Author: William Kamkwamba, Byan Maelar
Penerbit: literati
Situs: literati-books.com
Page: 396
ISBN:978-602-8740-17-3
April 2011
Judul asli: The Boy Who Harnessed The Wind
literary awards: CORINE Internationaler Buchpreis for FOCUS Zukunftspreis (2010), ALA Alex Award (2010)
url: http://www.williamkamkwamba.com
goodreads: http://bit.ly/6odjWc
Kisah nyata dari William Trywell Kamkwamba yang ditulis bersama Bryan Mealer. Setting di Malawi, Negara kecil di sebelah tenggara Afrika, saat itu William berusia 14 tahun. Kalimat awal di BAB 1 sangat menarik, “ Sebelum aku menemukan keajaiban ilmu pengetahuan, ilmu sihir menguasai duniaku.” Karena pada saat itu warga sangat percaya sekali kepada Sing’anga atau dukun. Awal cerita sangat lambat kalau menurutku, menceritakan tentang keluarganya, bagaimana perkasanya ayahnya sebelum menikah dengan ibunya, adik-adiknya dan kedua teman akrabnya Geoffrey dan Gilbert, malaria, kolera, AIDS (yang dijelaskan dengan sangat jelas di sini) sampai masalah terbesar yang dialami hampir semua penduduk Afrika, kelaparan. Ayah William adalah seorang petani jagung dan tembakau, saat itu terjadi kekeringan dan gagal panen yang menyebabkan keluarga mereka harus sangat mengirit soal makan, sarapan pun ditiadakan. William baru saja lulus dari sekolah dasar dan berharap bias masuk sekolah menengah yang diinginkannya Chayamba atau Kasugu karena dia menjadi seorang ilmuan besar, tetapi dia malah ketrima sekolah menengah di Kachokolo yang mungkin merupakan sekolah terburuk, yang berjarak sekitar 5 kilometer atau 40 menit dari rumahnya. Tapi sayang semangatnya belajar harus kandas karena ayahnya tidak mampu membiayai sekolah, untuk makan saja susah, terpaksa dia putus sekolah, tapi karena ini jugalah yang merubah kehidupan William nantinya.
Keingintahuan William yang besar mulai terlihat saat dia bersama temannya, Geoffry membongkar radio yang sudah tua dan rusak untuk melihat isinya, melihat cara kerjanya supaya bisa memperbaiki radio itu lagi. Di Malawai dan banyak bagian Afrika yang tidak ada aliran listrik untuk menyalakan televisi, radio adalah satu-satunya penghubung dengan dunia di luar desa. Keluarganya menggunakan minyak tanah untuk untuk penerangan dimalam hari.
Walaupun tidak bisa sekolah, William biasa mendengar cerita pelajaran dari Gilbert dan pergi ke perpustakaan kecil di Sekolah Dasar Wimbe agar otaknya tidak menjadi tumpul. Di perpustakaan itu dia menemukan buku yang akan mengubah hidupnya, buku teks Amerika yang berjudul Using Energy atau penggunaan energy (dan juga Explianing Physics, Integrated Science), kincir angin. Kincir angin berfungsi sebagai pembangkit listrik dan memompa air untuk irigasi, karena sangat bermanfaat sekali untuk kehidupannya saat itu dia pun punya ide untuk membuatnya, untuk percobaan dia membuat yang lebih kecil daripada sampul buku itu. Dia mendapatkan bahan untuk membuat kincir angin itu dari rongsokan. Dan dia berencana membuat yang lebih besar lagi.
