Penulis: Risa Saraswati
Editor: Syafial Rustama
Desain sampul: Gita Mariana
Ilustrasi: Diantra Irawan & Qori Hafiz
Penerbit: Bukune
ISBN: 602-220-019-9
Cetakan pertama, 2011
208 halaman
Jangan heran jika mendapatiku sedang berbicara sendirian atau tertawa tanpa seorang pun terlihat sedang bersamaku. Saat itu, mungkin saja aku sedang bersama salah satu dari lima sahabatku. Kalian mungkin tak melihatnya… Wajar. Mereka memang tak kasat mata dan sering disebut… hantu. Ya, mereka adalah hantu, jiwa-jiwa penasaran atas kehidupan yang dianggap mereka tidak adil.
Kelebihanku dapat melihat mereka adalah anugerah sekaligus kutukanku. Kelebihan ini membawaku ke dalam persahabatan unik dengan lima anak hantu Belanda. Hari-hariku dilewati dengan canda tawa Peter, pertengkaran Hans dan Hendrick-dua sahabat yang sering berkelahi- alunan lirih biola William, dan tak lupa: rengekan si Bungsu Jahnsen.
Jauh dari kehidupan “normal” adalah harga yang harus dibayar atas kebahagiaanku bersama mereka. Dan semua itu harus berubah ketika persahabatan kami meminta lebih, yaitu kebersamaan selamanya. Aku tak bisa memberi itu. Aku mulai menyadari bahwa hidupku bukan hanya milikku seorang….
Namaku Risa. Aku bisa melihat “mereka”. Dan “mereka”, sesungguhnya, hanya butuh didengar.
Lambat laun saya paham kenapa teman saya sering bercerita tentang ‘bakat’nya kepada orang lain, selain membagi ketakutan dia ingin merasa lega, setidaknya tidak dia pendam sendiri dan stress sendiri. Sama halnya dengan Risa Saraswati dengan kisahnya di buku ini, dia ingin membagi kisahnya dengan sahabat kecilnya, rasa kehilangan mereka, rasa kangen terhadap keberadaan mereka, dan rasa takut yang pernah dia alami dengan mahkluk yang tidak dia harapkan lihat dan dengar.
Mereka juga pernah hidup dan mempunyai kisahnya sendiri, kadang menyenangkan, kadang menyedihkan. Kulalui banyak cerita di gerbang dialog yang kubuka untuk mereka walau gerbang itu tak selalu dengan mudah terbuka. Kadang dialog itu mengalir begitu saja. Namun beberapa kali sempat kututup, kukunci dengan gembok dan ingin kuenyahkan selamanya dari hidupku karena aku merasa terusik dan tidak dapat menemukan kedamaian. Danur yang keluar dari jasad mati mereka menyeruak mengganggu penciumanku dan membuat hidupku sesak. Bau amisnya membuatku sulit benapas dengan benar. Kulalui tahap sulit yang membuatku begitu membenci mereka, bahkan kebencian itu membuatku membenci diriku sendiri karena mereka yang kubenci tak pernah bisa kutolak atau kuraih.
Sewaktu berusia sebelas tahun, masih berseragam merah putih, jauh dari orang tua dan tinggal di rumah neneknya yang berupa peninggalan Belanda, Risa berkenalan dengan sahabat pertamanya, Peter, yang mengaku sebagai tetangga baru, kemudian dia bertemu juga dengan Will, Hendrick, Hans dan Janshen. Awalnya Risa tidak menyadari kalau mereka berbeda, mengganggap mereka sama, bermain bersama dan bercanda setiap hari, Risa tidak pernah merasa kesepian karena ada mereka, ada yang menginggatkan untuk tidak bolos sekolah, mengganggu kunti bersama-sama, ada yang menemani harinya, tidak ingin kebersamaan mereka pudar. Risa merasa dia sudah ditakdirkan menjalin hubungan pertemanan yang tidak biasa dengan lima hantu cilik Belanda tersebut, hantu yang meninggal karena tebasan pedang tentara Nipon dan dia sangat mensyukuri akan keberadaan mereka. Peter si jahil yang selalu mencari Mamanya, William dengan Nouval-biolanya, Hans dan Hendrick yang selalu bertengakar, tak terpisahkan, saling mengejek, menyukai roti jahe buatan Oma Rose, saling menyayangi, dan ada si bungsu dan si ompong Janshen yang merindukan kakaknya, Anna. Mereka ingin selalu bersama, selamanya.
