Walking After You
Penulis: Windry Ramadhina
Editor: Gita Romadhona & Ayuning
Desainer sampul: Dwi Anisa Anindhika
Penerbit: GagasMedia
ISBN: 979-780-772-X
Cetakan pertama, 2014
320 halaman
Harga: 35k (off 30% di BukaBuku)
Masa lalu akan tetap ada. Kau tidak perlu terlalu lama terjebak di dalamnya.
Pada kisah ini, kau akan bertemu An. Perempuan dengan tawa renyah itu sudah lama tak bisa keluar dari masa lalu. Ia menyimpan rindu, yang membuatnya semakin kehilangan tawa setiap waktu. Membuatnya menyalahkan doa-doa yang terbang ke langit. Doa-doa yang lupa kembali kepadanya.
An tahu, seharusnya ia tinggalkan kisah sedih itu berhari-hari lalu. Namun, ia masih saja di tempat yang sama. Bersama impian yang tak bisa ia jalani sendiri, tetapi tak bisa pula ia lepaskan.
Pernahkan kau merasa seperti itu? Tak bisa menyalahkan siapa-siapa, kecuali hatimu yang tak lagi bahagia. Pernahkah kau merasa seperti itu? Saat cinta menyapa, kau memilih berpaling karena terlalu takut bertemu luka.
Mungkin, kisah An seperti kisahmu.
Diam-diam, doa yang sama masih kau tunggu.
Mereka berbagi impian yang sama, ingin membuka sebuah restoran. Mereka juga belajar memasak dan bekerja di dapur yang sama. Arlet menyukai kue Prancis sedangkan Anise atau biasa dipanggil An, jatuh hati pada masakan Italia. Tapi, impian mereka sedikit berubah, An meninggalkan keahliannya, dia lebih memilih dapur yang salah, di mana An selalu membuat kekacauan. An meninggalkan impiannya sendiri menjadi koki masakan Italian dan memilih mewujudkan impian saudara kembarnya, dia pun bekerja di toko kue milik sepupunya, Galuh, menjadi asisten koki, di mana sang koki sendiri tidak pernah menginginkan seorang asisten.
Porsi kisah cinta dan bagian dapur sendiri sangat pas, saya menyukai segala sesuatu yang dikerjakan Ju, bagaimana dia sangat berkonsentrasi membuat kue sampai mengejar kesempurnaan, dalam bayangan saya dia seperti seorang koki yang memiliki bakat luar biasa tapi memilih bekerja sesuai dengan apa yang membuat dia bahagia, tidak mengejar ketenaran. An menjuluki Ju dengan sebutan Tuan Amat-terlalu-kelewat-serius kalau saya menjulukinya Tuan Amat-kelewat-kece-sekali, hahahaha. Sepertinya mbak Windry masih enggan meninggalkan karakter cowok yang sinis, jenius, kalau biasanya selengekan, si Ju ini lebih melankolis, pemalu, pendiam, dan tetap saja memenangkan hati saya :D
Sedangkan karakter An sendiri lebih ceria, suka sekali menggoda Ju. masa lalu An tidak langsung diceritakan, kadang hanya disisipkan sedikit ketika dia teringat akan sesuatu di masa kini, membuat saya tidak sabar membaca lembar demi lembar untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi antara An dan Arlet, siapa Jinendra? Jujur sih, Jinendra juga menawan, intinya sih cowok yang pinter di dapur itu nikahable, hehehehe. Bahkan karakter pendukungnya pun bisa berpengaruh penting, lewat karakter Ayu saya juga lebih bisa merasakan apa yang dirasakan An, menemukan benang merah akan masa lalu mereka berdua. Berharap semoga London akan ada lanjutannya :p.
Bagian favorit adalah ketika An memaksa Ju mengajarinya membuat kue, juga bagian salah satu trik tentang teknik membuat kue. Inilah yang saya cari-cari dari buku yang bertema masakan, ada informasi seputar dunia dapur yang sekiranya bisa saya praktekkan langsung :D
4 sayap untuk Angel in The Rain.
NB:
Baca Bareng BBI untuk tema profesi
"Tanganku bukan tangan koki kue."Tidak mudah bekerja di Afternoon Tea, An hanya mengerjakan perkerjaan remeh, sering kena omel, dia dilarang menyentuh bahan atau membuat kue. Julian adalah satu-satunya koki di Afternoon Tea, dia penguasa dapur. Dia sangat perfeksionis, harus sesuai dengan apa yang diinginkan, tidak boleh ada kesalahan sedikit pun, harus sesuai dengan resep yang dia buat sendiri, hanya resep dari Ju. Tidak jarang An diusir dari dapur. Sikap tegasnya di dapur diganjar akan rasa kue-kue yang tak terkira lezatnya, tidak ada yang meragukan keahlian Ju, An menyadari itu.
"Itu benar. Tanganmu bukan tangan koki kue. Semua kacau kalau ada kau."
Dalam satu hari, tidak terhitung berapa kali dia memakiku cuma gara-gara hal sepele semacam ukuran kue yang berbeda lima milimeter, posisi stroberi di puncak tar yang miring sekian derajat, warna selai yang sdikit-hanya-sedikit-lebih pucat daripada biasanya, atau bahkan setitik cokelat leleh di tepi piring.Hanya satu yang membuat Ju merasa bersedih, ketika salah satu pelanggan bernama Ayu, perempuan pembawa hujan memesan Souffle cokelat, dia selalu memesan menu tersebut dan duduk di tempat yang sama tapi dia sama sekali tidak pernah memakan pesanannya. An penasaran, dialah yang memakan Souffle cokelat Ayu yang tak tersentuh dan merasa kue yang sangat enak tersebut sangat disayangkan kalau dibuang. An pun meyelediki apa yang sebenarnya terjadi dengan Ayu dan mendapati kalau mereka mempunyai kisah yang sama.