Awalnya dia sampai disebut gila oleh orang yang melihat membuat kincir angin tapi mulai tertarik ketika rumah mereka mati lampu tapi tidak dengan rumah William. Hingga suatu hari ada orang dari Melawai Teacher Training Activity yang melihat kincir angin itu dan tertarik untuk mencari orang yang membuatnya. Datanglah Dr. Hartford Mchazime ynag bertanya sekolah sampai kelas berapa, bagaimana William bias tahu tentang listrik, voltase dan memutuskan kalau dia harus melanjutkan sekolah. Berkat Dr. Mchazime juga banyak wartawan yang mewawancarinya sehingga hasil karyanya banyak diketahui orang dan dapat diterima warga lainnya yang sebelumnya menganggap itu sihir. Pengalaman seru lainnya adalah ketika William menghadiri TED (Technology, Entertainment and Desaign) dia bertemu orang-orang hebat Afrika lainnya. Corneille Ewango ahli botani dari Kongo, seorang pria dari Ethiopia menciptakan semacam kulkas yang bekerja menggunakan uap air dari pasir agar bias digunakan di desa-desa tanpa listrik. Bola Olabisi, warga Nigeria membentuk sebuah kelompok untuk menyatukan para ilmuan wanita di Afrika, dokter dan ilmuan yang menggunakan ide serta metode kreatif untuk melawan AIDS, malaria dan TBC. Ada juga Erik Hersman dan Mike Mckay, orang pertama yang menulis kisah William dalam blognya, ada kata Erik yang sangat aku suka, hal. 366 “Orang Afrika menggunakan semua keterbatasan yang mereka miliki untuk mencapai keinginannya. Dengan menggunakan kreativitas, mereka mengatasi tantangan-tantangan di Afrika. Kalau orang lain melihat suatu benda sebagai sampah, orang Afrika mendaur ulang benda itu. Kalau orang lain melihat suatu hal sebagai benda rongsokan, orang Afrika melihat kelahiran kembali benda itu.” Selain itu ada kalimat lain yang sangat dasyat, di hal. 43 saat ayah William bilang, “kalau memiliki rencana jahat terhadap teman kita, berhati-hatilah karena rencana jahat itu akan berbalik kepadamu. Kita harus selalu memiliki niat baik kepada orang lain.” Kemudia saat Presiden mereka melihat banyak orang meninggal karena TBC, kolera, malaria atau diare bukan karena kelaparan di hal. 192 dia bilang, “tidak ada orang mati karena kelaparan,” kemudian ayah William bilang “ada orang yang memang buta, tapi orang yang satu ini memilih untuk tidak melihat.” Di hal. 208 “kelaparan itu suatu bentuk ilmu pengetahuan yang kejam,” dan kalimat terakhir dibuku ini dan juga sangat dasyat adalah “kalau kau ingin berhasil mewujudkannya, yang harus kau lakukan adalah berusaha,” di hal. 386.
Aku suka ceritanya, menginspirasi kalau walaupun kita putus sekolah masih ada yang bisa kita lakukan, seperti yang dilakukan William, pergi ke perpustakaan, mendengarkan pelajaran yang tidak bisa dia peroleh lewat temannya, dan tidak pernah berhenti mencoba. Dia bisa menciptakan listrik sendiri bagi keluarganya dengan hanya membaca buku yang tidak pernah tersentuh di perpustakaan, bertekat untuk merubah keadaan keluarganya untuk menjadi lebih baik. Awalnya sangat bertele-tele, terlalu lambat jalan ceritanya, cerita yang aku tunggu-tunggu baru ada setelah setengah halaman lebih, minim typo (dalam artian tidak ada kalimat yang menggaguku, karena aku juga bukan ahlinya), covernya bagus, tiap bab ada gambar kincir angin, ada foto dari tokohnya sendiri mulai dari kecil, keadaan daerahnya, kincir angin yang dibuatnya, benar-benar komplit, dan juga penjelasan tentang penyakit kolera, radio dan pembuatan kincir angin yang sangat jelas. Sangat cocok untuk dibaca bagi yang suka cerita pembangkit semangat.
3 sayap untuk William yang putus sekolah tapi jenius :D
Note: Alhamdulillah dapet dari hasil menang kuis di @LiteratiBooks, kalau gak salah pertanyaanya waktu itu buku apa yang paling menginpirasimu :D