36 Questions that Changed My Mind about You
Penulis: Vicki Grant
Penerjemah: Jimmy Simanungkalit
Penyunting: Barokah Ruziati
Perancang sampul: Desy Setyowati
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
ISBN: 9786020380735
Cetakan pertama, 2018
368 halaman
Buntelan dari @dprihas
Jeff, seorang kandidat doktor di sebuah universitas ditugaskan meneliti sebuah subjek untuk menjalin ikatan antarindividu lain, yang bisa saja berkembang menjadi sebuah hubungan romantis. Dia ingin tahu bagaimana orang-orang mengawali kedekatan interpersonal dan apakah proses tersebut bisa dilakukan dengan cara tertentu. Partisipan akan dipasangkan dengan orang asing lalu diberi 36 pertanyaan untuk dijawab secara jujur. Selain memfasilitasi orang-orang untuk jatuh cinta, eksperimen ini juga bertujuan untuk mengetahui bagaimana respon anak-anak muda di era media sosial sekarang ini saat curhat secara bertatap muka.
Dua partisipan terpilih, Hildy tidak peduli dengan bayaran untuk mengikuti eksperimen tersebut, sedangkan Paul tidak peduli dengan tujuannya. Mereka dua orang asing dipertemukan di sebuah ruangan khusus untuk saling menjawab 36 pertanyaan yang disediakan. Mereka dua pribadi yang sangat bertolak belakang, Hildy tidak ingin menjawab begitu saja, dia ingin panjang lebar, sedangkan Paul ingin segera menyelesaikan dan mendapatkan empat puluh dolar.
Siapa yang menyangka pertanyaan yang sepele berujung pada cek-cok sampai melempar barang dan pergi sebelum semua pertanyaan terjawab. Apakah 36 pertanyaan tersebut benar-benar bisa membuat Hildy dan Paul jatuh cinta?
Yang unik dari buku ini adalah waktu Hildy dan Paul menjawab pertanyaan, tidak berupa dialog dan narasi, tapi seperti naskah film. Sedangkan untuk adegan Hildy dengan keluarga dan sahabatnya menggunakan metode yang biasa. Yang saya suka lainnya, selain bacanya jadi lebih cepat, bagian tersebut membuat Hildy dan Paul terbuka akan diri mereka dan permasalahan yang selama ini hanya dipendam sendiri. Untuk Hildy pengecualian, karena dua sahabatnya tahu akan apa yang terjadi.
Bagian pertanyaan ini juga membuat rahasia tersebut tersimpan dengan baik, membuat pembaca penasaran dan harus membaca sampai akhir. Pertanyaan yang membuat mereka berdua saling mengenal lebih dalam dan menceritakan kisah terkelam mereka. Pernyataan yang membuat mereka merasa dibutuhkan satu sama lain.
Negatifnya, sebagian besar hanya bercerita tentang Hildy, ada saat menceritakan latar belakang Paul, makna dari tato air mata di pipinya, masa lalunya, kenapa dia begitu skeptis dengan hidup, tapi tidak sebanyak Hildy, tidak seimbang. Padahal kisah hidupnya tak kalah menarik.
Secara keseluruhan buku ini cukup asik diikuti, cara yang unik tentang jangan menilai orang dari penampilannya sebelum benar-benar mengenal secara pribadi.
Penulis: Vicki Grant
Penerjemah: Jimmy Simanungkalit
Penyunting: Barokah Ruziati
Perancang sampul: Desy Setyowati
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
ISBN: 9786020380735
Cetakan pertama, 2018
368 halaman
Buntelan dari @dprihas
Bisakah Cinta Direkayasa dengan 36 Pertanyaan?
Sebuah brosur eksperimen psikologi radikal menarik perhatian Hildy. Ia pun mendaftar menjadi peserta meski khawatir akan risiko bahwa hatinya bisa dibuat berantakan.
Paul mendaftar karena tertarik pada jumlah bayaran setelah mengikuti eksperimen itu. Namun ia tidak memperhatikan petunjuk apa pun. Apalagi bahwa ia dan pasangan eksperimennya harus menjawab masing-masing 36 pertanyaan yang disediakan.
Dua orang asing. Dua remaja dengan kepribadian berbeda. Saat Hildy dan Paul menyelesaikan eksperimen tersebut, mereka sudah tertawa, menangis, berbohong, melempar barang, kabur, dan kembali lagi.
Namun, apakah mereka akhirnya jatuh cinta?
Jeff, seorang kandidat doktor di sebuah universitas ditugaskan meneliti sebuah subjek untuk menjalin ikatan antarindividu lain, yang bisa saja berkembang menjadi sebuah hubungan romantis. Dia ingin tahu bagaimana orang-orang mengawali kedekatan interpersonal dan apakah proses tersebut bisa dilakukan dengan cara tertentu. Partisipan akan dipasangkan dengan orang asing lalu diberi 36 pertanyaan untuk dijawab secara jujur. Selain memfasilitasi orang-orang untuk jatuh cinta, eksperimen ini juga bertujuan untuk mengetahui bagaimana respon anak-anak muda di era media sosial sekarang ini saat curhat secara bertatap muka.
Dua partisipan terpilih, Hildy tidak peduli dengan bayaran untuk mengikuti eksperimen tersebut, sedangkan Paul tidak peduli dengan tujuannya. Mereka dua orang asing dipertemukan di sebuah ruangan khusus untuk saling menjawab 36 pertanyaan yang disediakan. Mereka dua pribadi yang sangat bertolak belakang, Hildy tidak ingin menjawab begitu saja, dia ingin panjang lebar, sedangkan Paul ingin segera menyelesaikan dan mendapatkan empat puluh dolar.
Siapa yang menyangka pertanyaan yang sepele berujung pada cek-cok sampai melempar barang dan pergi sebelum semua pertanyaan terjawab. Apakah 36 pertanyaan tersebut benar-benar bisa membuat Hildy dan Paul jatuh cinta?
Yang unik dari buku ini adalah waktu Hildy dan Paul menjawab pertanyaan, tidak berupa dialog dan narasi, tapi seperti naskah film. Sedangkan untuk adegan Hildy dengan keluarga dan sahabatnya menggunakan metode yang biasa. Yang saya suka lainnya, selain bacanya jadi lebih cepat, bagian tersebut membuat Hildy dan Paul terbuka akan diri mereka dan permasalahan yang selama ini hanya dipendam sendiri. Untuk Hildy pengecualian, karena dua sahabatnya tahu akan apa yang terjadi.
Bagian pertanyaan ini juga membuat rahasia tersebut tersimpan dengan baik, membuat pembaca penasaran dan harus membaca sampai akhir. Pertanyaan yang membuat mereka berdua saling mengenal lebih dalam dan menceritakan kisah terkelam mereka. Pernyataan yang membuat mereka merasa dibutuhkan satu sama lain.
Negatifnya, sebagian besar hanya bercerita tentang Hildy, ada saat menceritakan latar belakang Paul, makna dari tato air mata di pipinya, masa lalunya, kenapa dia begitu skeptis dengan hidup, tapi tidak sebanyak Hildy, tidak seimbang. Padahal kisah hidupnya tak kalah menarik.
Secara keseluruhan buku ini cukup asik diikuti, cara yang unik tentang jangan menilai orang dari penampilannya sebelum benar-benar mengenal secara pribadi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan berkomentar, jejakmu sangat berarti untukku :*