Source: brilliantlybeloved |
Berhubung tema Top Ten Tuesday dari The Broke and the Bookish untuk tema minggu ini 'aku banget' jadi ikutan deh :D. Pasti sudah tahu dong kalau saya ini penggemar berat genre romance, kalau baca buku nggak ada bumbu romance-nya maka rasanya hambar. Cerita apa pun dari genre mana pun kalau ada kisah cintanya saya bisa menerima. Tapi dari semua buku romance yang saya baca apakah ada kriteria tertentu bacaan seperti apa yang mendominasi bakalan saya suka atau nggak? Tentu saja ada, berikut adalah beberapa alasan yang menjadi penyebab suka dan tidaknya saya akan bacaan romance.
Likes
1. Si kaya dan si miskin
Emang dongeng banget sih, tapi saya nggak pernah bosan baca kalau sebuah cerita bertema si kaya dan si miskin, mungkin karena saya suka dongeng kali ya jadi sukanya ngayal, hehehehe. Rasanya tuh selalu romantis, kisah cinta kayak gini nggak gampang dihadapi kalau semisal kita mengalami di kehidupan nyata, banyak pengorbanan, banyak faktor penggagalnya makanya saya suka baca cerita cinta yang penuh dengan lika luku #tsah.
2. Benci jadi cinta
Salah satu tema cerita cinta yang cukup pasaran dari dahulu kala. Tema ini sangat menuntut penulis benar-benar bisa membuat dua karakter yang kuat, yang menarik, dialog yang cerdas sehingga interaksi mereka tidak membosankan. Karena nggak gampang membuat seseorang yang awalnya benci kemudian cinta, harus melalui proses. Nah kalau prosesnya ini nggak matang, chemistry-nya nggak ada, ceritanya bakalan 'kopong', nggak menarik dan nggak ada greget. Chemistry sangat penting dalam novel romance, kalau menurut saya.
3. Karakter cowoknya minta diajak nikah
Ini mah harga mati, kalau ada cerita cinta, karakter cowoknya harus bisa membuat saya jatuh cinta kepadanya. Biasanya saya suka banget sama karakter yang sinis, jenius, tapi diam-diam perhatian banget, yang seksi dan hot, wakakakaka.
4. Melibatkan cerita keluarga
Kadang saya nggak saklek harus murni kisah cinta sang tokoh utama, bisa juga dari masalah keluarga kemudian baru tumbuh rasa cinta. Contohnya adalah buku-buku karya Sarah Dessen atau Memori-nya Windry Ramadhina.
5. Beraura gelap atau suram
Kalau ditanya lebih milih romantic comedy atau dark romance, maka saya akan jawab dark romance. Entah kenapa saya lebih suka baca cerita yang tokohnya depresi, mungkin saya bisa belajar dari tokoh tersebut. Sekelam-kelamnya hidup seseorang pasti nanti ada penyelesaiannya, menemukan kebahagiaan, proses inilah yang saya suka terlebih kalau si tokoh menemukan seseorang yang membuatnya kuat. Kalau alasan nomor satu agak sinetronis, alasan kali ini cukup realistis, karena semua orang nggak mesti selalu bahagia.
Dislikes
1. Penulis yang suka PHP akan adegan tertentu
Misalnya nih ya ada adegan ciuman, saya paling males kalau baca si tokoh cuma ngebayangin tapi nggak direalisasikan, cuma di pikirannya aja dan ngebet banget tapi prakteknya nol. Ibaratnya kayak nonton bola, pemainnya gagal mulu kalau mau ngegolin, eerrrrrrrr.
2. Karakter utamanya nyebelin
Saya kasih contoh aja ya biar gampang. Saya pernah baca buku romance, benci jadi cinta lah tapi si cowok ini nggak sabaran kali ya jadi walau dia sudah ada rasa suka sama si cewek dia tetep aja selingkuh dan tidur sama cewek lain. Langsung ilfil sama bukunya. Saya benci selingkuh, walau nggak semua cerita selingkuh saya benci, tapi kalau sudah ada sinyal keduanya saling suka ya jangan melukai dengan berkencan apalagi tidur dengan orang lain, itu kesalahan fatal bagi saya.
3. Alur terlalu lambat dan nggak ada kejelasan cerita
Paling males kalau baca kisah cinta yang penulisnya aja bingung cerita mau dibawa kemana, ending yang nggak sesuai dengan jalan cerita. Meh.
4. Nggak Logis
Saya setuju kalau yang namanya cerita fiksi itu apa pun bisa terjadi. Tapi saya nggak setuju kalau sefiksi-fiksinya cerita tapi nggak bisa diterima akal sehat. Begitu juga dengan cerita cinta, apa pun cerita yang dipilih hendaknya yang realistis, jangan ngawur.
5. Sad ending
Saya benci banget kalau baca ending yang tidak sesuai harapan saya. Saya pecinta happy ending garis keras.
Yak, itulah serba serbi yang membuat saya suka dan nggak suka akan cerita romance, kalau kamu? Ada kesamaan nggak dengan saya? Yuk share di kolom komentar di bawah ini :D
Aku juga ngga suka kalo alurnya terlalu lambat dan ngga jelas ngarahnya kemana XD rasanya jd sia-sia baca bukunya :(
BalasHapusTerlebih kalau beli, rugi :(
HapusMusuh jadi cinta jadi subgenre romance favoritku, nggak tahu kenapa suka aja kejaiman tokohnya di awal yang suka musuhan eh di akhir malah jadian xD. Dan Memori-nya Windry jadi novel pertama Windry yang bikin Windry jadi penulis favoritku
BalasHapusYeay, tossss, emang nagih banget tulisannya mbak Windry :D
HapusAkhir-akhir ini I have mixed feelings with sad ending. Kalau sad endingnya masuk akal, dan memang cuma itu cara satu-satunya untuk mengakhiri cerita, aku lumayan bisa menerima. Tapi tentu saja, aku lebih pro happy ending. :)
BalasHapusKalau aku mending Open Ending daripada Sad Ending, rasanya capek aja kalau baca yang nggak seperti yang diharapkan :)
HapusWah..baru tahu Sulis lebih suka dark romance.. :D
BalasHapusTipikal romance kaya dan miskin itu memang selalu menarik diikuti. Tapi akhir2 ini model kayak gitu (khususnya kalo cowoknya milyuner) makin menjamur. Mulai eneg bacanya .... hehe
Wakakakaka, iya sih mbak sekarang jadi pasaran. Tapi kebanyakan ada di novel dewasa di mana adegan hotnya dibagai sebagai pendamping, yang susah adalah nyari yang benar-benar menonjolkan konflik tersebut, sejauh ini aku belum nemu yang benar-benar favorit.
HapusHehe. Buku terakhir yang aku baca sad ending, Sulis. Btw, katanya cewek suka dengan kriteria tertentu di novel bisa jadi itu kriteria idealnya di dunia nyata. Bener ga ya? :D
BalasHapusHihihihi, siapa sih yang nggak kepengen bahagian, Ila? Mungkin hidupku terlalu banyak masalah makanya suka cerita yang bahagia, siapa tau ketularan bahagia gitu :D
HapusKalau tentang persahabatan jadi cinta, suka nggak, Kak? :p
BalasHapusSuka juga, itu salah satu tema yang mainstream banget, cuma kadang konfliknya itu-itu aja sehingga kadang nggak menemukan hal yang baru :)
HapusAku lebih suka baca buku sastra atau komedi sekalian, jadi ndak setengki-setengki gitu
BalasHapusSalam,
Asya
Hahaha namanya juga selera
Hapus