Namanya Flory. usia mendekati tiga puluh dua. Status? Tentu saja single! Karena itu Mamz memutuskan mencarikan Datuk Maringgi abad modern untukku.
"Kenapa, sih, gue jadi nggak normal cuma gara-gara belom kawin?!"
Karena elo punya kantong rahim, Darling," jawab Dina kalem. "Kantong rahim sama kayak susu Ultra. Mereka punya expired date."
"Yeah," sahutku sinis. "Sementara sperma kayak wine. Masih berlaku untuk jangka waktu yang lama."
Mamz pikir aku belum menikah karena nasibku yang buruk. Dan kalau beliau tidak segera bertindak, maka nasibku akan semakin memburuk. tapi Mamz lupa bertanya apa alasanku hingga belum tergerak untuk melangkah ke arah sana.
Alasanku simple. Karena Mamz dan Papz bukan pasangan Huxtable. Mungkin jauh di dalam hatinya, mereka menyesali keputusannya untuk menikah. Atau paling tidak, menyesali pilihannya. Seperti Dina sahabatku.
"Kenapa sih elo bisa kawin sama laki?!"
Dina tergelak mendengarnya. "Hormon, Darling! Kadang-kadang kerja hormon kayak telegram. Salah ketik waktu ngirim sinyal ke otak. Mestinya horny, dia ngetik cinta!"
See??
"Oh my God!" desah Kika ngeri. "Pernikahan adalah waktu yang terlalu lama untuk cinta!"
Yup!
That's my reason, Darling!
***
Baca sinopsisnya aja udah seru kan? Salah satu lagi buku favorit saya sepanjang masa. Jangan ditanya berapa kali saya baca, khatam!
Saya paling suka jika dari awal kedua tokoh utama sudah muncul dan menciptakan konflik. Buku ini seperti itu. Flory memasuki usia kritis untuk menikah, umur sudah lebih dari 30 tahun. Dia pun terpaksa berkenalan dengan cowok yang rencananya dijodohkan dengannya, Vadin. Vadin sendiri tidak keberatan, tidak ada salahnya untuk mencoba. Dia tipe anak yang patuh, manut sama orangtua terlebih ibunya, yeay anak mami. Flory masih nggak terima dan menyangkal, dari awal ketemu dia sudah bilang sama Vadin kalau dia tidak tertarik untuk menikah, dia tidak bisa menikah kalau tidak saling cinta, dia tidak ingin seperti orangtuanya. Beberapa kali ketemu tanpa sengaja, Vadin menyukai Flory, dia pun mengajak Flory untuk menikah. Nggak langsung setuju begitu aja, Flory emang plin plan, dia nggak bisa mutusin sendiri apa yang terbaik buat dia, dia pun minta pendapat teman-temannya, dan apa kata mereka? Hahahaha dijamin ngakak deh, saya kasih percakapan mereka ya:
"Ada daftar cekal calon suami?!" Pekik Ara terkejut."Elo nggak tahu?" tanya Dina tidak kalah terkejut. tapi kemudian dia kembali mengalihkan tatapannya kepadaku."Politisi, pengacara dan dokter kandungan.""Dokter kandungan?' protes Ara. "Apa salahnya? Mereka kaya! Bayangin, manusia nggak pernah berhenti berproduksi. Itu sumber uang abadi selain kondom.'"Mungkin elo bener, Cinderella," sahut Kika acuh. "Tapi masalahnya adalah... dia lebih ngerti vagina daripada elo.""What??" pekikku terkejut. Sepertinya mulutku sudah mengangga sebesar terowongan kereta api mendengar jawaban Kika."Ngomong-ngomong soal vagina, gue jadi ingat satu profesi yang juga masuk dalam daftar cekal calon suami," ujar Dina menimpali ucapan Kika. "Seksolog.""Karena mereka tahu lebih banyak tentang jurus bercinta?" gerutu Ara sebal."Karena mereka tahu terlalu banyak, Honey," sahut Dina kalem yang diamini oleh Kika." Saking banyaknya sampai-sampai kita nggak bisa pura-pura orgasme."..."Jadi gue mesti kawin sama siapa?" tanyaku bingung."Arkeolog," jawab Dina mantap."Yang ngurus candi-candian?" tanya Ara dengan mulut menahan tawa.Kika menganggukakan kepalanya."Kenapa?" tanya Ara penasaran.Dina menatap Ara dengan wajah mencela. "Karena semakin kita tambah tua dia pasti semakin tertarik.""...""Emangnya gue fosil!"*ngakak njungkel*
Bagian yang membuat saya ngekek terus, sampai-sampai nih ya, Flory harus bolak balik diskusi sama temennya ketika Vadin nggak sengaja ketemu mereka dan menanyakan apakah Flory sudah memikirkan lamarannya. Mau tau apa kerjaan Vadin? Yang jelas dia terlatih mendebat dan memprotes bahkan dalam kondisi paling bergairah sekalipun XDD. Setelah diskusi lagi sama temennya, akhirnya Flory memutuskan setuju menikah dengan Vadin tapi ada syaratnya: tidak ada have sex diantara mereka. Dengan alasan mereka tidak saling mencintai
"Darling, kalau tanpa seks jadi buat apa elo kawin?"Aku mendengus sebal mendengarnya. "Kenapa dalam setiap pernikahan harus ada seks?""Karene seks adalah harga yang harus dibayar seorang perempuan untuk pernikahan,"jawab Kika ketus."Yeah..." cemooh Gerry. "Sementara pernikahan adalah harga yang harus dibayar seorang lelaki untuk mendapatkan seks."
