“Sejak Agustus 2007, situs lesbian online www.sepocikopi.com mulai memajang
cerpen-cerpen bertema LGBT yang pernah dimuat di media massa. Dalam pencarian
cerita bertema LGBT, terdapat beragam cerpen baru dan cerpen lama yang
dipublikasikan lebih dari sepuluh tahun lalu, hingga cerpen-cerpen
“tersembunyi” yang hanya dipublikasikan di buku kumpulan cerpen.
Dua belas cerita pendek terpilih dalam Un Soir du Paris (Satu Petang di Paris) ini hanyalah embrio,
jejalin mungil untuk merentas jalan sastra lesbian di Indonesia. Rangkaian ini
mungkin bisa menjadi pendorong momen bagi para penulis lainnya untuk berani
menghasilkan banyak karya sastra LGBT di wajah literature masa depan.”
Bukan pertama kali ini saya membaca cerita bertema LGBT (Gay, Lesbian, Bisexual, Transgender), untuk cerita bertama Gay, Lelaki Terindah dan beberapa cerpen pernah saya cicipi, sedangkan untuk lesbi saya pernah membaca Dicintai Jo sayangnya tidak ada yang menyentuh saya. Sedangkan untuk Transgender, saya pernah membaca Luna by Julie Anne Peters dan sangat tersentuh sekali. Jujur, saya bukan orang yang mendukung “cinta terlarang” seperti ini, bukan juga sok suci karena agama saya melarang perilaku seperti ini, saya hanya menganggap itu urusan mereka kalau emang mereka mau begitu, itu hidup mereka, hak mereka, hanya saja jangan sampai menyakiti orang lain dan bagi saya pribadi memang sedikit tabu, terlebih saya belum pernah menjumpai keadaan ini disekitar saya. Tapi ketika dulu (entah waktu masih SMA atau awal kuliah) saya membaca buku Luna, perasaan saya sangat-sangat tersentuh, saya seperti menjadi adik Luna, memahami bagaimana perasaannya dan apa yang sebenernya diinginkan oleh kakaknya itu. Yang coba saya temukan dalam membaca cerita bergenre seperti ini adalah memahami perasaan mereka, merasakan kembali perasaan saya tersentuh akan apa yang mereka inginkan, alur kisah mereka dan bagaimana mereka mengatasi semua issue yang masih dianggap tabu oleh sebagian besar masyarakat.
“Kenapa perempuan bisa jatuh cinta pada perempuan? Kenapa Tuhan menciptakan perempuan yang jatuh cinta juga pada perempuan? Kenapa ada orang-orang yang begitu membenci perempuan-perempuan yang mencintai perempuan? Benarkah Tuhan marah pada perempuan yang bergairah pada perempuan? Kalau manusia bisa berbuat salah, mungkinkah Tuhan juga bisa berbuat salah? Kenapa manusia yang mencintai sesame jenis kelamin tidak dapat tempat? Cukuplah beragam upacara yang dililitkan pada tubuh perempuan-perempuan itu bisa mengantar mereka pulang dan “kembali ke jalan benar” menjadi manusia hetero? Manusia yang benar dan “tidak salah jalan” dan tersesat” (Oka Rusmini).”
Biasanya saya lebih sering menemukan cerita bertema gay
daripada lesbian, entah karena emang kaum cowok lebih berani atau kaum cewek
yang terkesan lebih baik diam-diam dalam menunjukkan hubungan mereka atau
karena kalau sepasang cewek bersama itu udah umum, emang kebiasan mereka saling
kumpul, beda dengan cowok yang kalau berduaan saja pikiran orang udah
macem-macem. Dan udah saya katakana juga di awal tadi, beberapa kali baca cerita
bertema seperti ini respon saya hanya biasa, contohnya dalam kumcer Cerita
Sahabat yang lumayan banyak mengangkat cerita tentang orientasi seksual
manusia, tidak ada cerita yang menarik,
tidak ada cerita yang membuat saya trenyuh akan apa yang mereka alami, intinya
biasa aja. Bahkan saya cenderung bosan karena alurnya tidak ada yang special.
Nggak sengaja juga beli buku ini, waktu itu saya habis baca
buku Perkara Mengirim Senja, yang membuat saya penasaran akan karya Seno Gumira
Ajidarma lainnya, sayangnya waktu berkunjung
ke sebuah toko buku saya tidak menemukan buku-buku beliau. Kemudian saya
melihat namanya bersanding dengan nama berbagai penulis yang turut
berkontribusi dalam buku ini. Waktu baca sinopsisnya, wuih, bisa puas nih bagi
orang yang ingin mendapatkan cerita yang nggak biasa, apalagi khusus cerita
tentang lesbian. Saya harap bisa menemukan cerita yang nggak biasa, terlebih
dalam alurnya, menemukan cerita seemosi Luna. Berikut ringkasan ke dua belas cerpen dalam Un Soir du Paris
ini:
Cahaya Sunyi Ibu by
Triyanto Triwikromo
Sudut pandangnya dari
seorang anak yang mengatahui kalau ibunya mempunyai hubungan gelap dengan
sahabatnya, terlebih ketika sahabat ibunya itu meninggal. Sang anak itu juga
mendapatkan fakta dari orang-orang yang dekat degan ibunya di panti wreda,
tempat di mana ibu dan sahabatnya itu tinggal.
