Orange
Penulis: Windry Ramadhina
Editor: Christian Simamora
Cover stylist: Dwi Anisa Anindhika
Penerbit: GagasMedia
ISBN: 979-780-249-3
Cetakan pertama, 2008
290 halaman
‘Dikuncinya pintu di belakangnya lalu ia bersandar lemas pada pintu tersebut. Ia seperti dipaksa menyadari kenyataan. Konyol rasanya, bercinta dengan Diyan di dalam kamar yang penuh dengan kenangan mengenai Rera.
Ah, dirinya kesal setengah mati.’
Faye ditunangkan. Tanpa dasar cinta dan murni karena alasan bisnis. Calon tunangannya, Diyan, adalah eligible bachelor yang paling diinginkan di Jakarta. Laki-laki yang tak bisa melepas kenangan masa lalunya dengan seorang model cantik blasteran Prancis.
Harusnya hubungan mereka hanya sebatas ikatan artifisial saja. Tapi cinta, ego, dan ambisi yang rumit mendorong mereka ke situasi yang lebih emosional. Situasi yang mengharuskan mereka memilih dan melepaskan.
Pertanyaannya: apa... dan siapa?
Tiba-tiba saja saya ingin baca ulang novel ini, novel pertama Windry Ramadhina yang mengantarkan dia menjadi salah satu penulis favoroit saya, sejarah awal saya menemukan buku ini bisa dibaca di review Memori. Dari segi ide cerita bukan hal baru lagi yaitu tentang perjodohan, tentang cinta segi empat, di tangan Windry cerita yang biasa tersebut bisa sangat menarik untuk diikuti.
Fayrani Muid adalah putri satu-satunya dari pasangan Muid, Faye, begitu panggilannya lebih memilih menekuni dunia fotografi daripada menjadi penerus perusahaan keluarga dibidang warabala asing dan bisnis perhotelan. Suatu ketika keluarga Muid bertemu dengan keluarga Adnan, yang meguasai industri properti dan jasa distribusi, mereka berdua awalnya hanya bertemu biasa, sesama pengusaha yang cukup sukses dan terkenal, obrolan mereka tidak jauh-jauh dari bisnis dan sampai akhirnya menanyakan kabar anak masing-masing. Diyan Adnan baru saja membatalkan pertunangannya dengan seorang model blasteran Prancis, Rera. Ibu Diyan sangat menentang hubungan mereka, tapi untungnya Rera lebih memilih karir daripada menjadi istri Diyan, dia tidak bisa meninggalkan profesi yang amat dicintainya itu. Tanpa berpikir panjang Indra Adnan mengusulkan agar kedua anak mereka bertunangan, yang lantas disetujui oleh Meilanie Muid.
Diyan Adnan adalah pengusaha sukses, bisnis keluarganya maju pesat sejak dipimpinnya. Dia sangat sibuk sampai-sampai tidak ada waktu untuk dirinya sendiri. Dan dia menerima saja ketika ibunya mengatakan kalau dia akan bertunangan dengan Faye. Sedangkan Faye, dia sudah meminta terlalu banyak kepada orangtuanya, salah satunya memilih fotografi daripada meneruskan bisnis keluarga. dia pun menyetujui pertunangan tersebut tanpa banyak alasan. Padahal sebelumnya mereka tidak pernah bertemu sama sekali.
Fayrani Muid adalah putri satu-satunya dari pasangan Muid, Faye, begitu panggilannya lebih memilih menekuni dunia fotografi daripada menjadi penerus perusahaan keluarga dibidang warabala asing dan bisnis perhotelan. Suatu ketika keluarga Muid bertemu dengan keluarga Adnan, yang meguasai industri properti dan jasa distribusi, mereka berdua awalnya hanya bertemu biasa, sesama pengusaha yang cukup sukses dan terkenal, obrolan mereka tidak jauh-jauh dari bisnis dan sampai akhirnya menanyakan kabar anak masing-masing. Diyan Adnan baru saja membatalkan pertunangannya dengan seorang model blasteran Prancis, Rera. Ibu Diyan sangat menentang hubungan mereka, tapi untungnya Rera lebih memilih karir daripada menjadi istri Diyan, dia tidak bisa meninggalkan profesi yang amat dicintainya itu. Tanpa berpikir panjang Indra Adnan mengusulkan agar kedua anak mereka bertunangan, yang lantas disetujui oleh Meilanie Muid.
