Where She Went (If I Stay #2)
by Gayle Forman
alih bahasa: Poppy D. Chusfani
editor: Dini Pandia
penerbit: Gramedia Pustaka Utama
cetakan I: Oktober 2011
ISBN: 978-979-22-7650-3
240 halaman
"Tiga tahun sudah berlalu sejak cinta Adam menyelamatkan Mia setelah kecelakaan yang memorakpandakan hidup gadis itu...
... dan tiga tahun sejak Mia pergi dari kehidupan Adam untuk selamanya."
Yub, lanjutan If I Stay (
Jika Aku Tetap Di Sini) ini menceritakan kehidupan Mia dan Adam setelah kecelakaan yang membunuh orang tua dan adik lelaki Mia. Sudut pandang penceritanya dari Adam.
Menceritakan kehidupan Adam yang hancur setelah ditinggal Mia tanpa kabar dan pesan apa pun. Adam bingung dengan dirinya, salah apa? kenapa Mia meninggalkannya? Di tengah kepurukannya, Adam mencurahkan seluruh perasaanya dalam lima belas lagu dan tak disangka, lagu-lagu tersebut meledak di pasaran. Melalui album Collateral Demage yangmasuk tangga Billboars, Shooting Star, grup band Adam, menjadi bintang rock terkenal.
Menjadi terkenal, Adam mulia berubah, seperti yang dikatakan Mia, dia masuk kategori "cowok," orang brengsek, playboy, kecanduan obat, menjadi temperamental, hubungan dengan personil band lainnya pun tidak harmonis. Adam seperti kehilanga dirinya sendiri.
Menjadi terkenal, Adam kehilangan kehidupannya yang normal, merasa tertekan dengan banyaknya tur yang akan dijalani bandnya. Enam puluh tujuh malam, empat belas negara, tiga puluh tiga kota, beeberapa ratus jam dalam bus tur. Semua itu membuat Adam gila, terseret arus, masuk ke pusaran yang tidak tahu dimana muaranya. Ketika dia berjalan-lalan untuk menjernihkan pikirannya, tak sengaja dia melihat poster gadis yang selama ini selalu dirindukannya, poster itu bertuliskan SERIAL KONSER MUDA MEMPERSEMBAHKAN MIA HALL. Setelah bangkit dari koma, Mia benar-benar berjuang untuk hidup, berjuang agar tetap tegar dari kematian naas keluarganya, berjuang mewujudkan mimpinya menjadi pemain cello profesional. Cello memperbaiki suasana hati Mia. Setelah sembuh, dia berangkat ke Juilliard dan tidak pernah kembali lagi ke Adam.
Melawan perang batin, Adam pun memasuki Zankel Hall, bukan untuk melihat, hanya mendengarkan. Setelah konser selesai, Adam terkejut ketika petugas pintu masuk mengatakan kalau Mia ingin bertemu dengannya. Nah, ini adalah bagian yang paling saya tunggu-tunggu.
"Naluri pertamaku bukanlah memeluknya atau menciumnya atau meneriakinya. Aku hanya ingin menyentuh pipinya, yang masih merah setelah pertunjukkan tadi. Aku ingin menembus ruang yang memisahkan kami, yang hanya beberapa meter --bukan berkilo-kilo meter, bukan diseberang benua, bukan tahunan-- dan mengusapkan jemariku yang kapalan ke wajahnya. Aku ingin menyentuhnya untuk memastikan ini benar-benar dirinya, buka salah satu mimpi yang sering sekali menghantuiku setelah dia pergi, mimpi ketika aku melihatnya sejelas pada siang hari, siap menciumnya dan merangkulnya, lalu aku terbangun dan menyadari bahwa Mia berada di luar jangkauanku."
Jleb.
