Graceling
Penulis: Kristin Cashore
Alih bahasa: Poppy D. Chusfani
Editor: Dini Pandia
Cover: Martin Dima
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
ISBN: 978-979-22-7822-4
Cetakan pertama, Desember 2011
496 halaman
Sinopsis:
Sejak berusia 8 tahun, Katsa sudah bisa membunuh dengan tangan kosong. Ia termasuk Graceling, kelompok langka dengan kemampuan –Bakat- luar biasa. Dan Bakat Katsa adalah membunuh. Bakat yang membuatnya menjadi algojo sang raja.
Lalu ia bertemu dengan Pangeran Po, yang memiliki Bakat Bertempur.
Ia tidak mengira akan bertemu dengan Po.
Ia tidak mengira ada fakta baru tentang Bakat membunuhnya-juga rahasia mengerikan yang tersembunyi jauh…rahasia yang dapat menghancurkan tujuh kerajaan hanya dengan kata-kata.
Review:
Once upon a time, ada sebuah Negara dengan tujuh kerajaan dan tujuh raja yang sama sekali tidak bisa ditebak dan ada yang tidak akur (mereka adalah raja dari kerajaan Wester, Nander, dan Estill, sama-sama ambisius dan pendengki). Tujuh Negara tersebut adalah Lienid (raja Ror), Middlunds (raja Randa), Wester (raja Brin), Nander (raja Drowden), Estill (Thigpen), Monsea (raja Leck), dan Sunder (nggak tau nama rajanya). Yang saya garis bawahi itu adalah kerajaan darat, sedangkan Lienid dipisahkan oleh laut dan Monsea hutan (di halaman depan ada petanya, jadi mudah kita melacak jejak petualangan Katsa dan Po). Lalu apa itu Graceling? Graceling adalah orang yang memiliki Bakat tertentu dimana cirinya adalah mereka memiliki warna mata yang berbeda antara yang kiri dan kanan (menginggatkan saya akan frameless di Vandaria :p). Jika bakat tersebut menguntungkan kerajaan maka orang yang memiliki bakat tersebut akan menjadi ‘senjata’ bagi sang raja, sedangkan bakat yang tidak berarti, mereka akan dikembalikan ke orang tua masing-masing, menanggung malu. Bakat yang dimiliki bermacam-macam ada yang bisa membaca pikiran, memanipulasi pikiran orang lain hanya dengan kata-kata, bertahan hidup, memanjat pohon, menahan napas luar biasa lama, bicara mundur, melihat badai sebelum datang, bertarung, dsb.
Katsa adalah salah satu orang yang memiliki bakat mengguntungkan, bakat membunuh. Dia menjadi algojo pamannya, raja Randa. Sejak kecil dia sudah dilatih bertarung, dia menjadi wanita yang kuat, bahkan raja pun sebenarnya takut padanya. Lama-lama Katsa merasa tidak bisa merasakan kenikmatan menjadi pembunuh, ada perasaan dimana dia tidak ingin melukai orang lain. Dan sewaktu dia ditugaskan menagih hutang seseorang kepada raja Randa, bersama Giddon dan Oll, mereka malah menyelamatkan menculik Pangeran Tealiff, ayah raja Linied, lelaki renta yang tidak memiliki kekuasaan, tidak memiliki ambisi, dan dalam keadaan tidak sehat. Tidak ada yang tahu siapa penculiknya kecuali satu orang, tujuh kerajaan pun menjadi geger, saling menuduh satu sama lain. Yang menjadi pertanyaan penting adalah kenapa menculik Pangeran Tealiff? Apa pentingnya dia? Misi penculikan yang dilakukan Katsa menjadikan dia bertemu dengan Pangeran Greening Grandemalion atau singkatnya Pangeran Po, cucu dari Pangeran Tealiff, salah satu anak dari raja Linied, salah satu orang yang memiliki bakat juga, bertarung. Dalam hal ini Katsa menemukan tandingan yang sepadan.
