Penulis: Daniel Gottlieb
Penerjemah: Windy Ariestanty
Penerbit: Gagasmedia
Cetakan: I, 2011
ISBN: 979-780-510-7
218 halaman
Aku tak sanggup memikirkan hal ini, tetapi aku tahu, suatu hari nanti, kau akan mendengar seseorang berkata, 'Dia Autis.' Kalau hal itu terjadi, aku khawatir, kau akan menyadari bahwa ketika orang melihatmu, mereka tak melihat seorang Sam. Mereka melihat sebuah diagnosis. Sebuah masalah. Sebuah pengelompokan. Bukan seorang manusia. -- hal. 65Buku ini bercerita tentang surat-surat yang dikirim oleh seorang laki-laki berumur 53 tahun yang menderita kelumpuhan selama 20 tahun karena kecelakaan kepada cucunya, Sam yang lahir pada 25 Mei 2000 dimana ketika dia berusia kurang dari 2 tahun, keluarga menemukan bahwa Sam menunjukkan gejala autisme, setelah melakukan tes kecerdasan, penilaian perilaku, dan ujian fisik, hasilnya menyatakan kalau Sam menderita PDD -- Pervasive Deveplomental Disorder, (Gangguan Perkembangan Pervasif). Dia berhenti berceloteh dan sepenuhnya membisu, menghantamkan kepalanya ke lantai bilamana merasa frustasi, berteriak ketika mendengar suara-suara tertentu. Dengan mengabaikan kekuranngan yang diderita cucunya, Gottlieb percaya kalau pesan yang penuh cinta itu akan tersampaikan. Dia ingin cucunya belajar memahami artinya 'berbeda' dari orang lain, memberitahu Sam tentang cinta, dimana memberikan cinta adalah jauh lebih penting daripada menerimanya, dan memberitahu apa artinya menjadi manusia.
Surat-surat yang ditulis lebih banyak menceritakan tentang pengalaman penulis. Walaupun begitu, ada kalanya dia menceritakan orang-orang terdekatnya, seperti di bagian kedua yang berisi "Tentang Keluargamu." Kita juga dikenalkan dengan Sam, 'kesempurnaannya' sampai masa depannya, bagaimana dia harus menghadapi perbedaan. Penulis ingin mempersiapkan semuanya, menghadapi masa depan, berjuang menghadapi ketidakadilan. Sayangnya, menurutku cerita tentang Sam terlalu sedikit, saya ingin lebih mengenal dia bukan hanya garis besarnya saja, bagaimana dia tumbuh, bagaimana dia menjalani terapi, saya ingin tahu perjuangannya. Tapi, rasa sayang seorang kakek kepada cucunya terasa jelas melalui surat-surat tersebut, selain itu banyak kata-kata Gottlieb yang saya suka, filosofinya tentang hidup, disetiap bab selalu bermakna, covernya cantik. Berikut adalah bagian yang paling saya suka.
Ayahmu dan Ayahku, menceritakan kehebatan para ayah. Sam pasti bangga sekali dengan laki-laki yang ada di keluarganya :)
Kemudian, ketika ayahmu tahu tentang autisme yang kau derita, dia mengatakan sesuatu yang tidak akan pernah aku lupakan. 'Kalau Sam tidak bisa belajar di sekolah,' katanya kepadaku, 'aku akan berhenti kerja dua tahun, kami akan berlayar berkeliling dunia. Aku akan mengajarinya segala sesuatu yang perlu dia ketahui dalam dua tahun itu.'
Berikan Kesempatan untuk Berbuat Baik, dibagian ini kita mengenal sisi lain dari kerapuhan. Kerapuhan, kelemahan justru mendorong keluarnya kebaikan orang lain. Nggak ada salahnya kalau kita tak berdaya :)
Terkadang, keadaan memaksa kita untuk berpura-pura kuat dan berani, padahal sebenarnya kita merasakan yang sebaliknya. Tapi itu jarang sekali. Pada umumnya, akan lebih baik kalau kita tak usah berpura-pura kuat ketika sedang merasa lemah, atau berpura-pura berani padahal merasa takut. Aku percaya, dunia akan menjadi tempat yang lebih aman kalau setiap orang merasa lemah menggunakan flasher dan berkata, 'Aku punya masalah. Aku lemah dan sedang berusaha semaksimal mungkin.'
Bagian yang paling saya suka adalah Melihat Seorang Manusia, di bagian ini penulis menceritakan perempuan bernama Norma, sahabatnya, seseorang yang mengidap skizofrenia.
