Jumat, 28 Februari 2014

The Food of Love

The Food of Love (Santapan Cinta)
Penulis: Anthony Capella
Alih bahasa: Andang H. Sutopo
Editor: Dini Pandia
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
ISBN: 979-22-3516-7
Cetakan kedua, Maret 2008
502 halaman
Harga: 30k (Titip mbak Sanie B. Kuncoro)

Laura Patterson belajar sejarah seni di Roma. Ia memutuskan mulai sekarang hanya akan berkencan dengan pria yang pintar memasak.



Tommaso Massi, tampan dan jago merayu, mengatakan pada Laura bahwa ia chef di salah satu restoran terbaik di Italia. Padahal sebetulnya, ia hanya pelayan biasa.



Teman baiknya, Bruno. Dialah yang chef, yang kemudian dimintai bantuan. Namun ketika ia juga jatuh cinta pada Laura, masalah pun timbul….

Ada yang ingin kumasak malam ini -
Resep Cinta
Ambil satu gadis Amerika dengan kulit berwarna madu dan bintik-bintik seperti bubuk cabe berwarna orange-kemerahan di pundaknya.
Isi dia dengan aneka rasa, dengan basil, tomat, kenari, dan peterseli.
Hangatkan dia perlahan-lahan dengan tanganmu selama beberapa jam, balik sekali-sekali, dan hidangkan bersama wine dan tawa, langsung dari piring.
- tapi sayangnya salah satu bahan tidak ada. Mungkin besok?
Awwwww gombalnya romantis banget sih, kayak gitu ya kalau orang pinter masak minta maaf terus ngajak kencan? :p. Cerita cinta buku ini simple banget, cinta segi tiga, yang membuat berbeda dan menarik adalah masakan Italia yang sangat kental, yang dijamin bikin perut pembaca buku ini berbunyi nyaring :D.

Singkat cerita, Laura adalah mahasiswi asal Amerika yang katakanlah sedang study banding ke Roma, dia adalah gadis cantik yang menarik, yang gampang sekali mendapatkan teman kencan. Dia menganggap lelaki Roma terlalu gombal dan sering menyakiti hati para perempuan, makanya dia kapok kencan sama orang Italia. Dia akan kencan dengan orang Italia asalkan lelaki tersebut pintar masak. Perkataannya itu tidak sengaja didengar oleh Tommaso, yang waktu itu posisinya tidak jauh dari Laura yang sedang memesan kopi, dia tertarik dengan Laura karena kecantikannya dan mendengar perkataannya tersebut dia merasa tertantang. Tommaso adalah cowok tampan playboy yang menyimpan koleksi foto mantan pacarnya di balik lemari. Dia mulai melancarkan pendekatan dan mengaku pada Laura kalau dia adalah seorang chef, kenyataannya dia adalah pelayan restoran, pelayan pemula, bahkan tukang cuci piring bisa memerintahnya.

Tommaso meminta pertolongan pada sahabatnya, Bruno yang merupakan seorang patissier di Templi, tempat kerja mereka, sebuah restoran yang cukup berkelas di Roma. Tomasso tahu kemampuan Bruno lebih dari siapa pun, Bruno adalah ahli masak yang sebenarnya mempunyai bakat yang hebat, Templi membuat bakatnya tidak terlihat karena otoriter dari para chef di sana. Karena merasa berhutang budi dengan Tomasso, Bruno pun mendukung rencana sahabatnya, dia pun mau saja bertukar posisi dengan Tomasso, ketika sedang berada dengan Laura, Tomasso berkata kalau Bruno adalah chef pemula dan dia sedang mengajarinya, padahal semua masakan yang membuat Laura jatuh cinta dengan Tomasso adalah buatan Bruno. Laura jatuh cinta pada orang yang salah.

"Kalau ingin seseorang jatuh cinta padamu, kau harus memasakkan untuknya sesuatu yang memperlihatkan bahwa kau mengenal jiwanya."

