Interval
Pak Dante juga mempunyai hubungan yang tidak baik dengan Erash, salah satu muridnya yang pernah menjuarai Olimpiade Matematika. Semua kabar tersebut tidak menyurutkan niat Anna untuk mendekati Pak Dante, dia malah semakin penasaran. Selain itu kehadiran Naomi, murid baru keturunan Jepang sangat meresahkan dirinya, dia sangat pintar, menyita banyak perhatian, bisa langsung menjadi anggota inti Math Club dan yang paling mengejutkan, dia bisa membuat Erash tidak secuek biasanya. Anna beranggapan kalau Naomi merebut 'tempatnya'.
Pertama kali melihat cover buku ini saya langsung tertarik, bagus banget, kemudian setelah buku ada di tangan, lebih kesenengan lagi. Memang bukan pertama kali ini saya mendapati cover yang unik, bagian depan berbeda dengan yang belakang, bolak balik, tetap saja kolekable. Sebelumnya saya pernah membaca Unlucky Loser yang bertema sama, hanya saja proses penulisannya yang beda. Persamaannya adalah Unlucky Loser ditulis oleh dua penulis di mana masing-masing menjadi narator untuk dua tokoh utamanya. Perbedaanya, Unlucky Loser bisa berdiri sendiri, bisa mulai baca terserah di bagian siapa karena cerita sama - sama berakhir di tengah halaman. Sedangkan pada Interval ini, Nay Sharaya memulai cerita kemudian dilanjutkan oleh Dion Sagirang. Walau endingnya berada di tengah halaman, akan rancu bila kita memulai membaca di bagian Dion Sagirang dulu.
Saya suka cerita bertema keluarga, terlebih buku ini melibatkan hubungan kakak adik yang dahulu sangat baik karena perceraian orangtua mereka, mereka berpisah, ada jarak yang membuat hubungan mereka tidak sama lagi, mereka menjadi dua orang asing. Anna merasa tidak berharga, kedua orangtuanya lebih memilih Erash karena dia lebih berprestasi, sehingga Anna mati-matian menjadi orang yang berprestasi juga, di bidang atletik, sayangnya ibu Anna tetap saja mengganggap keahlian tersebut tidak sehebat yang dimiliki Erash, Anna pun membenci Erash, membenci kenapa dia yang diperebutkan, membenci kenapa ketika dia menjauh Erash malah membiarkannya, tidak ingin merangkulnya dan melindunginya lagi.
Sedangkan Erash melakukan tindakan yang berlawanan dengan Anna. Dia membuang semua keahliannya, dia menunjukkan kemarahan akan sikap orangtuanya dengan menjadi orang yang tidak peduli dengan apa pun, bertindak semaunya, keluar dari Math Club dan menjadi anak yang sering bermasalah di sekolah. Ada kalanya dia ingin melindungi Anna seperti mereka masih kecil, hanya saja kebencian satu sama lain membuatnya tidak bisa memulai.
Selain kelebihan dari segi cover, saya suka konflik dan karakter di buku ini. Nay Sharaya sukses membuat karakter Anna yang keras kepala. Ini kali kedua saya membaca buku dari Nay Sharaya setelah (Me)mories, di mana saya merasa karakternya tidak jauh berbeda. Mungkin memang sudah menjadi ciri khasnya penulis, dia suka membuat seorang cewek yang berkarakter keras dan mandiri, selain itu aura darknya juga masih terasa, dan menyimpan beberapa misteri akan ceritanya, membuat tidak sabar untuk mengetahui ending buku tersebut.
