Yang satu di dalam, yang lain di luar. tapi keduanya sama-sama terpenjara.Tagline yang begitu menggoda untuk dibaca ya, tapi benar adanya.
Claudia dan Finn, mereka sama-sama terpenjara. Claudia di dunia nyata yang penuh dengan bintang dan Finn terpenjara di Incarceron yang penuh dengan kegelapan, penuh dengan logam. Incarceron adalah penjara yang begitu luas sehingga tidak hanya berisi sel, tetapi juga kota, hutan logam, rimba raya, dan lautan. Incarceron bisa bergerak dan ada mata yang selalu mengawasi isinya. Penjara itu terkunci dari luar selama berabad-abad, dan hanya satu orang, menurut legenda, yang pernah lolos darinya dan tidak ada yang tahu bagaimana caranya, Sapphique.
Claudia merasa terpenjara oleh ayahnya sendiri, John Arlex, Sipir Incarceron. Sejak kecil dia sudah menetapkan berbagai macam peraturan, sampai pernikahan Claudia pun sudah dirancang. Ayahnya menenggap dirinya sebagai alat. Claudia akan menikah dengan orang yang dibencinya, mempunyai berbagai sifat buruk, minum-minum, narkoba, kekerasan, menghamili gadis-gadis pelayan, tidak tertarik dengan pendidikan, dialah Caspar, Earl of Steen, Putra Mahkota Kerajaan. Sebenarnya Claudia ditunangkan dengan Giles, putra mahkota yang meninggal ketika masih kecil dan terpaksa posisinya digantikan oleh adik tirinya. Claudia tidak tahan, dia ingin pergi dari kurungan ayahnya, mungkin Incarceron bisa menjadi pilihan. Dibantu oleh mentornya yang sakit-sakitan, Jared, Claudia mulai menyusun rencana untuk memasuki ruang kerja ayahnya, mencari jalan masuk Incarceron, dan dia menemukan sebuah kunci.
Finn merasa dirinya tidak berasal dari Incarceron, ada ingatan random yang selalu menghantui pikirannya, dia tidak tahu asal usulnya, tidak tahu siapa dirinya sebenarnya, tidak mempunyai masa lalu. Ketika dia bangun dia mendapati dirnya memakai baju terusan abu-abu dengan satu nama tercetak diatasnya dan juga angka. FINN, dengan angka 0087/2314. Hanya satu tanda yang mungkin bisa menjelaskan siapa dirinya sebenarnya, ada tato kecil bergambar burung bermahkota di pergelangan tangannya. Ketika dia menjebak seorang Maestra, perempuan itu pernah melihat tanda yang sama dengan tato di pergelangan tangan Finn, artefak kecil silindris dari kristal atau kaca tebal. Di dalam artefak itu terdapat hologram seekor elang dengan sayap mengembang. Dengan satu cakarnya elang itu mencengkeram sebuah bola. Di leher elang itu, terdapat sebuah makota seperti tato di tangan Finn. Finn tahu benda apa itu, kunci.
Bersama saudara angkatnya yang licik, berpenampilan necis, Keiro dan Gildas, seorang pria tua kaum Sapient yang menyebut Finn sebagai sang Penglihat Bintang kemudian selama perjalanan ditambah lagi seorang gadis yang menobatkan dirinya sebagai budak Finn, Attia, mereka semua mempunyai tujuan yang sama, ingin keluar dari Incarceron. Sedangkan di dunia, Claudia dan Jared selain mencari cara masuk ke Incarceron, mereka juga mencari kebenaran akan kematian Giles. Ketika secara bersamaan Claudia dan Finn menggosok kunci mereka masing-masing, mereka bisa saling berbicara, dan kalimat yang terlontar lirih dan terdengan putus asa dari Finn adalah, "Tolong. Kau harus menolongku keluar."
Selain tagline yang begitu membuat saya penasaran akan buku ini, ide ceritanya juga jenius. Coba bayangkan ada dua orang di dunia yang berbeda, mereka hanya bisa berkomunikasi dengan kunci, ya kunci. Salah satu dari orang tersebut meminta tolong untuk mengeluarkan dirinya dari penjara. Dulu bayangan saya adalah penjara itu sama kayak penjara pada umumnya, berada di dunia yang sama, hanya tidak bisa keluar karena ketatnya penjagaan, ternyata hampir benar, hehe. Jujur saya agak kesusahan untuk membayangkan penjara itu sendiri, gimana sih bentuknya? Selain itu, jenis kaum di buku ini dan setting waktunya pun cukup membuat saya membolak-balik halaman mencerna mereka seperti apa, saya menyimpulkan kalau setting waktunya jaman dulu, dengan clue pakaian Claudia. Adegan pertempurannya pun tidak terlalu seru dan tentang Giles saya bisa menebaknya. Romancenya sedikit sekali, karakter Claudia sepertinya lebih kuat, Finn menye-menye dan lemah, hahahaha menginggatkanku akan Katnis dan Peeta. Tapi buku ini sukses membuat saya penasaran akan seperti apa endingnya, dan ehmmm benar-benar menjebak, banyak sekali yang tak terduka. Pernah menonton City of Ember? Reaksi saya sama persis ketika selesai menonton film itu, HAH???
Ada kalimat yang aku sukai di halaman 480,
Tak satu pun dari kita yang tahu di mana kita berada. Mungkin seumur hidup, kita terlalu cemas akan tempat kita berada, sehingga tidak cukup cemas akan siapa diri kita.Kita tunggu saja semoga buku selanjutnya sekaligus yang terakhir Sapphique (Incarceron, #2) segera terbit (ini aja baru terbit, haha)
4 sayap untuk si kunci.
Incarceron (Incarceron #1)
by Catherine Fisher
Penerjemah: Mery Riansyah & Febi E.S
Penerbit: Matahati
ISBN: 978-602-859-903-41
Cetakan: I, Agustus 2011
492 halaman
NB: Buku ini menyabet banyak penghargaan loh, nih daftarnya yang aku dapet dari goodreads :)
- Mythopoeic Fantasy Award Nominee for Children’s Literature (2011)
- A School Library Journal Best Book of the Year (2010)
- Cybils Award Nominee for Young Adult Fantasy & Science Fiction (2007)
- Booklist Top Ten Science Fiction/Fantasy Novels for Youth (2010)
- YALSA Best Fiction for Young Adults (2011)
- Publishers Weekly's Best Children's Books of the Year for Fiction (2010
wah...membaca resensimu bkin aku tergoda dengan ceritanya...haduhh trus si giles bener-bener udah mati ya? *penasaran euy*
BalasHapuscovernya kereeeeeeeeeeeeeeen banget! bikin penasaran ma ceritanya
BalasHapus@esi: wakakaka nggak sere dong kalo ak kasih tau, ayo baca :)@sinta iya, itu juga yang menjadi alasanku mb untuk beli buku ini :)
BalasHapusIya baca review ini jadi penasaran sama si incaceron. Kayaknya ide ceritanya sih belum ada yang kayak gini ya :) :)
BalasHapusKayaknya belum ada mb, idenya jenius ya :D
BalasHapushalo, sulis. salam kenal ya. resensinya memikat. aku izin nge-link review ini ke blogku ya :)
BalasHapussalam kenal juga mb lulu, terima kasih, silahkan mb :))
BalasHapusTagline-nya bikin kepo banget
BalasHapusbtw, aku juga suka quote-nya "Tak satu pun dari kita yang tahu di mana kita berada. Mungkin seumur hidup, kita terlalu cemas akan tempat kita berada, sehingga tidak cukup cemas akan siapa diri kita".