sendirian dan terlalu masa bodoh untuk diajak bersenang-senang. Namun jurnal merah yang Dash temukan di rak toko buku favoritnya berhasil membuat pemuda itu penasaran akan tantangan-tantangan yang Lily ajukan.

Liburan kali ini Dash dan Lily saling oper jurnal merah tempat mereka bertukar tantangan, mimpi, dan rahasia masing-masing tanpa pernah bertemu. Lalu apa yang terjadi berikutnya? Akankah permainan mereka berlanjut di dunia nyata? Atau haruskah keduanya menerima kenyataan bahwa jurnal merah telah mempermainkan nasib mereka?
Dash membenci hari natal, dia tidak suka keceriaan dan aktivitas apa pun selama liburan Natal kecuali sekolah diliburkan, dia lebih memilih menjadi anak yatim secara sukarela dengan mengabari ibunya kalau akan menghabiskan Natal bersama ayah dan mengatakan kepada ayahnya kalau dia akan menghabiskan Natal di rumah ibunya. Kedua orangtua Dash sudah bercerai cukup lama dan tidak saling bicara, Dash lebih suka menyendiri dan bertapa di Strand, toko buku favoritnya. Ketika Dash mendatangi bagian rak buku pengarang favoritnya, dia melihat sebuah jurnal Moleskine warna merah yang asing diantara buku-buku yang sudah dikenali dan dihapal baik oleh Dash. Jurnal tersebut berisi tantangan, Dash harus menjawab tantangan demi tantangan dari petunjuk yang diberikan untuk mengetahui apa yang selanjutnya terjadi. Dash menerima tantangan tersebut.

Lily sangat menyukai hari Natal, waktu dia bisa berkumpul dengan keluarganya, hari yang selalu penuh dengan keceriaan dan hadiah. Namun sayangnya Natal kali ini harus Lily lalui sendirian, orangtuanya pergi ke Fiji untuk merayakan ulang tahun pernikahan yang ke-25, kakeknya pergi ke Florida untuk melamar pacarnya, dan kakaknya, Langston, yang seharusnya menjaga Lily sibuk dengan pacarnya dan tidak ingin diganggu. Kakaknya pun membuat sebuah proyek agar Lily tidak bosan sendirian, lewat jurnal merah yang baru diberikan kakeknya, Langston beserta pacarnya membuat sebuah petunjuk untuk menemukan teman yang cocok bagi Lily, mengajak orang lain untuk menerima tantangan yang sudah disusun di buku tersebut, mencarikan orang yang bisa membuat Lily sibuk.

Setelah menjawab tantangan pertama Dash seharusnya mengembalikan jurnal merah ke tempat semula berada, tapi dia memiliki pemikiran lain, dia malah menyimpannya. Cukup dua orang saja yang harus menjalankan permainan ini, itu yang Dash inginkan. Setelah itu mereka saling melempar petunjuk untuk dipecahkan, berbagi cerita tentang kenangan Natal terbaik dan terburuk, daftar keinginan, berbagi rahasia, harapan, mimpi yang ditulis di jurnal, dsb. tanpa mengetahui identitas masing-masing. Akankah mereka bertemu di dunia nyata?
"Hal-hal berubah sepanjang waktu, seringnya dalam skala kecil. Begitulah hidup berjalan, kurasa."
"Kau kira dongeng hanya untuk anak perempuan? Sedikit petunjuk -tanyakan kepada dirimu siapa yang menulis dongeng-dongeng itu. Kujamin, tak hanya para wanita. Itu adalah fantasi besar pria -yang dibutuhkan hanya satu kali dansa untuk mengetahui dialah satu-satunya. Hanya perlu mendengar suara nyanyiannya dari menara, atau satu kali memandang wajahnya saat dia tidur. Dan sekejap kau tahu -inilah gadis di dalam kepalamu, tertidur atau menari atau menyanyi di hadapanmu. Ya, perempuan memang mau menemukan pangerannya, tapi lelaki juga menginginkan putrinya. Dan mereka tak mau menunggu lama-lama. Mereka ingin tahu secepatnya."
"Impian yang tertunda adalah impian yang disangkal."
Saya suka buku ini! Ketika membaca rasanya ingin menjadi tokoh di dalamnya, karena permainan yang Dash dan Lily lakukan adalah permainan impian para kutu buku, hahaha. Menebak sebuah buku dari petunjuk yang diberikan, rasanya sangat seru! Saya juga suka sekali dengan ide ceritanya, dua orang asing bertemu dengan cara yang bisa dibilang disengaja tapi tidak tahu identitas masing-masing, kemudian menebak karakter masing-masing dari apa yang mereka tuliskan di jurnal merah. Saya juga sangat menyukai interaksi antara Dash dan Lily, sangat mengalir dan menyenangkan. Konfliknya sendiri cukup menegangkan, dan lebih baik kalian temukan sendiri, saya tidak akan membocorkan hal tersebut :D.

