Kamis, 26 Juli 2018

Kana di Negeri Kiwi by Rosemary Kesauly | Book Review

Judul buku: Kana di Negeri Kiwi
Penulis: Rosemary Kesauly
Ilustrasi sampul: Orkha Creative
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
ISBN: 9786020380315
Cetakan keenam, 9 Juli 2018
200 halaman
Buntelan dari @bukugpu
Tak pernah terlintas di benak Kana bahwa dia harus pindah ke Negeri Kiwi. Itu berarti dia harus meninggalkan Yogyakarta, kota asalnya, dan Rudy, cowok yang dicintainya. Tapi apa boleh buat, mau tak mau Kana harus menyesuaikan diri dengan kehidupan barunya: ayah yang dikenalnya setelah usianya lima belas tahun, teman-teman baru, sekolah baru, kebiasaan baru, dan yang lebih penting pengalaman baru.

Untung ada Jyotika. Cewek imigran India yang cantik itu langsung menjadi teman baik Kana. Namun pada tahun kedua di Negeri Kiwi, Kana mulai merasakan berbagai perubahan. Banyak masalah yang membuatnya pusing. Berat badan yang naik, tugas-tugas yang menumpuk, obsesinya pada Rudy yang tak pernah berakhir, dan lebih parah lagi Jyotika, yang selalu diandalkan sebagai tempat curhat, tiba-tiba menjauh. Jyotika menjadi cepat tersinggung dan selalu menghindar. Apa yang terjadi? Bosankah dia menjadi temannya? Ataukah karena akhir-akhir ini Kana sering jalan bareng Tsunehisa, cowok Jepang kece di sekolahnya, yang juga cowok favorit Joy?
"The Distance from Failure to Succes is Never Longer than The Bridge of Hope."

Masalah apa yang sering dialami para remaja? Kalau kau bertanya pada Kana Woodfield, maka dia akan bercerita panjang lebar bahkan membuatkan daftar saking banyaknya permasalah hidup yang dia alami. Masalah pertama adalah diputus oleh cinta pertamanya, Rudy. Tepat seminggu sebelum Kana pindah ke Selandia Baru, cowok paling kece tersebut mematahkan hati Kana menjadi berkeping-keping. Mungkin masih diterima kalau alasannya Rudy tidak ingin berhubungan jarak jauh, tapi yang membuat Kana terpukul dan tidak bisa melupakan, dia diputus karena gemuk.

Masalah kedua tentu berhubungan dengan kepindahannya. Awalnya Kana tidak rela harus meninggalkan Yogyakarta, tapi hubungannya yang buruk dengan ibunya, serta kenyataan ibunya akan menikah lagi, meminta Kana tinggal dengan ayahnya, membuat Kana merasa terbuang, tidak diinginkan. Beradaptasi dengan lingkungan, kebudayaan serta pertemanan mungkin bukan hal yang terlalu sulit. Lain halnya harus tinggal dengan ayah yang sebelumnya hanya dia lihat lewat foto, seseorang yang asing walau ayahnya sendiri.

Untung saja kehidupan baru Kana terselamatkan berkat kehadiran Jyotika Talwar, cewek imigran India yang cantik dan pandai, sejak berkenalan di kelas ESL, mereka berteman akrab. Joy, begitu panggilannya menjadi tempat curhat akan segala masalah yang dialami Kana, salah satunya tentang berat badannya, apalagi mereka akan memasuki tahun senior, Form 7, Kana semakin tidak percaya diri.

Karena memiliki minat yang berbeda akan pelajaran, di tahun senior Kana dan Joy harus berpisah. Mereka tentu masih sering menjalin komunikasi, entah lewat telepon atau Kana mengunjungi Joy ketika makan siang. Namun, lambat laun hubungan mereka merenggang, Joy cepat marah pada Kana, semakin aneh, bahkan sulit ditemui. Apakah gara-gara dia meminta bantuan membuatkan lagu pada Tsunehisa, cowok yang ditaksir Joy?