Aku sadar, suatu saat ini akan mengalami sebuah akhir. Mereka akan tetap menjadi anak kecil yang polos, lugu, jahil, dan tidak pernah tumbuh dewasa, sementara aku akan terus tumbuh berkembang dan bermetamorfosa menjadi seorang wanita dewasa.
Sampai ketika usia Risa menginjak 13 tahun, menjadi pertemuan terakhir mereka. Dulu Risa berjanji dia akan mengakhiri hidupnya di usia yang sama seperti Peter. Tiga kali percobaan bunuh diri namun gagal, Risa sadar kalau hidupnya bukan miliknya seorang, ada keluarga nyata yang tidak bisa ditinggalkan. Peter datang dan menagih janji ketika Risa berulang tahun ke-13 dan menerima penghianatan, sejak saat itu Risa tidak pernah melihat Peter dan keempat sahabat lagi.
Risa mencoba menjalani kehidupan yang normal, berusaha menyibukkan diri, bahkan sempat terbersit untuk melenyapkan ‘bakat’nya tapi dia urungkan karena siapa tahu Peter dan yang lainnya berhenti marah dan mau berteman dengan Risa lagi. Sejak mereka menghilang, Risa ‘kedatangan’ hantu-hantu yang usil dan mengerikan, meminta bantuan Risa untuk menyelesaikan masalah yang belum tuntas di kehidupannya dulu. Samantha yang merasa kecewa dengan kedua orang tuanya karena dia tidak sehat, Sam menginggatkan Risa dengan kelima sahabatnya karena dia juga hantu Belanda yang meninggal karena kebrutalan Nipon, ada Asih yang meminta tolong melepaskan tambang yang melilit lehernya, kesurupan, dihantui penunggungu lift, rambut yang berjalan di pintu toilet, dan masih banyak sekali pengalaman yang mengerikan dan selalu dicoba diabaikan Risa, berpura-pura buta dan tuli menghadapi mereka.
Ada rasa sedih yang mendalam tentang situasi sekarang, ketika semuanya telah berubah. Kini hanya ada mahkluk-mahkluk asing yang kutemui, mahkluk yang tak mau kujadikan teman, mahkluk yang menakutiku tanpa sebab.
Aku ingin mencari Peter… Aku ingin bertemu kelimanya untuk menceritakan hal ini, bukan menceritakan betapa kacaunya hidupku semenjak mereka menghilang tanpa kejelasan….
Perasaan yang kerasa sekali ketika membaca buku ini adalah bukan takut atau ngeri dengan cerita yang diusung mantan vocalis Homogenic ini, melainkan perasaan kehilangan dan merindukan sahabat kecilnya. Saya sangat suka sekali dengan gaya berceritanya Risa, mengalir dan sederhana tapi menyentuh. Aura gloomy-nya juga kerasa sekali tapi tidak membuat takut, malahan saya ingin berkenalan dengan kelima hantu cilik Belanda tersebut, merasakan sangat berartinya mereka bagi Risa. Memiliki ‘bakat’ seperti Risa menurut saya ada untung dan tidaknya. Tidaknya kita merasa seperti dibuntuti oleh mahkluk yang tidak pernah kita inginkan lihat dan untungnya adalah kita bisa berbagi cerita tanpa merasa cemas akan bocor, hehe.
Selain ikatan tak terlihat antara Risa dan kelima hantu cilik Belanda tersebut, yang mengena dari buku ini adalah ‘mereka’ juga butuh didengarkan, mereka kesepian dan ada kalanya ingin mencurahkan masalahnya juga. Tapi sewaktu mereka ingin berkenalan dan curhat dengan kita, kita malah menjerit-jerit dan lari terbirit-birit.
Ilustrasi di buku ini juga juara! Menginggatkan saya akan buah tangan Lala Bohang dan animasinya Tim Burton, yang bernuansa dark, gloomy.