Kali pertama saya membaca tulisan Dion Sagirang, rasanya tidak sulit bagi penulis untuk membuat karakter Erash yang memiliki sifat hampir sama dengan Anna, sama-sama cuek dan pendiam, sehingga chemistry adik-kakaknya dapat. Untuk konfliknya di mana sebuah keluarga yang pecah mencoba untuk bersatu kembali, kedua penulis menghadirkan orang ketiga untuk mendukung konflik antara Anna dan Erash, Naomi dan Pak Dante. Kehadiran Naomi membuat Anna merasa kalau Erash benar-benar tidak memperhatikannya, dia malah lebih peduli dengan orang lain daripada dirinya sendiri. Sedangkan kehadiran Pak Dante membuat Erash seperti tidak dibutuhkan lagi, tidak menjadi orang pertama yang dimintai tolong. Walau dari luar sama-sama gengsi, sebenarnya mereka saling membutuhkan satu sama lain.
Saya nggak berharap buku ini sama persis dengan Unlucky Loser di mana ceritanya bisa berdiri sendiri dan mempunyai twist 'nyambung' di tengah halaman. Walau sama-sama punya benang merah, saya tidak yakin kalau kita membaca bagian dari Dion Sagirang terlebih dahulu kita bakal mengerti akan ceritanya, karena sistemnya Dion Sagirang melanjutkan cerita dari Nay Sharaya. Jadi harapannya buku ini bisa dibaca dari dua sisi, covernya sudah sangat mendukung sekali soalnya.
Kedua, alur yang dipakai kedua penulis sama-sama cepat, hanya saja Nay cukup sukses membuatnya, walau cepat bagian yang terpenting tidak terlewat, dia melemparkan misteri yang jawabannya disimpan cukup baik, yang nantinya dijawab oleh Dion Sagirang. Sedangkan bagian dari Dion ada beberapa bagian yang masih menjadi ganjalan, terlalu terburu-buru dalam penyelesaian konflik. Misalnya saja masalah yang dihadapai Pak Dante, saya masih penasaran kenapa Anna tetap saja membantu, ada penjelasannya hanya saja kok saya nggak puas, tidak ada pembelaan dari Pak Dante sendiri, akhir kasusnya pun juga dibuat mengantung. Sedangkan peran Naomi tidak sepenting Pak Dante, padahal kalau dikembangin lagi dia bisa menjadi salah satu perekat hubungan Anna dan Erash, layaknya Pak Dante.
Masa lalu Anna dan Erash kurang digali lebih dalam, padahal ini sangat penting menurut saya. Kadang bagian Anna flashback ke masa di mana hubungan mereka sangat baik sebagai kakak-adik kemudian pasca perceraian dan orangtua rujuk kembali hubungan mereka sudah berbeda. Masa-masa ini juga tidak dijelaskan, alasan orangtua mereka rujuk kembali dan kenapa Erash menjadi membenci Anna, seharusnya dia yang lebih berusaha untuk mendapatkan hati Anna, bukannya malah membiarkan dan akhirnya menjadi sama-sama benci, hehehe. Soalnya di bagian Anna kerasa banget kok dia berharap Erash masih memperhatikannya diam-diam tetapi begitu membaca dari sudut pandang Erash, dia benar-benar kepala batu, kok tega banget sih? Bahkan Rifat saja lebih perhatian daripada kakaknya sendiri. Ini yang saya harapkan dari Erash, agar dia lebih terbuka akan perasaanya.
Walau masih ada kekurangan di sana sini, buku ini asik kok untuk dibaca, nggak melulu tentang cinta-cintaan, terlebih untuk ukuran teenlit temanya sedikit berbeda, cukup berat tapi nggak sampai bikin puyeng, memiliki formula dan tampilan yang cukup unik sehingga ketika kita membaca terasa kesegarannya :D
Buku ini bercerita tentang kesempatan kedua, proses memaafkan dan pentingnya sebuah arti keluarga.
3.5 sayap untuk kakak-adik Sadjana.
Book trailer:
Penulis: Nay Sharaya, Dion Sagirang
Editor: Anin Patrajuangga
Desain cover: Dyndha Hanjani P.