Setelah bertemu, Mia mengawali basa basi, sedangkan Adam banyak pertanyaan yang ingin dilontarkannya namun tak kunjung terucap. Kemana kau selama ini? Apakah kau prnah memikirkanku? Kau menghancurkanku. Apakah kau baik-naik saja? Merasa berlawanan arah, di mana Adam terbawa arus yang deras sedangkan Mia berada ditepian, Adam pun pergi meninggalkannya. Tak mau kehilangan kesempatan, Mia langsung mengejar Adam dan membawanya dalam perburuan rahasia kota New York. bagian ini menginggatkan saya seperti adegan dilm Before Sunrise/ Sunset, kedua tokoh utama berjalan-jalan mengelilingi kota dan saling bercerita tentang dirinya sendiri. Mia bercerita tentang Juilliard, tentang kehidupannya setelah sembuh, sedangkan Adam saling sahut menyahut dengan ceritanya Mia, berkunjung ke masa lalu. Misalnya ketika Mia berkata Adam berubah, maka akan flash back dimana dia mulai mengalami perubahan itu. Dan bagian dari acara jalan-jalan mereka yang aku sukai adalah:
"Berhenti tidak sulit. Memutuskan berhentilah yang sulit. Tapi, begitu kau sudah melakukan lompatan mental itu, sisanya mudah."
"Sungguh? Jadi begitukah caramu berhenti menghubungiku?"
Jleb. Jleb.
Menohok banget pertannyaan Adam ini buat Mia, bagaimana tidk/ sejak awal bertemu, mulut adam sudah gatal ingin menanyakan alasan kenapa Mia pergi meninggalkan dirinya. Untuk mengetahui jawabannya, bacalah sendiri, kau akan ikut terseret oleh arus yang deras bersama Adam.
Dia awal saya sudah menuliskan kalau sudut pandang penceritanya dari Adam, dan sangat sangat menyukainya. Saya ikut terseret oleh perasaan Adam, bagaimana dia hancur akan kehilangan Mia, terseret adam untuk melewati satu hari, hanya satu hari, satu periode dua puluh empat jam untuk kau lewati. Bagaimana perasaan Adam yang carut marut ketika bertemu dengan Mia lagi. Saya sangat suka dengan buku ini, penulis menyelesaikannya benar-benar tuntas tas. Awalnya saya berpikir setelah bertemu yaudah selesai, tapi saya puas dengan endingnya. Selain itu, dalam selingan tiap bab, penulis juga mencantumkan potongan lirik lagu dari album Collateral Demage, tambah dekat lagi kita dengan Adam. Saya kasih contoh dari lagu yang paling saya suka dan merupakan lagu kebangsaan Shooting Star, Animate:
"First you inspect me
Then you dissect me
Then youreject me
I wait for the day
That you'll resurrect me"
Selain "lebih dekat" dengan Adam, kehidupan Adam mencerminkan kebanyakan artis yang sedang booming. Saya jadi sedikit memahami kenapa para artis tersebut setelah terkenal malah "rusak," bunuh diri, ketergantungan obat, depresi sehingga tidak sedikit artis yang masuk rehabilitasi. Mereka kehilangan diri sendiri, kehilangan privasi, tidak bisa menjalani kehidupan yang normal lagi, selalu ada kamera yang merekam tindak tanduk mereka. Pusing, tertekan, letih karena jadwal manggung yang padat. Karma, begitu kata Adam ketika seseorang mendapatkan ketenaran dan kekayaan.
Alurnya melompat-lompat, dari masa sekarang- masa lalu- dan kembali kemasa sekarang, cepat dan tidak membuat bingung karena benar-benar mengalir sesuai langkah Adam. Where She went adalah bukunya Adam, kita akan tahu semua tentang Adam sedangkan If I Stay adalah bukunya Mia. Jadi, kalau benar-benar ingin mendapatkan "feel" buku ini, ada baiknya membaca buku yang pertama karena sangat berhubungan. Perasaaan Mia juga tergambar, apa lagi di bagian akhir-akhir, yah seperti kalau kita makan harus ada makanannya bukan? sama seperti itu, Where She Went adalah minumannya sedangkan If I Stay adalah makanan pokoknya. Suka covernya, Adam banget! jauh lebih suka covernya daripada buku aslinya di mana menurut saya lebih cocok untuk buku pertama. Saya tidak begitu memperhatikan apakah ada typo atau tidak karena saya sudah ikut terhanyut oleh pusarannya Adam, bersama dirinya #eaaaaa.
Well, 5 sayap untuk Adam Wilde yang liar :p