This is How I Do (Heartbreakers #3)
Penulis: Lia Indra Andriana
Editor: Mita M. Supardi
Desain cover: Amanta Nathania
Penerbit: GagasMedia
ISBN: 979-780-757-6
Cetakan pertama, 2014
258 halaman
Buntelan dari Aini Wk
Bertalenta, cakep, dan
terkenal. Semakin tinggi, semakin kencang angin yang berembus. Ya,
begitulah yang sedang dihadapi oleh Sandro. Di tengah ketenaran dan
puncak kariernya, Sandro dipusingkan dengan dua cewek yang menarik
perhatiannya.
Yang satu punya wajah manis, bergaya maskulin, dan
terlihat jual mahal. Namun, ada magnet kuat yang membuat Sandro merasa
tertantang untuk mengenalnya lebih jauh. Lalu, yang satu lagi, punya
penampilan from head to toe-nya maksimal; cantik dan feminin. Belum lagi
punya talenta yang sama dengan Sandro.
Sandro hanyut dalam
kebingungan. Dunianya berguncang karena masalah ini dan itu. Cerita
tentang kehidupannya pun semakin dicari tahu oleh fans-nya. Tidak banyak
solusi yang bisa cowok ini ambil. Karena memang semuanya punya muara
yang sama; ketidakpastian.
Dima kembali! Tidak ada yang mengira sebelumnya, terlebih sang managing director tetap menjadikan Dima anggota Heartbreakers padahal Dima pergi tanpa pamit. Tentu kembalinya Dima membuat anggota Heartbreakers kaget, tidak tahu harus berbuat apa, khususnya Sandro, dia merasa marah akan kepulangan Dima. Heartbreakers sedang mempersiapkan album kedua, otomatis formasi pengisi lagu juga berubah dengan bertambahnya anggota, belum lagi tercium bau persaingan antara Sandro dan Dima. Sebelum kembali, Dima mengumumkan kembalinya di blog pribadi, padahal pihak management belum menentukan langkah apa yang akan diambil. Para Sweethearts merasa bingung dan senang sekaligus. Lalu, siapa yang akan menjadi leader Heartbreakers?
Selain mempersiapkan album kedua, kesibukan Heartbreakers kali ini adalah mereka mempunyai talkshow sendiri. Di talkshow tersebutlah Sandro bertemu dengan Fiona, seorang floor director, gadis galak yang mencuri hatinya. Fiona tidak tertarik sama sekali dengan Sandro, awalnya dia meganggap Sandro adalah seorang lelaki yang tidak banyak berbicara dan terlihat cool, memang itulah image Sandro yang dibangun untuk publik. Tetapi setelah berinteraksi langsung dan berteman, Fiona menyadari kalau Sandro adalah sosok yang penyayang, dilihat dia begitu menyayangi binatang peliharaannya, si sugar glider, sekaligus berlidah tajam. Sandro tidak akan segan-segan menyindir bila ada yang salah di matanya, walau kadang suka menyisipkan candaan juga di dalamnya. Sandro juga bertanggung jawab, dia rela mengantarkan Fiona pulang walau jarak rumah mereka jauh.
Sayangnya, Sandro tidak hanya menyukai Fiona saja, dia tertarik juga dengan Aurelia, penyanyi yang satu atap dengan Heartbreakers, penyanyi yang sangat bertalenta, terkenal dan tentu saja cantik. Siapakah yang akan dipilih Sandro? Lalu bagaimana perselisihan Sandro dan Dima? Kemana selama ini Dima menghilang? Di buku ketiga ini kita akan mendapatkan jawaban dari pertanyaan yang sudah mencokol sejak buku pertama :D
Banyak hal menarik di buku ini, saya mulai dengan kembalinya Dima. Dengan kembalinya Dima otomatis posisi leader yang selama ini diambil alih oleh Sandro bakalan terancam, terlebih mereka berdua bersikukuh untuk menjadi leader. Sandro menyadari kalau dari skill dan penampilan, dia kalah jauh dari Dima. Tapi selama Dima pergi, Sandro belajar menjadi seorang leader bagi teman-temannya yang lain, karakternya sedikit demi sedikit mengalami perubahan yang positif, Axel dan Leon pun merasakannya juga kalau Sandro sanggup menjadi leader mereka. Sikap Sandro yang layak menjadi seorang leader juga ditunjukkan penulis ketika mereka mengalami kejadian yang tidak diinginkan sewaktu melakukan tour di luar kota, dan masih ada beberapa lagi, yang membuat kita jatuh cinta akan karakter Sandro, karakter yang tidak sempurna. Sandro tahu kekuranganya, makanya dia mau belajar, mencari apa sebenarnya keahlian yang dia punya untuk menandingi Dima, mereka bersaing secara positif.