Saya sangat menyukai karakter Dash dan Lily, mereka dua orang yang saling bertolak belakang. Dash digambarkan sebagai lelaki penggerutu, sedikit sinis dan hopeless. Kesedihannya sangat terasa, tentang dia yang kecewa kedua orangtuanya berpisah dan harus memilih salah satu, tentang dia yang tidak menyukai hari Natal, tentang kesendiriannya. Sedangkan Lily digambarkan seorang perempuan yang ceria, menyenangkan, selalu tersenyum pada orang lain, disayangi orang-orang terdekatnya, tidak populer dan tidak memiliki banyak teman tapi dia tidak pernah mempermasalahkan hal tersebut. Saya rasa Dash dan Lily ini pasangan yang sangat cocok sekali, saling melengkapi, saling bisa mengisi kekurangan yang ada pada diri masing-masing.
Aku adalah seorang Desemberis, seorang Bolshevik, seorang penjahat harian, seorang filatelis dalam jebakan derita yang tak dapat dipahami -aku bersedia menjadi apa pun yang tidak dicita-citakan orang lain. Aku sebisa mungkin untuk berjalan tanpa menarik perhatian melewati gerombolan orang mabuk yang temperamental, jaket-jaket musim dingin yang rusak, para pendatang asing yang terbang melintasi setengah dunia demi menyaksikan lampu hias di pohon Natal tanpa menyadari ritual itu seperti menyembah berhala.
Bagian terseru tentu saja ketika Dash dan Lily menjawab tantangan, dari hal tersebut kita akan lebih memahami karakter mereka, apa yang mereka harapkan, saling menciptakan kebahagiaan. Saya menikmati terjemahannya, feelnya dapat banget, humornya juga, tentang bagaimana perasaan mereka tentang keluarga dan makna hari Natal bisa saya tangkap dengan baik, covernya juga suka! Bahkan lebih suka edisi terjemahan daripada versi aslinya. Semoga Ice Cube segera menerbitkan buku kedua, The Twelve Days of Dash and Lily dan banyak menerjemahkan buku young adult contemporary yang lain ya :D. Saya rasa tidak banyak kekurangan yang ada di buku ini, saya sangat menikmati dan ceritanya sangat menyenangkan.

Buku ini sangat sangat sangat recommended bagi para kutu buku lain di luar sana, percaya deh, kalian pasti ingin melakukan sebuah permainan sama seperti yang dilakukan Dash dan Lily, permainan yang melibatkan buku, di toko buku, dengan seseorang yang bisa berbagi kesedihan dan kebahagiaan.

4 sayap untuk Dash si Penggerutu dan Lily si Baik Ketiga.

6 komentar:

  1. Bisa dibilang mereka brtolak blkang dg keadaan tpi saling mlengkapi ya mbak hhee

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yap, bener banget, makanya bukunya jadi seru juga selain permaianan yang mereka lakukan :)

      Hapus
  2. Aaaaahhh baca resensi ini jadi penasaran pengen baca :)

    BalasHapus
  3. covernya lucu banget seneng liatnyaaa. jadi makin penasaran

    BalasHapus

Silahkan berkomentar, jejakmu sangat berarti untukku :*

Rekomendasi Bulan Ini

Buku Remaja yang Boleh Dibaca Siapa Saja | Rekomendasi Teenlit & Young Adult

K urang lebih dua tahun yang lalu saya pernah membahas tentang genre Young Adult dan berjanji akan memberikan rekomendasi buku yang as...