Selasa, 28 Agustus 2018

Let Go by Windhy Puspitadewi | Book Review

Judul buku: Let Go
Penulis: Windhy Puspitadewi
Ilustrasi sampul: Orkha Creative
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
ISBN: 978-602-03-8239-5
Cetakan pertama, 2018
264 hal.
Baca di Gramedia Digital
Sebuah hukuman memaksa Caraka untuk bekerja sama dengan tiga teman sekelasnya mengurus Veritas—mading sekolah berbasis blog. Hal itu bukan perkara gampang karena mereka memiliki sifat yang sangat berbeda.

Ada Nathan, cowok yang jago di semua mata pelajaran tapi selalu bersikap sinis. Ada Nadya, ketua kelas yang merasa bisa melakukan apa pun sendirian dan sangat mandiri. Juga ada Sarah, cewek pemalu yang tidak bisa menolak apa pun sampai-sampai suka dimanfaatkan teman-temannya.

Yang belum pernah Caraka sadari, pertemanannya dengan tiga orang itu akan mengubah hidupnya, serta mengajarinya banyak hal: cinta, persahabatan, keajaiban, juga melepaskan…
Caraka terkenal sebagai murid biang onar, dalam satu bulan dia sudah berkelahi dua kali, hukuman skorsing saja tidak cukup. Daripada kena DO, Bu Ratna, sang wali kelas sekaligus pembina majalah sekolah, memutuskan agar Caraka membantu tim redaksi sekolah yang kekurangan tenaga. Veritas, majalah sekolah berbentuk blog seharusnya digawangi anak-anak kelas XI, tapi sekarang hanya bersisa Sarah, yang menjabat editor in chief. Nathan, murid terpandai bertanggung jawab atas artikel pengetahuan. Nadya, si ketua kelas sekaligus ketua OSIS betanggung jawab atas artikel tentang sekolah. Sedangkan Caraka seksi wara wiri, karena tidak bisa melakukan hal apa pun.

Sebulan bergabung Caraka sudah tidak betah, bagaimana tidak? Tiga temannya aneh dan hubungan mereka terbilang tidak akur. Sarah yang pemalu selalu merasa sungkan pada siapa saja, tidak bisa berkata tidak, si cengeng penakut. Nadya yang superior, seperti tidak pernah membutuhkan orang lain, tidak ingin dianggap lemah, si keras kepala dan ratu salju. Dan yang paling parah, Nathan, dia berlidah tajam, si sinis yang tidak pandang bulu. Caraka pernah memergoki perlakuan Nathan pada teman-temannya, seperti secara terang-terangan menolak cewek dan berkata kasar padanya, sampai tidak ingin belajar kelompok, dia tidak ingin dimanfaatkan karena kepadaiannya.

Namun, ada alasan terselubung kenapa Bu Ratna memasukkan Caraka kedalam tim aneh tersebut, dia yakin Caraka akan bisa membuat keajaiban.
"Batas antara genius dan gila memang cuma setipis kertas."
"Aku baca buku karena aku suka, bukan karena aku mengharap suatu penilaian dari orang-orang di sekitarku. Bukan karena aku ingin dianggap hebat, pintar, berpendidikan, atau beradab hanya karena telah membaca karya sastra."
"Kamu tuh nggak lemah," katanya lalu tersenyum. "Kamu cuma lupa meminta tolong."
"Ketika wanita menangis, itu bukan karena dia ingin terlihat lemah tetapi karena dia sudah tidak sanggup berpura-pura kuat."
"Orang yang nggak bisa menghargai dirinya sendiri, nggak akan pernah bisa menghargai orang lain."
"Mungkin aku nggak tahu apa-apa. Aku nggak tahu apa yang aku lakukan ini benar atau salah. Aku bahkan nggak tahu akan jadi apa nanti. Tapi... karena nggak tahu apa-apa itulah, esok hari jadi sesuatu yang layak ditunggu-tunggu, kan? Caraka nyengir. " Setelah itu, kita cukup lihat apa yang bakal terjadi."
Ini adalah kali kedua saya membaca Let Go, kali pertama hampir sepuluh tahun yang lalu, ketika Let Go diterbitkan GagasMedia. Mungkin karena masa kontraknya sudah habis, Let Go diterbitkan ulang dengan sedikit pembaharuan, disesuaikan dengan masa sekarang. Walau sedikit lupa, saya bisa merasakan apa yang baru, misalkan bentuk Veritas yang sekarang menjadi blog, bagian film yang bisa ditonton secara streaming, dan tentu saja tambahan bagian terakhir. Tadinya, saya 'tidak pernah menyukai' karya Windhy Puspitadewi yang diterbitkan penerbit sebelah, karena bisa dipastikan sad ending. Namun, begitu membaca ulang dan tentu cara berpikir yang lebih dewasa, saya jauh lebih menikmati buku ini.