Bruno sendiri sebelumnya pernah bertemu dengan Laura dan langsung jatuh cinta pada pandangan pertama. Dia sangat kaget sewaktu diperkenalkan dengan Laura, orang yang dipujanya ternyata ditaksir sahabatnya sendiri. Bruno tidak tampan seperti Tommaso, badannya pendek gemuk dan cangung, dia pemalu, dan dia langsung rendah diri ketika membuat pernyataan kepada Laura kalau sebelumnya mereka pernah bertemu tapi Laura tidak ingat sama sekali. Bruno tahu dia adalah tipe cowok yang tidak akan dikencani Laura, dia hanya bisa menyimpan perasaannya dan mengungkapkannya lewat masakan yang pura-pura Tommaso buat untuknya. Hanya di dapurlah dia bisa bebas, bisa lepas tanpa ada kecangungan sedikit pun.

Di hatinya, perasaan bahagia dan sedih campur aduk jadi satu, bagaikan putih dan kuning telur yang dikocok untuk membuat omelet. Rasa pedih karena tidak mendapatkan Laura untuk dirinya sendiri diimbangi rasa gembira karena ia bisa memasak untuk Laura, sampai ia sendiri tidak tahu di mana rasa sedih berakhir dan rasa bahagia bermula.

Saya suka cerita cintanya, di awal saya kira Tommaso adalah pemeran utama buku ini, salah satu pemeran utamanya lah, tapi lama-kelamaan kok sebel banget sama tingkahnya. Sok banget, dia beneran playboy tulen, sewaktu sudah cukup menjalin hubungan dengan Laura, dia merasa bosan dan memikirkan cara untuk mengakhiri hubungan mereka padahal di saat yang bersamaan Laura jatuh cinta setengah mati pada masakan nya dan Bruno hanya bisa memandang Laura dengan hati teriris-iris. Barulah dipertengahan buku saya berempati sama Bruno, dia benar-benar cinta dengan dunianya, sangat ahli di dapur dan semaksimal mungkin bisa memanjakan lidah Laura, sampai-sampai membuat berat badan Laura bertambah karena Laura sering meminta Tomasso memasakkan untuknya dan Bruno ingin Laura bisa merasakan berbagai macam masakan Italia yang belum pernah dia coba. Pengorbanan Bruno romantis banget. Dan rasanya sedih banget sewaktu dia menjual semua pisaunya dan memilih lari ke pedesaan sewaktu hatinya hancur karena ditolak oleh dua orang yang sangat berarti untuknya.

Bagian yang kurang saya suka adalah alur yang dipakai penulis, terlalu cepat dan saya cukup keteteran untuk mengikutinya, sering lost sama ceritanya, tiba-tiba saja sudah sampai dibagian lain, terjemahannya juga ada beberapa yang susah saya mengerti. Kedua adalah, alasan inilah kenapa saya memilih buku ini masuk ke dalam Books I Want As Movies, saya tidak terlalu ahli di dapur, saya nggak bisa langsung tahu bumbu-bumbu yang penulis jabarkan dan yang lebih sulit lagi adalah jenis masakan Italia yang nggak tau wujudnya seperti apa tapi kok sepertinya enak banget, saya yakin buku ini akan wow kalau dinikmati secara visual, pengen nonton gimana gaya Bruno waktu beraksi di dapur dengan kecekatannya :). Sewaktu membaca buku ini, saja jadi teringat film Ratatouille, membayangkan Bruno sama seperti si tikus yang punya bakat menakjubkan di dapur.

Kelebihannya, saya suka penulis memasukkan berbagai unsur masakan Italia di buku ini, cukup lengkap saya rasa walau nggak detail banget, ada juga beberapa kiasan tentang masakan yang kok cocok juga ya, daripada bingung seperti apa, saya tuliskan saja beberapa bagian tentang masakan di buku ini.