Cover buku ini, cantik, tapi tidak macing dengan cover seri Hearbreakers sebelumnya. Selain itu tidak ada yang khusus, maksudnya kalau buku pertama saja ada aplikasi untuk mendownload lagu sungguhan, begitu juga buku kedua, pembatas buku yang khusus. Buku ketiga ini bisa dibilang biasa saja dari segi tampilan, minim promosi daripada buku pertama yang cukup heboh. Yah, semoga saja banyak yang tahu kalau buku ini termasuk seri Heartbreakers.
Dari ketiga personil Heartbreakers (Dima tidak dihitung ya, dihitung kalau ada bukunya sendiri :p), cukup susah untuk memilih mana yang paling saya sukai. Ketiga penulis sukses menciptakan karakter Axel, Leon, dan Sandro, mereka punya identitas dan kelebihan sendiri. Axel yang kalem, Leon yang cuek dan Sandro yang dingin. Silahkan pilih sesuai selera :D. Tapi kalau dipaksa memilih, saya bakalan memilih Sandro, hihihi. Walau dingin dan kadang sinis, dia sangat perhatian dan penyayang, dia juga tidak segan untuk terus belajar agar kemampuannya semakin terasah. Tidak sempurna tapi mempunyai keinginan untuk menjadi lebih baik, bukankah itu yang penting?
Bagi para Sweethearts, wajib baca buku ini.
3.5 sayap untuk Heartbreakers never break my heart.
Selain mempersiapkan album kedua, kesibukan Heartbreakers kali ini adalah mereka mempunyai talkshow sendiri. Di talkshow tersebutlah Sandro bertemu dengan Fiona, seorang floor director, gadis galak yang mencuri hatinya. Fiona tidak tertarik sama sekali dengan Sandro, awalnya dia meganggap Sandro adalah seorang lelaki yang tidak banyak berbicara dan terlihat cool, memang itulah image Sandro yang dibangun untuk publik. Tetapi setelah berinteraksi langsung dan berteman, Fiona menyadari kalau Sandro adalah sosok yang penyayang, dilihat dia begitu menyayangi binatang peliharaannya, si sugar glider, sekaligus berlidah tajam. Sandro tidak akan segan-segan menyindir bila ada yang salah di matanya, walau kadang suka menyisipkan candaan juga di dalamnya. Sandro juga bertanggung jawab, dia rela mengantarkan Fiona pulang walau jarak rumah mereka jauh.
Sayangnya, Sandro tidak hanya menyukai Fiona saja, dia tertarik juga dengan Aurelia, penyanyi yang satu atap dengan Heartbreakers, penyanyi yang sangat bertalenta, terkenal dan tentu saja cantik. Siapakah yang akan dipilih Sandro? Lalu bagaimana perselisihan Sandro dan Dima? Kemana selama ini Dima menghilang? Di buku ketiga ini kita akan mendapatkan jawaban dari pertanyaan yang sudah mencokol sejak buku pertama :D
Terkadang, menjadi public figure itu terasa mengerikan. Semua orang tiba-tiba mengetahui apa kebiasaanmu, bahkan bagaimana caramu berpikir, seakan kamu ditelanjangi bulat-bulat dan dipajang di alun-alun kota supaya semua orang bisa melihatmu dengan jelas.Sebenernya sinopsis di belakang buku dan prolog cukup menyesatkan, maksudnya, konflik utama di buku ini bukan kisah cintanya tetapi ujian untuk Sandro sebagai leader, kisah cinta bisa lah dijadikan konflik kedua. Tetapi justru saya suka walau terkecoh di awal, hehehehe. Inilah yang saya harapkan dari seri Heartbreakers, ya menitikberatkan pada mereka, bukannya di luar yang berhubungan dengan Heartbreakers.
Banyak hal menarik di buku ini, saya mulai dengan kembalinya Dima. Dengan kembalinya Dima otomatis posisi leader yang selama ini diambil alih oleh Sandro bakalan terancam, terlebih mereka berdua bersikukuh untuk menjadi leader. Sandro menyadari kalau dari skill dan penampilan, dia kalah jauh dari Dima. Tapi selama Dima pergi, Sandro belajar menjadi seorang leader bagi teman-temannya yang lain, karakternya sedikit demi sedikit mengalami perubahan yang positif, Axel dan Leon pun merasakannya juga kalau Sandro sanggup menjadi leader mereka. Sikap Sandro yang layak menjadi seorang leader juga ditunjukkan penulis ketika mereka mengalami kejadian yang tidak diinginkan sewaktu melakukan tour di luar kota, dan masih ada beberapa lagi, yang membuat kita jatuh cinta akan karakter Sandro, karakter yang tidak sempurna. Sandro tahu kekuranganya, makanya dia mau belajar, mencari apa sebenarnya keahlian yang dia punya untuk menandingi Dima, mereka bersaing secara positif.