Saya ingat betul, sampai sekarang apa yang menjadi Let Go begitu spesial, daripada karya Windhy yang lain terbitan penerbit sebelah yang minta ditendang itu, karena sukses membuat dada saya sesak saking sedihnya. Dulu saya sangat menyukai kalimat di buku ini, banyak yang quoteable, yang membekas, menyisipkan pesan yang mendalam, disajikan dengan kalimat yang tidak berbunga-bunga, hanya apa adanya, tapi begitu merasuk jiwa. Semua itu tidak terlepas dari kekuatan utama Let Go, karakter yang ada di dalamnya.

Caraka, sang tokoh utama, cowok yang lebih suka bertindak sebelum berpikir, yang sangat ahli dalam pelajaran sejarah dan bercita-cita menjadi sutradara, yang payah dalam pelajaran sains dan berhubungan dengan angka, yang suka mencampuri urusan orang lain. Alasan yang terakhir yang nantinya membuat Caraka mengenal lebih jauh Nathan, Nadya dan Sarah, yang mengubah hidup mereka, dan sebaliknya.

Walau terkenal sinis, setelah mengenal lebih jauh Caraka tahu kalau Nathan memiliki maksud tertentu dalam ucapannya yang menyakitkan hati, yang kadang bertolak belakang dengan tindakannya. Pun yang dilakukan Caraka padanya, membuat Nathan untuk peduli, khususnya peduli akan dirinya sendiri. Nadya ingin diakui sebagai orang hebat, sampai-sampai tidak perlu membutuhkan orang lain, dan Caraka menyadarkan dengan cara kalau minta tolong tidak ada salahnya, setiap orang punya batasan. Caraka membuat Sarah berani, tidak masalah sesekali egois dan tidak mementingkan kepentingan orang lain, tugas kita bukan untuk selalu menyenangkan orang lain.
"Impian itu kayak sayap. Dia membawamu ke berbagai tempat. Kurasa mamamu sadar akan hal itu dan dia tahu kalau dia mencegah impianmu, itu sama aja dengan memotong sayap burung. Burung tersebut memang nggak akan lari, tapi burung tanpa sayap udah bukan burung lagi. Dan manusia tanpa impian, udah bukan manusia lagi."
"Orang nggak bisa milih siapa ayahnya, ibunya, sukunya, warna kulitnya, jenis kelaminnya, bahkan kadang-kadang agamanya. Jadi konyol kalau aku ngejauhin orang gara-gara hal yang nggak bisa mereka pilih sendiri. Kayak orang bego aja."
"Orang yang menyukai dirinya sendiri apa adanya dan nggak pernah berusaha menjadi orang lain adalah orang yang sangat keren."
 "Batas antara keras kepala dan bodoh itu memang tipis banget."
Banyak adegan favorit saya di buku ini, seperti waktu Caraka dan Nadya tidak sengaja bertemu di persewaan DVD kemudian mereka memperebutkan film Flags of Our Father karya Clint Eastwood. Saling berbalas kalimat dengan mengutip salah satu adegan di film atau meneak musik klasik. Bagian tersebut sungguh seru sekali! Ada lagi bagian ketika teman-teman di Veritas tahu kalau Caraka suka membaca buku, tahu tentang Pramoedya Ananta Toer, siapa yang menyangka cowok begajulan seperti Caraka paham akan sastra, jangan nilai orang dari penampilannya! Caraka memang penuh kejutan.

Hubungan Caraka dan Nadya memang manis, 'semanis' hubungannya dengan Nathan, yang tak jarang saling menyindir, yang memiliki muatan bromance luar biasa. Kehadiran Nathan juga berjasa besar bagi Caraka, khususnya dalam hal menerima dan memaafkan. Bahwa dia tidak sebodoh yang teman-teman bahkan guru mereka lihat, dia hanya menyukai sesuatu yang tidak terlihat, Caraka adalah orang yang tulus, apa adanya, setia kawan, dia tipe orang yang lebih baik selesai paling akhir tapi mengerjakan sendiri daripada menyalin tugas orang lain.

Untuk kekurangannya, saya lupa ada di halaman berapa, di bagian akhir waktu Caraka mengobrol dengan ibunya, yang jelas ada kesalahan penulisan, seharusnya Nathan tapi ditulis Caraka. Selebihnya buku ini sangat recommended untuk dibaca, terlebih yang mencari kisah persahabatan, pesan moral yang bisa diterapkan di kehidupan sehari-hari dan bagi yang ingin tahu tentang apa yang layak diperjuangkan dalam hidup.
"Kalau masalah perasaan, nggak ada yang namanya mengalah, juga nggak ada yang namanya kalah atau menang, termasuk siapa yang datang duluan atau menyatakan lebih dulu. Yang namanya perasaan nggak bisa diatur seperti itu."
 "Manusia itu lebih berani menghadapi apa pun kalau melakukannya demi orang yang dia sayangi,"
  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berkomentar, jejakmu sangat berarti untukku :*

Rekomendasi Bulan Ini

Buku Remaja yang Boleh Dibaca Siapa Saja | Rekomendasi Teenlit & Young Adult

K urang lebih dua tahun yang lalu saya pernah membahas tentang genre Young Adult dan berjanji akan memberikan rekomendasi buku yang as...