Danau by Linda
Christanty
“Aku bahkan berpikir bahwa pembuat rumus segitiga sama sisi adalah seseorang yang terlibat cinta sama besarnya dengan dua kekasih. Danau itu bukan kekasihku, tapi ia menjadi jembatan rahasiaku untuk menjumpai seseorang, yang juga bukan kekasihku.”
Agak susah memahami cerpen ini, hehe. Sepenangkapanku,
bercerita tentang seorang perempuan yang mengagumi seorang perempuan yang lain,
mereka malu-malu dan kadang-kadang bertemu secara kebetulan di sebuah taman.
Mereka masih tidak bisa mengungkapkan perasaan masing-masing sampai mereka
menikah. Perempuan yang dikagumi itu akhirnya bercerai karena dia merasa tidak
bergairah pada suaminya.
Dua Perempuan dengan
HP-nya by Seno Gumira Ajidarma
Ada dua perempuan yang sedang memadu kasih di sebuah pantai,
HP mereka sama-sama berbunyi dengan berbagai permasalah di kehidupan pribadi
mereka.
Hari Ini, Esok, dan
Kemarin by Maggie Tiojakin
Seorang perempuan yang menikah berselingkuh dengan seorang
perempuan, dan si selingkuhan sudah capek menyembunyikan hubungan mereka dan
meminta untuk dia jujur pada suaminya. Seorang istri yang tidak tega
meninggalkan suaminya dan di sisi lain dia ingin bersama orang yang
dicintainya.
Lelaki yang Menetas
di Tubuhku by Ucu Agustin
“Mengapa kalian member kata depan ‘jenis’ , untuk kelamin? Mengapa bukan ‘macam’ atau ‘tipe’ saja? Siapakah yang mula-mula menyebut pembedaan itu dengan jenis kelamin? Kenapa kalian hanya membaginya Cuma menjadi dua? Kenapa kata itu hanya untuk lelaki dan perempuan saja? Jawablah!
Seorang gadis berumur delapan tahun melihat adegan sepasang
wanita sedang saling berbagi kesedihan, sejak itu membangkitkan pribadi dirinya
yang lebih menyukai perempuan daripada laki-laki.
Mata Indah by Clara
Ng
Bercerita tentang seorang kakak yang sangat membenci adiknya
karena kecantikannya, dia iri karena semua orang memujanya, padahal adiknya itu
tidak pernah tertarik dengan pengagumnya.
Menulis Langit by
Abmi Handayani
Seorang gadis yang dari kecil sangat ‘mengagumi’ guru-guru
wanitanya hingga dia sampai dewasa rasa itu tetap ada.
Potongan-Potongan
Cerita di Kartu Pos by Agus Noor
Saya bingung sama cerita ini, ehehe.
Saga by Shantined
Seorang istri yang tidak bahagia dengan suaminya, sering
mendapatkan perilaku kasar. Hidupnya mulai bahagia ketika berkenalan dengan
Aini. Mereka pun mengkamuflasekan hubungan pertemanan di mata semua orang.
Sebilah Pisau Roti by
Cok Sawitri
Seorang perempuan yang cemburu dengan perempuan yang
dicintainya karena memiliki pacar ‘sungguhan’. Dia berharap perempuan itu mau
memutuskan pacarnya dan menjadi miliknya seorang.
Tahi Lalat di
Punggung Istriku by Ratih Kumala
Seorang suami sangat mengagumi tahi lalat yang ada di
punggung istrinya, dia sangat memujanya. Kemudian suatu hari karena sang istri
merasa hanya tahi lalat itulah yang selalu dipedulikan suaminya, dia
menghilangkannya. Sejak saat itu sang suami tidak pernah bergairah lagi.
Un Soir du Paris by
Stefanny Irawan
Dua perempuan asing bertemu di suatu malam di kota Paris,
mereka saling tertarik pada pandangan pertama dan tidak butuh lama untuk memadu
kasih.