Selain ada lagu berjudul Danur seperti judul novel ini, Risa juga membuat sebuah lagu yang dipersembahkan untuk sahabat-sahabatnya yang berjudul Story of Peter. Sumpah, saya ngeri nonton videonya malam-malam sendirian, tetap nuasa gloomy-nya kerasa dengan suara Risa yang memukau.
Sad eyed boy in his silly pants
Sometimes his there
Sometimes he hides
Pale fair skin and his tiny hands
Waving from distance in Black and White
Nobody sees him when his around
But his besides me whenever i;m down
Run about and play around my silky dress
Now i could never forget his face
Jika kalian adalah orang yang mengganggap mereka hanya khayalan, mungkin cerita-ceritaku tentang mereka bisa menjadi sedikit motivasi untuk menjalani hidup dengan baik dan tak seceroboh mereka. Tidak perlu mempercayai keberadaan mereka karena mereka tak butuh pengakuan. Jika kalian memang orang-orang yang percaya mereka ada, cerita-cerita ini mungkin bisa mengubah cara pandang kalian tentang mereka. Mereka pernah hidup, sama sepertiku sama seperti kalian... mereka butuh didengar...
Kau tahu apa itu Danur? Itu adalah air berbau busuk yang keluar dari mayat yang mulai membusuk.
4 sayap untuk lima hantu cilik Belanda.
hehehe Belanda tak hanya meninggalkan bekas jajahan, tapi hantu juga
BalasHapusgilak ih,. bikin merinding. >,<eh eh btw di buku ini kita bisa dapet juga ngga cerita sejarahnya orang belanda gitu, aku sih ngebayangin dengan tinggal di rumah peninggalan belanda, bakal banyak unsur sejarahnya gitu.
BalasHapusserem Lis.. asli deh.. --"tapi memang ada banyak yg memiliki kemampuan kaya gini dan saya beruntung karena bukan salah satunya. aku pernah diceritain temen yg adiknya punya kemampuan spesial ini, tiap kali dibonceng adiknya, dia harus bersabar karena kadang kadang adiknya berhenti mendadak, menglakson, dan itu berarti ada arwah atau hantu atau apalah yg sedang dilihat si adik..
BalasHapus@ana: nggak ada, cuman di sini POV banyak, mulai dari Risa sendiri sampai dengan Peter dll, mereka menceritakan kisah hidupnya sebelum meninggal, bagaimana mereka mati.@alvina: hehehe, emang serem, pertama kali denger kayak gitu ak ngeri sendiri
BalasHapusahhh...keren banget nih bukunya...tapi nggak berani baca =p kagum sama risa sarasvati, selain suaranya bagus ternyata pinter nulis juga ya...btw ngomongin ttg lala bohang, skrg dia kerja di majalah juga dan aku suka kerja bareng dia lho =)
BalasHapusya ampun, ini kenapa ada dua postingan Danur, jadi serem sendiri@Tezar: hahaha iya mas, banyak malah :)@astrid: weh mb astrid kerja di majalah toh, tak kira di bagian beasiswa ke luar negeri :)
BalasHapusWah, dulu pernah diliat di toko buku tapi ga tertarik... ternyata menarik juga.
BalasHapusWah, dulu pernah liat di toko buku tapi ga tertarik... ternyata menarik juga.
BalasHapus@Jody ini aku juga asal ambil kok di rak bestseller, penasaran kenapa bisa jadi bestseller, hehehe
BalasHapuswah ini cerita horor ya, bkn gothic hehe, tp aq suka horor kok, jadi ingat pernah baca cerbung judulnya 'Dutch-Doll' tentang boneka-boneka belanda yg membawa kutukan bagi pemiliknya, wuih ... serem, memang klo dikaitkan sama peninggalan jaman belanda kok bisa ketemu horor2 bgt ya ?
BalasHapuskeren mbak, saya suka horor. apalagi ada official videonya. hi...
BalasHapuskyaaa... horor banget!!*ga jadi lihat videonya*
BalasHapusMakhluk gaib itu memang ada tapi rasa takut kita terhadap makhluk gaib jangan melebihi rasa takut kita kepada Allah. :)
BalasHapussejujurnya aku juga serem tuh baca puisinya apalagi nonton videonya. brrrr
Jadi pengen banget punya Danur gara-gara Mbak Sulis nih :))
BalasHapus