Ada tiga macam restoran di Roma. Ada trattorie dan osterie lokal, yang sebagian besar hanya menghidangkan cucina Romana, masakan Roma. Itu tradisi yang berakar kuat pada bahan-bahan yang bisa diperoleh di pasar dan rumah jagal, tanpa satu bagian pun hewan disembelih terbuang cuma-cuma. dari ujung telingan sampai ujung ekor, ada resep yang tepat untuk semua bagian, diwariskan dari generasi ke generasi. lalu ada cucina creativa, gaya masak yang mengambil tradisi di atas sebagai dasar dan bereksperimen dengan hal itu. Banyak orang Roma yang masih sangat curiga pada eksperimen semacam itu, belum lagi harganya yang lebih mahal. Mereka sangat percaya piu se spenne, peggio se mangina - semakin mahal yang kaubayar, semakin tidak enak makanannya.
Dan yang ketiga, cucina gourmet -campuran aneh bahasa Prancis dan Italia ini menunjukan konsep yang belum bisa diterima sepenuhnya di wilayah ini. Orang Roma suka makan enak, tapi sekaya apa pun dia, mungkin dia seumur hidup takkan pernah menginjakkan kaki di salah satu dari sedikit restoran berbintang Michelin yang berada di beberapa titik di Kota Abadi itu. Tapi adanya perusahaan-perusahaan besar Amerika dan Eropa, dengan kantor pusat wilayah Eropa mereka terletak tidak jauh dari sana, ditambah lagi arus gastro-tourist-wisatawan perut-kaya, berarti ada permintaan, kecil tapi berkelanjutan, akan gaya masak internasional, seperti bisa ditemukan di tempat-tempat lain di dunia.
Ternyata orang Roma sama aja dengan orang Indonesia kebanyakan ya, suka makan enak dengan harga murah *itu mah Sulis* XD.

Pizza-nya dimasak gaya Roma: tipis dan garing, dilapis saus tomat segar, mozzarella, dan basil. Secara tradisional, waktu panggang untuk pizza Roma yang benar adalah lamanya si juru masak bisa menahan napas, dan lamanya pizza-pizza itu dipanggang di oven berbahan bakar kayu di depan restoran itu memang benar-benar tepat, sehingga bagian bawah pizza itu keras dan kering tapi sausnya masih berbentuk cairan kental.
Delapan puluh lima persen cokelat di dunia dibuat dari biji kakao Forastero. Sekitar sepuluh persen terbuat dari biji Trinitario yang lebih bagus dan halus. Dan kurang dari lima persen dibuat dari biji Criollo yang lebih beraroma dan jarang didapat, hanya bisa ditemukan di daerah-daerah terpencil Columbia dan Venezuela. Biji-biji jenis ini sangat dicari sehingga harganya, per kilogram, bisa sepuluh kali lebih tinggi daripada hasil bumi lain daerah itu, kokain. Setelah difermentasi, dikapalkan, disangrai sebentar, dan akhirnya digiling menjadi bubuk berukuran lima belas mikro, biji itu kemudian dimasak dan dicetak menjadi batangan, yang serpihan kecilnya pun, bila ditaruh di lidah, akan menghamburkan wangi luar biasa ketika meleleh.
"Kau tak mungkin bisa membuat pasta yang baik dengan tangan yang dingin," dia menjelaskan. "Itu rahasianya. Jadi aku makan banyak peperoncino. Tanganku jadi hangat."

Dan masih bayak lagi info tentang makanan baik makanan khas Roma, tips di dapur atau info tentang salah satu bumbu dapur, bahkan nama Indonesia ikut tenar loh di sini karena kopi Luwak, yap, Bruno pun mengakui keistemewaan kopi tersebut dan ada penjelasannya juga seperti asal mula cokelat di atas. Di bagian akhir juga ada beberapa resep masakan yang bisa dicontek.

Warning, buku ini khusus untuk dewasa karena ada beberapa bagian yang vulgar walau tidak begitu eksplisit, bahkan penulis juga menghubungakan antara makanan dan seks, membuat kiasan yang itu tadi, kok cocok banget sih :p