"Selama lo nggak ada, gue banyak belajar." Sandro mengakui dengan suara pelan. "Gue belajar adaptasi. Gue belajar dengerin orang lain. Gue belajar... nggak jadi egois."Selain menunjukkan beban mental yang dialami oleh Sandro, penulis juga melibatkan Sweethearts di buku ini, menunjukkan segelumit dunia showbiz yang dijalani oleh Heartbreakers lewat acara talkhow yang mereka pegang, batapa pentingnya sebuah rating dan sharing yang bisa mempengaruhi apakah acara mereka bisa lanjut atau berhenti di tengah jalan. Tidak kelewatan penulis juga menunjukkan tidaklah mudah menulis sebuah lirik lagu, Sandro membuktikannya. Disemua konflik yang berhubungan dengan boyband tersebut penulis menambahkan bumbu cinta, sebuah pilihan yang harus ditentukan oleh Sandro, apakah yang dirasakannya itu cinta atau sekedar suka? Informasi tentang sugar glider juga cukup menarik, saya baru pertama kali ini tahu loh kalau ada binatang itu, hahahaha.
"Nulis lagu itu ibarat mengungkapkan perasaan," ucapan Vi terngiang jelas di kepala Sandro dan pemuda itu mulai menanyakan bagaimana cara Vi berlatih dulu. "Tapi kadang, ngomong saja susah apalagi nulis lirik yang berdasarkan perasaan kita sendiri. Meski tahu rasanya, tapi buat nuangin ke bentuk tulisan itu butuh proses dan latihan. Makanya untuk penulis pemula, mereka kudu banyak baca buat nambah perbendaharaan kata. Kalau perlu, baca puisi-puisi, buku peribahasa atau bahkan tesaurus bahasa Indonesia."Walau cukup memuaskan bagi saya, tentu ada beberapa yang menjadi kekurangan buku ini. Saya kurang puas dengan alasan Dima pergi, masak hanya itu saja? Kelihatan sepele sekali. Rasanya saya seperti Sandro, bingung dan masih banyak yang ingin ditanyakan tentang menghilangnya Dima. Apakah masih akan ada buku lanjutan khusus membahas Dima? Saya harap ada, di buku ini sosok Dima digambarkan menjadi karakter yang sombong dan merasa pintar sendiri, saya merasa ada alasan lain kenapa dia meninggalkan Heartbreakers, ya, Dima cukup misterius dan membuat saya penasaran akan latar belakangnya. Kisah cinta Sandro juga bikin geregetan, saya nggak puas akan endingnya, emang sih pembaca dipersilahkan untuk menebak kelanjutannya sendiri, tapi nggak rela, Sandro nyebelin!
Cover buku ini, cantik, tapi tidak macing dengan cover seri Hearbreakers sebelumnya. Selain itu tidak ada yang khusus, maksudnya kalau buku pertama saja ada aplikasi untuk mendownload lagu sungguhan, begitu juga buku kedua, pembatas buku yang khusus. Buku ketiga ini bisa dibilang biasa saja dari segi tampilan, minim promosi daripada buku pertama yang cukup heboh. Yah, semoga saja banyak yang tahu kalau buku ini termasuk seri Heartbreakers.
Dari ketiga personil Heartbreakers (Dima tidak dihitung ya, dihitung kalau ada bukunya sendiri :p), cukup susah untuk memilih mana yang paling saya sukai. Ketiga penulis sukses menciptakan karakter Axel, Leon, dan Sandro, mereka punya identitas dan kelebihan sendiri. Axel yang kalem, Leon yang cuek dan Sandro yang dingin. Silahkan pilih sesuai selera :D. Tapi kalau dipaksa memilih, saya bakalan memilih Sandro, hihihi. Walau dingin dan kadang sinis, dia sangat perhatian dan penyayang, dia juga tidak segan untuk terus belajar agar kemampuannya semakin terasah. Tidak sempurna tapi mempunyai keinginan untuk menjadi lebih baik, bukankah itu yang penting?
Bagi para Sweethearts, wajib baca buku ini.
3.5 sayap untuk Heartbreakers never break my heart.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan berkomentar, jejakmu sangat berarti untukku :*