Ilustrator: Lisa Fajar Riana
Penerbit: Grasindo
ISBN: 978-602-251-868-6
Cetakan pertama, Januari 2015
280 halaman
Buntelan dari @InayahSyar
Anna
Kupikir aku akan selalu baik-baik saja dalam keluarga yang kacau ini. Hingga kemudian, beberapa kesialan datang tiba-tiba dan mengejutkanku.
Kakakku, pemuda asing yang genius itu selalu mendapatkan apa saja dengan mudah, lalu menyia-nyiakannya. Seorang gadis Jepang yang perlahan-lahan merebut tempatku yang nyaman. Dan terakhir, seorang pria, guru misterius yang penuh rahasia dan akhirnya melibatkanku dalam kekacauan yang tak pernah kualami sebelumnya.
Semuanya muncul bersamaan dan membuatku sadar bahwa bertahan sendiri tidak lagi semudah dulu.
Erash
Dulu aku pernah berbagi tawa bersama gadis itu. Pada sore yang cerah, kami menaiki sepeda yang sama, melewati hari-hari dengan bahagia. Seperti kisah-kisah dalam dongeng.
Lalu, mari kita tengok sekarang. Dia, gadis yang pernah berbagi tawa bersamaku telah menjelma sosok yang tidak kukenali. Ada sorot benci yang sulit kuejawantahkan saat dia menatapku, dan tatapan itu seperti cara seseorang menatap musuh.
Padahal, gadis itu adalah adikku. Sekarang, saat hidupnya didera banyak masalah, apa aku masih punya alasan untuk tetap peduli?
Zivanna Emilya Sadjana sangat berprestasi di bidang olah raga, walau dia baru kelas X, dia sudah dipercaya untuk menjadi kapten tim basket puteri di sekolah. Dia sangat disegani, diperebutkan berbagai ketua klub agar mau bergabung dan meningkatkan pamor klub ektrakulikuler mereka, dia juga cantik dan kaya, hanya saja ada satu kekurangannya yaitu pelajaran Matematika. Guru pengganti pelajaran Matematika bisa dibilang cukup killer dan selalu memberika soal yang susah, membuat Anna sulit mengejar ketinggalan. Dia pun nekat mengikuti seleksi Math Club dan hanya berhasil menjadi anggota level bawah, tidak puas, dia langsung mendatangi Pak Dante dan meminta agar dirinya mengajar les privat. Padahal, banyak rumor tidak baik yang menyangkut Pak Dante, selain dikeluarkan dengan tidak hormat dari Nanyang Technology University, dia juga dituduh melakukan pelecehan seksual kepada muridnya.
Pak Dante juga mempunyai hubungan yang tidak baik dengan Erash, salah satu muridnya yang pernah menjuarai Olimpiade Matematika. Semua kabar tersebut tidak menyurutkan niat Anna untuk mendekati Pak Dante, dia malah semakin penasaran. Selain itu kehadiran Naomi, murid baru keturunan Jepang sangat meresahkan dirinya, dia sangat pintar, menyita banyak perhatian, bisa langsung menjadi anggota inti Math Club dan yang paling mengejutkan, dia bisa membuat Erash tidak secuek biasanya. Anna beranggapan kalau Naomi merebut 'tempatnya'.
Keluarga adalah tempat pertama yang akan menerima kita apa pun yang terjadi. Akan mendengarkan kita saat yang lain tidak mendengarkan.Pramuerash Sadjana, salah satu murid kesayangan guru BK, sangat cuek seperti tidak peduli pada dunia tapi dibalik kenakalannya dia adalah murid yang sangat jenius. Tidak banyak yang tahu kalau dirinya dan Anna bersaudara, karena mereka seperti orang asing, tidak pernah bertegur sapa walau tinggal satu atap, pura-pura tidak kenal di sekolah, hanya beberapa orang saja yang mengetahui hubungan mereka, salah satunya adalah Rifat, sahabatnya, yang dengan mudahnya menawarkan diri sebagai pengganti dirinya, karena dia sangat menyukai Anna. Kemudian kejadian yang menimpa Pak Dante yang akhirnya menyeret Anna mau tidak mau membuat Erash berpikir, apakah dia sanggup kehilanggan Anna untuk kedua kalinya?