Ia tahu Benedetta sengaja memasak makanan-makanan yang dirancang untuk mengikat dirinya pada gadis itu. Selain truffle ada juga rabiola di bec, keju dari susu biri-biri yang sedang bunting, kaya dengan pheromone. Lalu ada diavolesi kecil pedas yang telah dijemur sampai kering. Berpiring-piring jamur tumis dengan irisan amanita, makanan dewa yang katanya narkotik alami. Ia tidak peduli. Ia juga melakukan hal yang sama pada Benedetta: membuatkannya gelati istemewa dengan rasa saffron, serbuk sari sejenis tumbuhan yang bunganya ungu berbentuk lonceng; kue tar indah dari cokelat dan buah myrtle yang wangi; salad dari sejenis lumut dan bahkan biji buah ek dari hutan yang disukai gadis itu. Mereka bagaikan bermain game, berdasarkan pada apresiasi intim mereka terhadap rasa tubuh mereka masing-masing, sehingga makanan dan seks menjadi keharmonisan yang menyeluruh, dan hampir tidak mungkin memisahkan kapan makan berakhir dan seks bermula.

Buku ini saya rekomendasikan bagi yang sedang mencari buku romance bertema kuliner, masakan Italia khususnya Roma, banyak banget info tentang dunia kuliner di buku ini yang cukup lengkap, yang pengen menjerat hati pasangannya dengan makanan, yang pengen kencannya romatis, yang pengen hubunganya bertambah panas XD.

"Kurasa sulit, mengikuti resep."
"Kadang-kadang ya, tapi jadi chef lebih daripada sekadar mencampur bahan-bahan."
"O ya? Seperti apa?"
Bruno ragu-ragu. "Seperti perbedaan antara pianis dan komposer, " katanya ragu-ragu. "Pianis memang harus kreatif juga, tapi dia hanya corong orang yang memimpikan nada-nada menjadi hidup. Untuk jadi koki, cukup jadi pianis -pelaksana ide orang lain. Tapi untuk menjadi chef, kau harus jadi komposer juga. Contohnya, semua resep yang akan kaumakan nanti malam resep tradisional Roma -tapi kalau kita hanya mengangkat kembali masa lalu, tanpa mencoba menambahkan sesuatu, resep itu akan berhenti menjadi tradisi yang hidup dan hanya akan menjadi sejarah, sesuatu yang mati. Resep-resep tersebut selalu disempurnakan dari abad ke abad, tapi hanya berkat orang-orang yang mencoba hal-hal baru, kombinasi-kombinasi baru, menolak yang tidak sesuai dan meneruskan yang sesuai. Jadi kita berutang pada chef zaman dulu untuk meneruskan apa yang mereka lakukan, dan bereksperimen, bahkan seandainya kita berurusan dengan tradisi yang paling dianggap suci."
"Ya, memasak memang mirip sihir. Jampi-jampi itu kan resep, sebetulnya."

3.5 sayap untuk chef Bruno.




8 komentar:

  1. Aaaaak, jadi pengen baca deh...

    Btw, tanya donk cara buat tulisan di bawah gambar yg bisa dikotakin tiru gimana sih?? #oot

    BalasHapus
    Balasan
    1. itu aku edit html-nya, ada kok tutorialnya, coba aja di google :)

      Hapus
  2. Ini yang bikin aku suka baca bukunya Anthony Capella. Deskripsinya soal makanan itu bikin lapar. Trus bisa2nya dia mengkaitkan segala hal dengan makanan :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. aku baru baca pertama ini, wah, jadi pengen nyoba baca buku dia yang lain :)

      Hapus
  3. Aaa.. Anthony Capella, aku akan mencarimu dimana pun kau berada *heboh sendiri xD

    BalasHapus
  4. gara2 baca wedding officer aku jadi tertarik baca buku2 capella yang lain :) kayaknya yg food of love ini juga bagus ya...plus makanannya tetep bikin ngiler..duhhh jadi pingin pizza tipis garing nih XD

    BalasHapus
    Balasan
    1. sama, mbak, aku baca reviewmu dan lihat gambar makanannya jadi ngiler sendiri :D

      Hapus

Silahkan berkomentar, jejakmu sangat berarti untukku :*

Rekomendasi Bulan Ini

Buku Remaja yang Boleh Dibaca Siapa Saja | Rekomendasi Teenlit & Young Adult

K urang lebih dua tahun yang lalu saya pernah membahas tentang genre Young Adult dan berjanji akan memberikan rekomendasi buku yang as...