Bagi Julian, bagi Arlet pula, kue bukan sekadar kue. Kue adalah keajaiban. Mereka berdua sama-sama percaya bahwa kehadiran satu potong tar yang cantik di atas meja bisa membuat seseorang tersenyum. Satu sendok krim yang benar-benar enak akan menjadikan hari orang itu sempurna. Dan, kalaupun sebelumnya dia mengalami hari yang buruk, maka kue adalah penawar pahit paling pas.
Untuk melepaskan masa lalu, yang harus kulakukan bukan melupakannya, melainkan menerimanya. Dengan menerima, aku punya kesempatan untuk belajar memaafkan diri sendiri. Aku tidak berkata ini mudah. Dan, ini akan butuh waktu. Tetapi, pada saatnya nanti, aku akan terbebas dari semua beban yang menekanku selama ini. Pada saatnya nanti.Bisa dibilang buku ini adalah favorit dari Windry Ramadhina setelah Memori, saya sangat menyukainya. Masih ingat dengan postingan Buku-Buku Yang Bikin Lapar Akan Cinta dan Makanan? Beberapa tahun yang lalu saya mengumpulkan buku yang bertemakan kisah cinta dan masakan, di buku ini lah saya mendapatkan kepuasan, bisa dibilang terbaik yang sejauh ini saya temukan. Mulai dari konflik dan para karakternya, tidak ada yang mengecewakan.
Porsi kisah cinta dan bagian dapur sendiri sangat pas, saya menyukai segala sesuatu yang dikerjakan Ju, bagaimana dia sangat berkonsentrasi membuat kue sampai mengejar kesempurnaan, dalam bayangan saya dia seperti seorang koki yang memiliki bakat luar biasa tapi memilih bekerja sesuai dengan apa yang membuat dia bahagia, tidak mengejar ketenaran. An menjuluki Ju dengan sebutan Tuan Amat-terlalu-kelewat-serius kalau saya menjulukinya Tuan Amat-kelewat-kece-sekali, hahahaha. Sepertinya mbak Windry masih enggan meninggalkan karakter cowok yang sinis, jenius, kalau biasanya selengekan, si Ju ini lebih melankolis, pemalu, pendiam, dan tetap saja memenangkan hati saya :D
Sedangkan karakter An sendiri lebih ceria, suka sekali menggoda Ju. masa lalu An tidak langsung diceritakan, kadang hanya disisipkan sedikit ketika dia teringat akan sesuatu di masa kini, membuat saya tidak sabar membaca lembar demi lembar untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi antara An dan Arlet, siapa Jinendra? Jujur sih, Jinendra juga menawan, intinya sih cowok yang pinter di dapur itu nikahable, hehehehe. Bahkan karakter pendukungnya pun bisa berpengaruh penting, lewat karakter Ayu saya juga lebih bisa merasakan apa yang dirasakan An, menemukan benang merah akan masa lalu mereka berdua. Berharap semoga London akan ada lanjutannya :p.
Bagian favorit adalah ketika An memaksa Ju mengajarinya membuat kue, juga bagian salah satu trik tentang teknik membuat kue. Inilah yang saya cari-cari dari buku yang bertema masakan, ada informasi seputar dunia dapur yang sekiranya bisa saya praktekkan langsung :D
An dan Arlet bercerita kepada kalian tentang impian, toko kue kecil di suburban, hujan setempat yang sendu, kenangan, dan penyesalan.Buku ini recommended banget bagi yang mencari kisah cinta di dapur dan cowok melankolis :D
Kita semua pernah merasakan itu. Kita semua pernah melakukan kesalahan. Kita semua pernah berharap bisa memutar balik waktu dan mengulangi segalanya dari awal. Barangkali, lewat buku ini, kita-atau paling tidak beberapa di antara kita-mendapatkan cara untuk berdamai dengan masa lalu.
4 sayap untuk Angel in The Rain.
NB:
Baca Bareng BBI untuk tema profesi
Belum baca sih bukunya, tapi kalau dilihat-llihat nampaknya si Julian ini ada kecenderungan OCD deh... hihihihi.....
BalasHapusReviewnya bikin penasaran sama bukunya :D
Iya, Ju emang OCD, walau penulis nggak menyebutkannya, habis dia nggak suka kalau lihat dapur kotor dan penuh detail. Terima kasih sudah berkunjung :)
HapusNgeliat covernya aja udah bikin ngiler, gimana nanti baca isinya? Kayaknya aku harus sediain tisu, hehe. Windry cukup detail ya ngebahas profesi seseorang di dalam novelnya? Novel Memori yang aku baca barusan juga detail banget ngebahas ttg profesi arsitek. :D
BalasHapusOot: Cieee, header baru. XD
Ganti suasana biar semangat ngeblog, kang :p
Hapussalah satu kelebihan mbak Windry menurutku adalah dia pintar mendeskripkan sesuatu dengan detail. Dan disetiap bukunya pasti ada profesi yang berbeda dan menarik untuk dipelajari :)
Wah jadi pengen lanjut baca. Padahal udah lama punya novelnya, baru baca satu bab, dan berhenti :( soalnya mood lagi suka yang fantasi-fantasi sih hahaha. Habis baca ini jadi pengen ngelanjutin :")
BalasHapusAyo baca, rugi loh kalau nggak dilanjutin :p
Hapus