Kana di Negeri Kiwi akan membawa pembaca pada permasalahan remaja yang tidak boleh dipandang sebelah mata.
"Kadang batas antara cinta sejati dan kebodohan memang benar-benar tipis."
"Ingat baik-baik, Kana, nilai A bukan segalanya. Ada banyak hal yang lebih berarti dari hidup."
"Kau harus tahu, Kana. Kadang hidup memang tidak berjalan sesuai dengan yang kauinginkan. Dalam perjalanan hidupmu akan ada banyak orang yang meninggalkanmu dan menyakiti perasaanmu, tapi bersamaan dengan itu juga akan ada banyak orang yang memasuki hidupmu. Semuanya terus berputar."
Untungnya ayahku beranggapan bahwa sekolah itu bukanlah tempat untuk mengejar nilai, tapi tempat untuk mengejar ilmu. Dia pernah berkata bahwa tidak masalah baginya apakah aku mendapat nilai bagus atau tidak, yang terpenting baginya adalah aku menikmati proses belajar tersebut.
"Aku ingin dihargai karena kepribadianku, bukan karena bentuk tubuhku."
Kali kedua saya membaca Kana di Negeri Kiwi, buku yang pernah menyabet juara pertama Lomba Novel Teenlit Writer pada tahun 2005 silam, membaca dengan kemasan baru, dengan perspektif yang berbeda. Dulu ketika membaca pertama kali, saya ingat betul alasan kenapa buku ini bisa menjadi juara menurut saya pribadi, karena tema yang diambil masih asing, belum banyak penulis yang mengangkat isu pelecehan seksual, apalagi untuk pembaca remaja. Membaca kedua kali setelah bertahun-tahun, semakin maraknya genre mental illness, membuat buku ini tetap layak dinikmati lintas jaman, karena permasalahan serupa ternyata masih banyak terjadi sampai sekarang.

Kana di Negeri Kiwi memang hanya terdiri dari 200 halaman, tapi apa yang coba dituangkan penulis di dalamnya menyangkut banyak hal, mulai dari proses adaptasi, penerimaan diri, body shaming, sampai masalah yang cukup berat dan serius, sexual abuse. Dijelaskan secara padat tapi dengan bahasa yang ringan khas remaja, serta ada penyelesaian untuk semua masalah, membuat buku ini kaya makna.

Pertama tentang adaptasi. Pada bagian ini penulis tidak hanya menceritakan bagaimana galaunya Kana harus memulai kehidupan baru di Selandia Baru, jauh dari teman-teman dan harus tinggal dengan orang asing. Penulis menyisipkan berbagai hal baik itu kebudayaan atau lingkungan yang ada di negara yang terkenal dengan buah kiwinya itu. Membuat latar luar negeri begitu menempel erat dengan cerita, serasa terjemahan.

Misalkan saja kalau kita dapat undangan makan, maka wajib membawa apa pun, jangan sampai datang dengan tangan kosong. Di kelas senior atau Form 7 para murid boleh mengambil lima mata pelajaran yang paling disukai, tentu disesuaikan dengan nilai di kelas sebelumnya. Ada pertukaran pelajar, seperti Riverdale Collenge, sekolah Kana tiap tahun mengadakan pertukaran pelajar dengan sekolah Santa Maria di Rio de Jenairo, Brasil. Selandia Baru memang memiliki banyak etnik, penulis memperkenalkan lewat tokoh dari berbagai negara, seperti India, Indonesia, Jepang, Taiwan, sampai Maori, suku asli Selandia Baru.
Bukannya aku tidak memiliki rasa nasionalisme, aku juga tidak bermaksud mengingkari tempat asalku sendiri, tapi anak-anak Indonesia di sini cenderung membentuk kelompok yang eksklusif. Mereka selalu berkumpul dengan orang Indonesia dan bicara dengan bahasa Indonesia. Hal itu tidak salah sih, hanya saja banyak orang yang jadi merasa tidak nyaman. Aku sendiri berpendapat bahwa bila kau tinggal di negeri orang, maka berbaur akan lebih baik, karena selain memperlancar bahasa Inggris, kau juga bisa mengenal kebudayaan lain.
Penerimaan diri dan body shaming, diperlihatkan melalui diri Kana yang tidak percaya diri akan tubuhnya. gara-gara dikatakan gemuk oleh Rudy, membuat Kana berpikir kalau saja dia kurus maka dia tidak akan diputuskan, karena kurus berarti seksi dan cantik. Di sekolah pun Kana memiliki julukan 'Koala Gendut' oleh cewek populer di sekolah. Menambah beban pikiran pada diri Kana, membuatnya sering memperhatikan penampilan, mencoba berbagai macam diet. Padahal Joy selalu bilang kalau Kana tidak gendut, tubuhnya proposional, dan dia harus bersyukur karena tubuhnya adalah miliknya sendiri. Penerimaan di sini tidak hanya menyangkut akan masalah berat bada, tapi juga masalah Kana dengan ibunya dan obsesinya untuk rujuk kembali dengan Rudy.