Akankah aku menyerahkan anak perempuanku yang masih bayi kepada 'seorang skizofrenik'? Tentu saja tidak. Namun aku mempercayakannya kepada Norma. Penyakit yang diderita Norma menyerang otaknya, tetapi jiwanya tetap utuh.
Sam, selama bertahun-tahun aku mendapati bahwa aku bukanlah seorang tunadaksa. Aku memang memiliki kelumpuhan. Kau bukan penderita autis. Kau memiliki autisme. karena label yang diletakkan pada kita, beberapa orang takut mendekati kita. Beberapa yang lain menjadi berhati-hati ketika berbicara atau memberikan kepercayaan kepada kita. Dengan cedera tulang belakangku dan autisme yang kau miliki, kita terlihat berbeda dan bertindak berbeda. tapi, kita juga bisa mengajari orang lain, sebagaimana Norma telah mengajariku, bahwa apa pun yang terjadi dengan tubuh atau pikiran kita, jiwa kita tetap untuh.
Di bagian Menyembuhkan Luka, kita dikenalkan cara penyembuhan yang ampuh, bahwa penyembuhan terjadi dengan cara dan waktunya sendiri.
Bagaimana penyembuhan terjadi? Luka sembuh dengan cara yang ajaib. Secara tak terelakan, dia sembuh dengan caranya sendiri. Apa yang harus kita lakukan hanyalah tidak membiarkan ego kita kelaparan menuntut rasa sakit agar segera lenyap dalam jangka waktu tertentu. kita membutuhkan keyakinan bahwa kelak rasa sakit itu akan pergi. Bagaimanapun, rasa sakit hanyalah sebuah emosi. tak ada satupun emosi yang abadi.
Buku ini penuh cinta, penuh makna hidup. Mungkin masih banyak lagi kalimat pamungkas di buku ini, temukan sendiri :))Sedikit cerita, DULU saya sangat bodoh, DULU saya termasuk golongan orang yang membeda-bedakan 'si lumpuh' atau 'si autis', sempat menganggap kekurangan orang menjadi bahan olok-olokan. Setelah saya membaca beberapa blog tentang STOP menggunakan kata autis untuk bahan ejekan saya SADAR, saya membayangkan bagaimana saya menjadi orang tua tersebut, tidak mudah, pasti, kita harus mempunyai pasokan sabar yang amat besar, karena autis bukan penyakit sehingga tidak ada obatnya. Salah satu link yang 'menyadarkan' saya adalah http://sillystupidlife.com/2009/04/time-to-speak-out/ yang ditulis oleh justsilly seorang ibu yang memiliki dua anak dengan autis. Melalui twitnya juga, saya belajar banyak tentang autisme. Ada twit beliau yang sangat jleb, kalau nggak salah begini bunyinnya: Dia nanya, "Am I autistic mom?".. I said, "No dear, you're just different, but you're special. One day you gonna make everybody proud of u."
Ahhhh, anaknya pasti bangga banget punya ibu yang hebat seperti beliau :))
Autisme adalah suatu kondisi mengenai seseorang sejak lahir ataupun saat masa balita, yang membuat dirinya tidak dapat membentuk hubungan sosial atau komunikasi yang normal. Akibatnya anak tersebut terisolasi dari manusia lain dan masuk dalam dunia repetitive, aktivitas dan minat yang obsesif (Baron-Cohen, 1993). Menurut Power (1989) karakteristik anak dengan autisme adalah adanya 6 gangguan dalam bidang:
- interaksi sosial,
- komunikasi (bahasa dan bicara),
- perilaku-emosi,
- pola bermain,
- gangguan sensorik dan motorik
- perkembangan terlambat atau tidak normal.
3 sayap untuk cinta kakek kepada cucunya :)
NB: Tentang Penulis
Daniel Gottlieb, psikolog dan terapis keluarga yang menjadi pembawa acara di Voice in the Family di radio WHYY, afiliasi dari Philadelphia's National Public Radio. Seorang kolumnis untuk Philadelphia Inquirer, penulis tiga buku, Learning from the Heart, Voice in the Family, dan kompilasi kolom Voices of Conflict; Voices of Healing. Dia adalah ayah dari dua putri, dan Sam adalah cucu satu-satunya. Royalti penulis akan disumbangkan untuk kepentingan organisasi kesehatan anak-anak dan amal. Untuk lebih jelasnya silahkan kunjungi http://www.drdangottlieb.com/ :))