"Seperti hidup, Erash. Ada banyak pilihan, tetapi kita tidak bisa memilih. Atau kita terpaksa harus menentukan pilihan yang sebenarnya tidak diinginkan. Hidup ini kadang tidak adil."
"Orang dewasa terlalu egois. Skala prioritas mereka hanyalah dirinya sendiri."
Pertama kali melihat cover buku ini saya langsung tertarik, bagus banget, kemudian setelah buku ada di tangan, lebih kesenengan lagi. Memang bukan pertama kali ini saya mendapati cover yang unik, bagian depan berbeda dengan yang belakang, bolak balik, tetap saja kolekable. Sebelumnya saya pernah membaca Unlucky Loser yang bertema sama, hanya saja proses penulisannya yang beda. Persamaannya adalah Unlucky Loser ditulis oleh dua penulis di mana masing-masing menjadi narator untuk dua tokoh utamanya. Perbedaanya, Unlucky Loser bisa berdiri sendiri, bisa mulai baca terserah di bagian siapa karena cerita sama - sama berakhir di tengah halaman. Sedangkan pada Interval ini, Nay Sharaya memulai cerita kemudian dilanjutkan oleh Dion Sagirang. Walau endingnya berada di tengah halaman, akan rancu bila kita memulai membaca di bagian Dion Sagirang dulu.
Saya suka cerita bertema keluarga, terlebih buku ini melibatkan hubungan kakak adik yang dahulu sangat baik karena perceraian orangtua mereka, mereka berpisah, ada jarak yang membuat hubungan mereka tidak sama lagi, mereka menjadi dua orang asing. Anna merasa tidak berharga, kedua orangtuanya lebih memilih Erash karena dia lebih berprestasi, sehingga Anna mati-matian menjadi orang yang berprestasi juga, di bidang atletik, sayangnya ibu Anna tetap saja mengganggap keahlian tersebut tidak sehebat yang dimiliki Erash, Anna pun membenci Erash, membenci kenapa dia yang diperebutkan, membenci kenapa ketika dia menjauh Erash malah membiarkannya, tidak ingin merangkulnya dan melindunginya lagi.
Sedangkan Erash melakukan tindakan yang berlawanan dengan Anna. Dia membuang semua keahliannya, dia menunjukkan kemarahan akan sikap orangtuanya dengan menjadi orang yang tidak peduli dengan apa pun, bertindak semaunya, keluar dari Math Club dan menjadi anak yang sering bermasalah di sekolah. Ada kalanya dia ingin melindungi Anna seperti mereka masih kecil, hanya saja kebencian satu sama lain membuatnya tidak bisa memulai.
Selain kelebihan dari segi cover, saya suka konflik dan karakter di buku ini. Nay Sharaya sukses membuat karakter Anna yang keras kepala. Ini kali kedua saya membaca buku dari Nay Sharaya setelah (Me)mories, di mana saya merasa karakternya tidak jauh berbeda. Mungkin memang sudah menjadi ciri khasnya penulis, dia suka membuat seorang cewek yang berkarakter keras dan mandiri, selain itu aura darknya juga masih terasa, dan menyimpan beberapa misteri akan ceritanya, membuat tidak sabar untuk mengetahui ending buku tersebut.