Dari kedua belas cerpen di atas, ada beberapa alur yang
mirip hanya saja diracik dengan bumbu berbeda, sebut saja kegalauan seorang
istri yang merasa salah ketika menikah dengan seorang pria, lalu dia
mendapatkan kebahagiaan dengan secara sembunyi-sembunyi berhubungan dengan
orang lain, dengan sahabatnya, dalam cerpen: Danau. Dua Perempuan dengan
HP-nya. Hari Ini, Esok, dan Kemarin. Saga. Tahi Lalat di Punggung Istriku.
Ada juga beberapa cerita yang sangat jarang saya temui,
seperti Cahaya Sunyi Ibu diambil dari sudut pandang seorang anak yang
mengetahui kalau ibunya memiliki orientasi seksual yang berbeda, yang selama
ini tidak pernah disadarinya. Mata Indah, berbau dark seperti dongeng si cantik
dan si buruk rupa, kebencian sang kakak sangat terasa, bagaimana semua orang
sangat mengagumi adiknya, bahkan ibunya lebih menyayanginya daripada dirinya
sehingga dia ingin menghancurkan keindahan yang dimiliki adiknya. Menulis
Langit di mana seorang gadis dari kecil hingga dewasa selalu mengagumi guru
perempuannya dan yang terakhir Tahi Lalat di Punggung Istriku, seorang suami
yang sangat terobsesi pada sesuatu yang dimiliki istrinya sehingga dia sangat
memujanya bahkan bisa membuatnya bergairah.
Ada juga cerita yang berbau psikologis cukup kental seperti
cerita Saga dimana karena sering mendapatkan perlakuan kasar dari suaminya,
sang istri berlari ke seorang yang sangat menyayanginya, yang tidak pernah
membuat dia terluka lagi. Lelaki yang Menetas di Tubuhku, dimana katika gadis
itu berusia delapan tahun menjumpai sepasang kekasih yang saling berbagi suka
dan duka membuat pikiran dia tercetak kalau sesama perempuan bila bersama bisa
bahagia dan tidak salah. Dan Menulis Langit di mana dari yang awalnya mengagumi
kebaikan gurunya bisa berkembang menjadi obsesi.
Walau ada beberapa cerpen yang membuat saya berpikir keras
dan ada yang tidak saya mengerti, ada beberapa cerpen yang menjadi favorit
saya, yaitu: Dua Perempuan dengan HP-nya Seno Gumira Ajidarma, simple banget
ceritanya tapi ngena, mereka berjalan bersama menerima telpon dari dunia mereka
sesungguhnya dengan berbagai permasalahan yang ingin mereka hindari ketika
sedang berduaan, di dominasi dengan dialog membuat cerpen ini tidak terasa membingungkan
berbeda dengan sebagain besar penulis dengan permainan kata yang membuat saya
sulit mencernanya, terlalu berbelit-belit, tidak ada efek kejut di akhir cerita
karena mayoritas berending sama dan mudah ditebak. Kedua adalah Mata Indah-nya
Clara Ng, lain daripada yang lain, kita seperti membaca dongeng Grim
bersaudara, aroma horornya kerasa sekali. Dan yang terakhir yang menjadi
favorit saya adalah Tahi Lalat di Punggung Istriku punyanya Ratih Kumala, saya
sangat suka bagaimana sang suami memuja istrinya, bahkan dalam cerpen ini dan
Mata Indah saya hanya sedikit mendapatkan aroma ‘lesbinya’ tapi saya
mendapatkan karakter tokoh yang kuat sehingga tidak membuat saya bosan ketika
membacanya. Si buruk rupa yang sangat membenci adiknya dan sang suami yang
sangat terobsesi dengan tahi lalat istrinya.
Apakah saya puas dengan buku ini? Apakah menjawab penasaran
saya akan cerita bertema LGBT yang tidak biasa? Walau sebagaian besar masih
sama saja, tidak banyak cerita yang berani ‘jujur’ dan menyuguhkan ending yang
tidak menyelesaikan masalah, saya cukup puas dengan ketiga cerpen favorit di
buku ini.
Buat kamu yang pengen mencoba mencicipi cerita bergenre
LGBT, buku ini bisa menjadi pilihan karena semua ceritanya bertema sama yang
disuguhkan dari sudut pandang berbagai penulis.
3 sayap untuk sepoci kopi :D
Penulis: Cok Sawitri, Shantined, Abmi Handayani, Ucu
Agustin, Stefanny Irawan, Linda Christanty, Clara Ng, Triyanto Triwikromo,
Ratih Kumala, Agus Noor, Seno Gumira Ajidarma, Maggie Tiojakin
Editor: Ratih Kumala
Cover: Mulyono
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
ISBN: 978-979-22-6208-7
Cetakan pertama, September 2010
127 halaman
NB: baca bareng BBI untuk buku bergenre LGBT
NB: baca bareng BBI untuk buku bergenre LGBT