Lambe Akrobat: Kisah Geng Koplo dan Keluarga Hansip
Penulis: Agus Mulyadi
Penyunting: Niken Wresthi
Ilustrator sampul dan isi: Ega Fansuri
Penerbit: Mojok
ISBN: 978-602-1318-69-0
Cetakan pertama, Mei 2018
165 halaman
Buntelan dari @bukumojok
Banyak hal yang kita hindari dalam hidup ini: Gagal. Tertimpa masalah dan musibah, bahkan tertipu. Daripada mengutuk nasib dan terpuruk, orang-orang yang diceritakan dalam buku ini justru menghadapinya dengan menertawakan diri sendiri.Dan begitulah Agus Magelangan. Menertawakan dirinya lalu memperoleh banyak uang untuk menghidupi dirinya dan turut membahagiakan orang di sekelilingnya. Pernah jadi penjaga warnet, pernah tertipu pekerjaan mengelem benang, dan pernah pula jadi sales jualan tuxedo keliling di Sleman.Pengalaman-pengalaman mengenaskan nan lucu itu bisa dikemas dengan amat baik oleh Agus yang pandai menulis ini. Untuk kemudian membawa kita pada satu kesimpulan: bahwa hidup adalah tentang bertemu dengan kegagalan-kegalan berikutnya untuk jadi bahan tertawaan.
“Pak, apakah bapak bisa bertahan hidup selama seminggu dengan uang lima ratus rupiah?”
Ia menjawab dengan mantap: “Bisa.”
Ketika saya tanya, bagaimana caranya, sungguh, jawaban dia tak kalah taktis daripada Pak Benny Moerdani.
“Lima ratus tak belikan Aqua gelas. Airnya tak minum, terus gelasnya buat ngemis.”
Penggalan percakapan di atas merupakan salah satu bagian yang membuat saya tertawa ketika membaca Lambe Akrobat. Sesuai dengan tagline-nya, “kisah geng koplo dan keluarga hansip,” buku bergenre komedi ini menceritakan kisah nyata yang pernah dialami Agus Mulyadi dengan keluarga serta teman-temannya.
Terdiri dari dua bagian, bagian pertama tentang Keluarga Hansip, terdiri dari 17 cerita tentang betapa tangguhnya keluarga penulis dalam menyikapi permasalah hidup. Misalkan saja pada cerita Fotokopi KTP, bapak dan emak sibuk mencari KTP yang entah ditaruh di mana. Kata Hansip mengacu pada pekerjaan bapak, penulis tuangkan pada cerita Penghapusan Hansip.
Kemudian ada satu cerita yang secara personal bisa saya rasakan juga, ada pada cerita Balas Dendam Celana Dalam. Penulis bercerita waktu sekolah emak-nya pernah membelikan celana dalam yang enak sekali dipakai, tapi karena kondisi ekonomi penulis yang belum baik, emak hanya bias membeli satu pak (hanya isi 3) saja. Begitu sudah punya penghasilan sendiri, penulis hobi belanja celana dalam, hahaha.
“Ya, sekecil apa pun dendam, ia memang harus dibayar tuntas. Tak terkecuali dendam kepada celana dalam.”
Bukan, dendam saya bukan tentang memiliki celana dalam bermerek, hahaha. Buku, ya, satu hal yang membuat saya bahagia. Dulu saya tidak bisa meminta dengan mudah kepada orangtua untuk membelikan buku, karena bagi mereka tidak penting, saya hanya mampu meminjam. Namun, begitu saya punya penghasilan sendiri, dendam saya sedikit demi sedikit terbalaskan, bahkan koleksi saya pernah mencapai seribu lebih XD.
Bagian kedua berjudul Marcopolo dan Geng Koplo, terdiri dari 16 cerita pendek, menceritakan tentang kekonyolan yang pernah dialami penulis maupun teman-temannya. Paling menarik ada di cerita Lowongan Perusahaan Apus-Apusan. Dulu ketika saya berhenti di ‘bangjo’ saya sering melihat iklan lowongan untuk mengelem benang teh celup. Nah, berkat cerita penulis, saya tahu apa yang sebenarnya terjadi pada perusahaan yang iklannya menggiurkan tersebut XD.
Di bagian penutup ada glosarium, penting karena penulis banyak menyisipkan bahasa Jawa, jadi memudahkan bagi pembaca yang kurang familier dengan bahasa tersebut. Saya suka penulis menulis bahasa yang apa adanya, karena lucunya kerasa, kalau ditulis dengan bahasa Indonesia secara menyeluruh, saya tidak yakin ‘feel’-nya akan dapat.
Lambe Akrobat setipe dengan Para Bajingan yang Menyenangkan, selain sama-sama tentang kisah nyata yang dibalut komedi, ada puncak bagian yang membuat saya tertawa atau bagian yang menyadarkan dari kamuflase yang penulis sodorkan di bagian awal, saya biasa menyebutnya punchline (sama seperti yang ada di stand up comedy), yang bertebaran di akhir bab, dijamin membuat ngakak.
Kalau kalian mencari kisah sukses perjalanan penjadi pemred Mojok, lupakan saja. Buku ini bisa dibilang autobiografi versi komedi, benar-benar berisi pengalaman hidup yang konyol. Namun, buku ini tidak akan kalah inspiratif, walau Lambe Akrobat berisi orang-orang gagal, terkena musibah, tertipu, serta keterpurukan lainnya, kalian akan mendapatkan pesan moral yang tidak kalah memotivasi, yaitu tentang menertawakan diri sendiri. Selalu ada hal lucu yang bisa diambil dari nasib sial tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan berkomentar, jejakmu sangat berarti untukku :*