Diyan Adnan adalah pengusaha sukses, bisnis keluarganya maju pesat sejak dipimpinnya. Dia sangat sibuk sampai-sampai tidak ada waktu untuk dirinya sendiri. Dan dia menerima saja ketika ibunya mengatakan kalau dia akan bertunangan dengan Faye. Sedangkan Faye, dia sudah meminta terlalu banyak kepada orangtuanya, salah satunya memilih fotografi daripada meneruskan bisnis keluarga. dia pun menyetujui pertunangan tersebut tanpa banyak alasan. Padahal sebelumnya mereka tidak pernah bertemu sama sekali.
Awalnya pertemuan mereka sangat kaku, Diyan tidak pernah melakukan sendiri, dia selalu menyuruh asistennya untuk mengatur pertemuan bahkan hadiah untuk Faye. Diyan tidak perlu repot-repot mengenal lebih jauh akan Faye, semua data dirinya sudah lengkap di kertas. Sedangkan Faye sebaliknya, dia ingin benar-benar mengenal Diyan, dia ingin serius dengan pertunangannya walau tahu kalau Diyan masih mencintai Rera, masih menyimpan nomor telepon Rera dan akan langsung menghampirinya begitu telepon tersebut berbunyi, meminta kehadiran Diyan. Faye tak putus asa, sedikit demi sedikit dia akan menghapus bayangan Rera dengan dirinya.
Selain itu, kehadiran Zaki, adik Diyan yang pembangkang juga menaruh hati pada Faye, dia beranggapan kalau Faye bukan tipe-nya Diyan, bahwa dialah yang seharusnya bersanding dengan Faye, mereka mempunyai banyak kesamaan. Dan Zaki tahu kalau Diyan tidak bisa melupakan Rera.
"Jeruk itu seperti hidup. Bittersweet."Kalau dari tampilannya, menginggat buku ini sudah sangat jadul memang kurang menarik, selain itu ilustrasi di dalamnya sangat tidak keren, tapi jangan dilihat luarnya ya karena dalamnya bagus kok :D. Tapi tenang saja, buku ini katanya akan cetak ulang dan sepertinya mbak Windry sudah menyiapkan sketsa para tokohnya dengan sangat matang. Semoga saja jauh lebih keren dari edisi pertamanya ini.
Kalau dari segi penulisan, bisa dibilang novel pertama penulis ini agak berbeda dengan karyanya yang sekarang, tentu yang sekarang banyak mengalami perkembangan. Detail-detail yang menjadi ciri khas penulis tidak terlalu ditunjukkan di sini, bisa dibilang alurnya sangat cepat, banyak dialog, karakter pendampingnya pun juga tidak banyak memiliki tempat, misalnya Zaki yang tidak banyak dibahas dan juga Rera, masa lalunya dengan Diyan masih samar, tidak banyak adegan masa lalu, walau keduanya sempat menjadi sorotan utama. Dari segi karakter hampir semuanya menarik kok, punya porsi penting masing-masing. Berharapnya penulis lebih banyak memberikan informasi tentang dunia fotografi seperti halnya dia bercerita banyak akan dunia arsitektur di Memori, film dokumenter di Montase, masakan di Walking After You atau literatur di London: Angel.
Awalnya Diyan ini agak nyebelin, masih saja nggak bisa melupakan Rera padahal sudah bertunangan dengan Faye, yang paling ngeselin adalah ketika di acara pertunangannya dengan Faye, tiba-tiba aja Rera menghubungi Diyan dan Diyan langsung pergi ninggalin Faye, tanpa bilang apa-apa. Tapi saya suka banget dengan karakter Faye, kecintaanya akan jeruk dan fotografi menambah daya tarik akan dirinya, dia juga perempuan yang kuat dan mandiri, sedikit demi sedikit dia mengubah Diyan agar memperhatikan dirinya, agar Diyan berpaling dari Rera, dia sabar banget tanpa memaksa.
Semoga saja akan ada sekuelnya ya, masih banyak hal yang ingin saya ketahui tentang Faye dan Diyan, bagaimana kelanjutan kisah cinta mereka, dan juga tentang Zaki, dia ini agak mirip dengan Simon, tipe pembangkan jenius yang tampilannya acak-acakan, hehehe. Tapi ada cerita tambahan kok tentang Orang ini, ada dua cerpen yang bisa dibaca di blognya penulis, The Girl Behind the Lens dan The Girl Behind the Lens II, enjoy :D.
Tagline buku ini memang pas banget, sakit rasanya kalau melihat orang yang kita cintai malah mencintai orang lain. Tapi itulah yang menjadi daya tarik buku ini, bagaimana usaha agar orang yang kita cintai balik mencintai kita.
Buku ini recommended banget penggemar tulisan Windry Ramadhina, yang suka cerita tentang perjodohan.
3 sayap untuk Orange.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan berkomentar, jejakmu sangat berarti untukku :*