Saya pernah membaca sebuah artikel bahwa pelecehan seksual dan diskriminasi jender sangat diperhatikan di Selandia Baru, bahkan merupakan bentuk pelanggaran terhadap undang-undang dan tidak bisa diterima di Selandia Baru. Iklan lowongan pekerjaan harus menggunakan kata-kata netral, tempat kerja dan institusi pendidikan harus memiliki pedoman yang jelas untuk mencegah dan menangani pelecehan seksual dalam bentuk apapun.* Entah apakah terinspirasi dari fakta tersebut atau mungkin pernah tinggal di Selandia Baru, yang jelas permasalahan yang ditunjukkan penulis sampai detail tentang negara tersebut sangat pas dan jelas.

Lewat Kana di Negeri Kiwi, pembaca akan mengenal berbagai bentuk sexual abuse atau pelecehan seksual. Mulai dari bentuk sederhana, misalkan saja cewek bertubuh seksi juga memiliki masalah, mereka sering mendapatkan komentar melecehkan, bahkan tidak jarang melebar tidak hanya secara verbal, tetapi melalui sentuhan. Sampai bentuk paling traumatis seperti pemerkosaan, bahkan bisa berdampak bunuh diri.

Dari permasalahan tersebut, buku ini memberikan pesan bahwa mereka butuh ditolong, mereka butuh didengar, mereka butuh tempat mengadu. Sexual abuse tidak hanya melukai tubuh korban, tapi juga psikis, akan ada trauma yang sulit disembuhkan, dan merupakan kejahatan yang sangat serius dan harus dihentikan. Kalau melihat kejadian serupa, segera laporkan, beri dukungan secara moril pada korban bahkan ajak untuk bergabung dengan support group, tidak perlu malu dan takut. Mereka tidak sendirian, mereka berhak ceria kembali.

Buku ini sangat bagus sekali, kalau ditanya novel teenlit dalam negeri apa yang harus dibaca, saya akan menyodorkan Kana di Negeri Kiwi sebagai salah satunya. Bacalah, sebarkan nilai positif di dalamnya, agar banyak remaja yang tahu bertapa bahayanya sexual abuse, agar tidak merajalela.
Menurutku kehidupan seperti buah kiwi. Dari luar memang tampak tidak menarik. Namun setelah kau mengupas dan mencicipinya, ada kesegaran istimewa dari buah itu, yang membuatmu ingin memakannya lagi dan lagi. Hidup memang terkadang sulit dan membosankan, tapi jika kau selalu bersyukur, maka lambat laun kau pun akan menikmatinya.







***
Bila ada orang disekitarmu memiliki tanda-tanda pergolakan emosional, kecemasan, depresi, ketidakstabilan mental, bipolar bahkan keinginan bunuh diri, jangan diam saja, rangkul dia, peluk dia, jangan sepelekan apa yang dia rasakan. Kalau memerlukan bantuan orang yang ahli, kalian bisa menghubungi beberapa situs di Indonesia:

Into the Light Indonesia
Komunitas yang berfokus pada upaya pencegahan bunuh diri dan kesehatan jiwa dan populasi khusus lain.
Situs: https://intothelightid.wordpress.com
Instagram: @intothelightid
Twitter: @IntoTheLightID
Facebook: Into The Light Indonesia

Bipolar Care Indonesia
Komunitas sosial yang bergerak di bidang kesehatan jiwa khususnya ganguan bipolar.
Situs: http://bipolarcarecare.indonesia
Twitter: @BipolarCareInd
Facebook: Bipolar Care Indonesia

Yayasan Pulih
Lembaga non profit yang memberikan layanan psikologis terjangkau.
Situs: http://yayasanpulih.org
Instagram: @yayasanpulih
Twitter: @YayasanPulih
Facebook: yayasan Pulih Page

*sumber.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berkomentar, jejakmu sangat berarti untukku :*

Rekomendasi Bulan Ini

Buku Remaja yang Boleh Dibaca Siapa Saja | Rekomendasi Teenlit & Young Adult

K urang lebih dua tahun yang lalu saya pernah membahas tentang genre Young Adult dan berjanji akan memberikan rekomendasi buku yang as...