Tentu saja membuat kaget Vadin, tapi mau gimana lagi dia udah SUKA sama Flory, jadi terpaksa harus puasa dulu :). Flory akan melakukan kewajibannya sebagai seorang istri tapi dia ingin melihat apakah Vadin serius dengan dirinya, dia takut kalau diselingkuhin, dan katanya laki-laki itu mudah jenuh, bahkan soal seks, makanya mereka gemar selingkuh, Flory tidak ingin mengalaminya. Dan apa jawaban Vadin?
"Berapa lama probation time-nya?" tanya vadin putus asa."Kenapa?""Kalau cukup lama, aku mau tuker tambah penisku sama HP baru aja untuk sementara, " jawab vadin sebal."Are you sure?" ejekku sambil berusaha menahan tawa."Ya," jawab vadin acuh. "Kalau mau pipis doang mendingan aku pakai kateter aja."Kampret!
Bagian tawar menawar tentang pernikahan mereka adalah yang paling gokil. Bisa ketahuan dong gaya penulisan Riri gimana dari cuplikan yang udah saya berikan, vulgar, kocak, ceplas ceplos, dan kadang bisa romantis banget dari bahasanya yang biasa itu. Soal romantis ada bagian yang saya suka banget tapi nggak akan saya tuliskan di sini, bagian di mana Flory mencoba apakah Vadin mencintai dia yaitu dengan ciuman. Ciuman adalah detektor cinta. pokoknya bagian ini seru banget, hehehe.
Lalu konflik terpanasnya di mana? Flory tahu kalau klien Vadin adalah mantan pacarnya, dan dia nggak mau kalau Vadin berurusan dengannya, Flory tidak mau mengaku kalau dia cemburu. Dia takut Vadin akan kembali dengan mantannya itu dan menghianatinya, Flory pun membalas dendam dengan memanas-manisi Vadin kalau dia dekat dengan mantan pacarnya dulu, Gilang.
"Selalu ada harga yang besar untuk sebuah kejujuran."
Dari lembar pertama buku ini saya sudah suka, sampai di lembar terakhir saya semakin suka. Saya suka covernya, saya suka alurnya yang cepat, saya suka dengan ide cerita ini yaitu tentang pernikahan, saya suka dengan karakter yang diciptakan penulis. Flory yang berhati-hati dalam mengambil langkah masa depannya sedangkan Vadin yang easy going dengan hidupnya. Vadin yang mencoba membuat Flory percaya padanya, percaya kalau dia mencitainya. Sahabat-sahabat Flory yang kaya sifat. Dina yang bitch, Kika si feminis, Ara yang percaya akan cinta, dan Gerry yang gay dan sangat mengerti perasaan teman-temannya. Semuanya melengkapi buku ini, membuat cerita berwarna, kocak, dan romantis.
Saya langsung menjadikan Riri Sardjono sebagai salah satu penulis favorit saya, dan saya kangen akan tulisannya, berharap dia produktif lagi.
"Kadang-kadang, gue pikir cinta cuma slogan ciptaan Hollywood untuk bikin filmnya laku."
"Fokus sama apa yang elo mau raih dalam hidup lo, bukan sama ketakutan lo."
Buku ini cocok dibaca oleh orang yang menyukai kisah perjodohan dan persahabatan.
5 sayap untuk Wine dan susu Ultra.
Marriagable
Penulis: Riri Sardjono
Editor: Windy Ariestanty
Cover: Riri Sardjono
Penerbit: Gagasmedia
ISBN: 979-3600-34-9
Cetakan kedua, 2006
356 halaman
Wuaa,, pagi2 peri dh tebar racun,,bqn aq jd ngebet pgn beli novel inihh ><
BalasHapusgya pnulisan riri ky adhitya mulya gt yach,, oia slain judul ini adakah krya riri lainnya? maturtengkyuww..
ada satu judul lagi yaitu Tentang Cinta (aku juga lagi nyari buku ini), trus ada satu cerpen atau surat Riri yang ikut dalam buku Kepada Cinta, kalau yang itu udah ada kok reviewnya di Kubikel Romance :)
HapusKira-kira masih ada ga ya dijual? :D
BalasHapusaku juga lagi nyari buku ini mb, dulu nyesel g beli :(
HapusHuaaa...... pengen baca....
BalasHapusSulis... aku nggak tau gimana cara ngebuat qoutesnya jadi terkotak kayak punyaku. Itu kayaknya ikut dari themes yang pernah kupake....
sejak ak pake Leelou quotenya jadi biasa aja, nggak ada bagian yang membedakan :(
BalasHapus