Kali pertama saya membaca tulisan Dion Sagirang, rasanya tidak sulit bagi penulis untuk membuat karakter Erash yang memiliki sifat hampir sama dengan Anna, sama-sama cuek dan pendiam, sehingga chemistry adik-kakaknya dapat. Untuk konfliknya di mana sebuah keluarga yang pecah mencoba untuk bersatu kembali, kedua penulis menghadirkan orang ketiga untuk mendukung konflik antara Anna dan Erash, Naomi dan Pak Dante. Kehadiran Naomi membuat Anna merasa kalau Erash benar-benar tidak memperhatikannya, dia malah lebih peduli dengan orang lain daripada dirinya sendiri. Sedangkan kehadiran Pak Dante membuat Erash seperti tidak dibutuhkan lagi, tidak menjadi orang pertama yang dimintai tolong. Walau dari luar sama-sama gengsi, sebenarnya mereka saling membutuhkan satu sama lain.
Saya nggak berharap buku ini sama persis dengan Unlucky Loser di mana ceritanya bisa berdiri sendiri dan mempunyai twist 'nyambung' di tengah halaman. Walau sama-sama punya benang merah, saya tidak yakin kalau kita membaca bagian dari Dion Sagirang terlebih dahulu kita bakal mengerti akan ceritanya, karena sistemnya Dion Sagirang melanjutkan cerita dari Nay Sharaya. Jadi harapannya buku ini bisa dibaca dari dua sisi, covernya sudah sangat mendukung sekali soalnya.
Kedua, alur yang dipakai kedua penulis sama-sama cepat, hanya saja Nay cukup sukses membuatnya, walau cepat bagian yang terpenting tidak terlewat, dia melemparkan misteri yang jawabannya disimpan cukup baik, yang nantinya dijawab oleh Dion Sagirang. Sedangkan bagian dari Dion ada beberapa bagian yang masih menjadi ganjalan, terlalu terburu-buru dalam penyelesaian konflik. Misalnya saja masalah yang dihadapai Pak Dante, saya masih penasaran kenapa Anna tetap saja membantu, ada penjelasannya hanya saja kok saya nggak puas, tidak ada pembelaan dari Pak Dante sendiri, akhir kasusnya pun juga dibuat mengantung. Sedangkan peran Naomi tidak sepenting Pak Dante, padahal kalau dikembangin lagi dia bisa menjadi salah satu perekat hubungan Anna dan Erash, layaknya Pak Dante.
Masa lalu Anna dan Erash kurang digali lebih dalam, padahal ini sangat penting menurut saya. Kadang bagian Anna flashback ke masa di mana hubungan mereka sangat baik sebagai kakak-adik kemudian pasca perceraian dan orangtua rujuk kembali hubungan mereka sudah berbeda. Masa-masa ini juga tidak dijelaskan, alasan orangtua mereka rujuk kembali dan kenapa Erash menjadi membenci Anna, seharusnya dia yang lebih berusaha untuk mendapatkan hati Anna, bukannya malah membiarkan dan akhirnya menjadi sama-sama benci, hehehe. Soalnya di bagian Anna kerasa banget kok dia berharap Erash masih memperhatikannya diam-diam tetapi begitu membaca dari sudut pandang Erash, dia benar-benar kepala batu, kok tega banget sih? Bahkan Rifat saja lebih perhatian daripada kakaknya sendiri. Ini yang saya harapkan dari Erash, agar dia lebih terbuka akan perasaanya.
Walau masih ada kekurangan di sana sini, buku ini asik kok untuk dibaca, nggak melulu tentang cinta-cintaan, terlebih untuk ukuran teenlit temanya sedikit berbeda, cukup berat tapi nggak sampai bikin puyeng, memiliki formula dan tampilan yang cukup unik sehingga ketika kita membaca terasa kesegarannya :D
Buku ini bercerita tentang kesempatan kedua, proses memaafkan dan pentingnya sebuah arti keluarga.
3.5 sayap untuk kakak-adik Sadjana.
Book trailer:
kebetulan baru habis review buku ini juga :))
BalasHapusbagian Pak Dante memang terasa kurang lengkap yah. Harusnya bisa dipanjangin lagi >.<
http://kireinasekai.blogspot.com/2015/02/review-novel-interval-dion-sagirang-nay.html
udah berkunjung balik, iya, berharap ada penyelesaiannya :)
Hapus