Kesan awal covernya keren! Benar-benar menggambarkan Katsa, seorang gadis yang kuat, selain pandai bertarung dengan tangan kosong Katsa juga hebat dalam membidik sasaran. Masih ada beberapa typo. Idenya saya juga suka ‘Novel debut Kristin Cashore, Graceling, timbul dari lamunan tentang gadis yang memiliki kekuatan luar biasa –dan menjalin persahabatan dengan pemuda yang tidak bisa dinikahinya.’ Cinta terlarang gitu, hehehe. Sebenarnya saya berharap banyak akan novel ini, saya sangat suka fantasi romantis, dan saya mendapatkannya karena banyak sekali adegan romantis dan mengena antara Katsa dan Po, selain itu banyak sekali kejutan-kejutan yang datang mewarnai petualangan mereka berdua (mulai dari latihan bertarung mereka, bakat sebenarnya mereka, bakat yang dimiliki raja Leck, usaha Katsa menyelamatkan Bitterblue dengan menelusui pegunungan Monsea yang ‘beku’, sangat seru). Sayangnya konflik dari novel ini tidak ada gregetnya, mlempem. Saya sangat kecewa dengan pertarungan Po dengan raja Leck, bagaimana ketika Katsa bertarung dengan raja Leck, pendapat saya adalah “Hah! Cuman gitu dong?.” Saya menginginkan banyak aksi heroik yang dilakukan Katsa maupun Po! Yah walaupun saya kecewa dengan bagaimana mereka menghadapi musuh, setidaknya saya sangat meyukai romansa antara Katsa dan Po, cara mereka untuk mengenal lebih dekat unik, dengan bertarung, saling tonjok :D
Ia tahu sifatnya seperti apa. Ia akan mengenalinya jika berhadapan dengannya. Sifatnya akan berbentuk monster bermata hijau dan biru, seperti serigala yang menggeram-nggeram. Makhluk buas yang memukul teman jika marah, pembunuh yang berasumsi sebagai alat kemarahan raja. Namun moster itu aneh, karena di balik penampilan luarnya, ia ketakutan dan marah pada keganasannya sendiri. Ia mengutuk diri sendiri karena kebuasannya. Dan kadang-kadang ia tidak mampu berbuat kekerasan dan memberontak sejadi-jadinya.
Begitulah Katsa, walupun dia kuat dari luar, ada sesuatu yang lemah. Dia tidak ingin melukai orang lain, dia tidak ingin dikendalikan oleh orang lain, dia ingin menjadi dirinya sendiri, ingin melakukan apa yang memang ingin dirinya lakukan. Maka dari itu, dia memutuskan memberontak dan melakukan petualangan bersama Po, orang yang awalnya takut dia cintai karena akan merebut dirinya sendiri lagi. Hebatnya Po, dia tidak memaksa perasaan Katsa, dia membebaskan pilihan Katsa, dia hanya ingin mencintai dan apabila mendapatkan timbal balik, itulah ganjarannya karena mencintai dengan tulus.
Bagian yang paling favorit adalah ketika mereka berdua menebak apa bahaya yang akan mereka hadapi ketika sampai di Monsea.
“Ada apa?” Po bertanya, “Apa yang membuatmu cemas?”
“Kalau Leck memiliki Bakat itu, seperti yang kau curigai…” Katsa memulai.
“Ya?”
“…bagaimana aku bisa melindungi diri darinya?”
Po menatapnya sambil menimbang-nimbang. “Yah. Mudah saja,” katanya. “Bakat-ku akan melindungiku darinya. Dan aku akan melindungimu. Kau aman bersamaku, Katsa.”
Lalu sehabis latihan bertarung mereka, ketika Katsa bingung menentukan hatinya dan mengajak Po bertarung agar hatinya damai, ketika mulut Po kena bogeman Katsa dan berdarah, ketika pertarungan dilanjutkan ke sesi yang lainya….. XDD
Dannnn yang paling nyesek adalah ketika Po menyuruh Katsa dan Bitterblue pergi meninggalkan dirinya yang terluka parah, ketika Katsa berkata dalam hati “ikutlah bersama kami” berulang-ulang diantara kalimat Po yang memberikan wejangan (dan Po tentu bisa mendengarnya), huhuhu.
Sangat jarang orang Linied memberikan salah satu cincinya, dan hamper tidak pernah terjadi ada yang memberikan cicncin identitasnya sendiri. Jika Pangeran Po benar-benar memberikan cincin itu padanya, artinya dia sudah menyerahkan status kepangerannya. Dia tidak lagi menjadi Pangeran Linied. Dia membuatnya menajdi putri dan memberinya istana serta warisannya.
Duh, kurang apalagi coba perngorbanan Pangeran yang memakai anting-anting bundar pada telinganya, cincin pada jemari, rambut yang gelap, matanya yang berwarna perak dan emas, berkerah terbuka dan sedikit arogan ini? Belum ketika Katsa mengetahui dampak yang dialami Pangeran Po ketika melawan raja Leck. Untung ada Pangeran Po, membuat saya bertahan membaca ini.
Buat yang suka baca fantasi yang lebih suka banyak romancenya, buku ini bisa menjadi pilihan :)
3.5 sayap untuk si algojo.
waw...romance fantasi =) kayaknya cocok untukmu lis..hihihi...aku suka nggak sabar kalo baca buku fantasi YA yg ujung2nya banyakan romance, apalagi kalo si cw tuh tipe2 tangguh trus yg ragu2 gitu mau sama cowoknya, arghhhh!!! gemes.
BalasHapusSependapat, Lis. Ceritanya emang biasa, actionnya kurang.Tapi suka dengan Po-nya. Penasaran nunggu Bitteblue juga karena pengen liat Po-Katsa jadi kayak apa
BalasHapusNama kerajaannya unik-unik yah
BalasHapusAku selalu suka dg cerita kerajaan. Meskipun org lain banyak yg gak suka