Penulis: Sandra Brown
Alih Bahasa: Tantri Lesmana
Penerbit: Gramedia
Cetakan: I, April 2011
ISBN: 978-979-22-6892-8
Diawali dengan prolog sepasang suami istri berusia empat puluhan yang mencoba menawar jam saku dari emas dari laki-laki tua pemilik toko antik. Tapi laki-laki tersebut mengatakan jam itu sangat penting dan istimewa karena mempunyai kenangan yang amat dalam, dia pun mulai menceritakan asal mula jam tersebut.
Sewaktu Ella Barron sibuk melakukan aktivitas harian di pondok yang disewakannya, dia mendapat kunjungan dari Dr. Kincaid. Dia tidak datang sendirian, melainkan bersama dengan David Rainwater yang bertujuan ingin menyewa salah satu kamar di pondoknya. Untung saja pondok tersebut masih kosong satu, David pun menjadi penhuni baru melengkapi kekosongan dan meramaikan pondok Ella bersama dengan Miss Pear dan Miss Violet Dunee, Mr. Chester Hestings, pengurus rumah Margaret, dan anaknya yang mengidap idiot sarvant. Namun, hal yang mengejutkan terjadi ketika Dr Kincaid sebelum meninggalkan pondoknya bilang kalau David sedang menunggu ajal.
Tak ayal Ella pun semakin penasaran dengan penghuni barunya, dia menjadi berhati-hati dan tidak ingin kondisi David semakin memburuk, sebaliknya David ingin Ella mengganggapnya "sehat." Untuk mengisi hari-harinya, David banyak membantu Ella di pondoknya yang sebelumnya mendapat larangan keras, selain itu David juga sangat tertarik dengan kondisi anak Ella, Solly, dia yakin anak kecil itu mempunyai kelebihan apalagi sewaktu bermain kartu, Solly berhasil menjejerkan kartu domino sesuai urutan angkanya, padahal sebelumnya kartu-kartu tersebut diacak. Ella jadi bersemangat kalau Solly akan mempunyai masa depan.
Masalah muncul ketika Brother Calvin, pendeta kulit hitam yang sering membantu Ella, datang ke pondoknya dengan tubuh babak belur. Dia bercerita kalau pemerintah dari Layanan Bantuan Kekeringan baru saja pergi meninggalkan kediaman keluarga George Pritchett, yang artinya keluarga tersebut kehilangan banyak ternak. Depresi ekonomi, kemiskinan, kelaparan sedang melanda wilayah mereka. Pada awal tahun, pemerintah federal membuat program untuk melindungi para petani, pemilik sapi perah, dan peternak dari kebangkrutan total. Kongres menyediakan dana jutaan dolar untuk membeli ternak dari para pemilik dapi perah dan sapi pedaging yang kawanan-kawanan ternaknya sudah nyaris mati kelaparan. Agen-agen pemerintah diberi wewenang untuk membiayai maxsimal dua puluh dolar per kepala, dimana harga jauh lebih murah dari harga normal. Program ini kelihatannya cukup lumayan, ternak yang dianggap cukup sehat untuk dimakan dipotong dan diproses kemudian daging-daging kalengan itu didistribusikan kepada para tunawisma, orang yang tidak mampu. Para petani dan peternak memperoleh sedikit penghasilan, orang-orang yang kelaparan mendapatkan makanan. Sisi buruknya, ternak yang tidak terpilih untuk dijadikan daging kalengan langsung dumusnahkan dan dikuburkan dalam lubang-lubang sesudah dibeli, jumlahnya bisa keseluruhan halaman. memang benar program ini dirancang untuk menyelamatkan keluarga-keluarga yang mengalami efek ganda kekeringan serta depresi ekonomi, namun tetap saja hati ini tercabik-cabik kalau melihat hasil kerja seumur hidup dimusnahkan dengan cara sedemikian brutal. Tidak sampai itu saja penderitaan, setelah orang-orang pemerintah pergi, beberapa orang lokal datang untuk memastikan sapi-sapi yang sudah mati itu tidak diambil dagingnya oleh orang-orang di pemukiman kumuh, mereka dipimpin oleh orang kulit putih yang membawa senapan, mempunyai tanda lahir berwarna ungu di wajahnya, Conrad Ellis, ayahnya memiliki pabrik pengolahan daging, usahanya bisa merugi kalau orang-orang mendapatkan daging gratis, sehingga dia menyuruh anaknya untuk memastikan orang-orang miskin itu tidak mendapatkan daging gratis. Itulah alasan kenapa pendeta Brother Calvin babak belur.
Kejadian itu baru permulaan, ketika kedua sahabat Ella mengalami hal yang sama, David tidak bisa tinggal diam, dia bersama beberapa orang yang merasa senasip merencanakan sebuah perlawanan. Ellis mencium rencana tersebut, dia mulai meneror dan kembali mengusik kehidupan Ella.
Adegan paling mengharukan adalah ketika David berkorban untuk Solly dan waktu bilang:
Jangan meminta satu-satunya hal yang tidak bisa kuberikan padamu, Ella. Andai bisa, pasti kuberikan. Tapi, satu-satunya yang tidak bisa kuberikan padamu adalah waktu.#peresairmata
Mungkin ini adalah satu-satunya buku Sandra Brown yang paling emosional dan sangat jauh dari cerita yang biasa dia buat. Dari awal sudah terasa sekali kesedihan baik itu dari sisi David ataupun Ella. David yang berjuang akan penyakitnya dan Ella akan kondisi anaknya. Bagaimana mereka saling mengisi kekosongan, David yang sangat memperhatikan Solly, pokoknya ceritannya sangat mengharukan, apalagi endingnya. Ahhhh mending tulisan Sandra Brown yang kayak biasanya aja deh, agak hot (hihihi), benci jadi cinta, seperti itulah, cerita ini terlalu tragis dan sedih, nggak tahan melihat kesedihan Ella dan Solly. Typo ada sedikit yang agak mengganggu yaitu Mr. Hestings ditulis Mrs. Hestings, selebihnya nyaman dibaca. Oh ya, penasaran dengan buku A Farewell to Arms yang diberikan David kepada Ella, apakah kisah di buku tersebut sama dengan kisah buku ini? Yang jelas, aku merasa ada kesamaan, apalagi waktu David bilang gini ke Ella:
Walaupun tahu akhir ceritanya sedih, itu tidak akan menghalangi keinginanku untuk menikmati keindahan ceritanya.Seperti buku A Farewell to Arms, buku ini sedih tapi indah.
3 sayap untuk Mr. Rainwater
Wah, dari kapan hari pengen baca nih. Sayang waktu mau pesen, stoknya kosong...
BalasHapusbagus mb, beda banget sama bukunya Sandra Brown yang biasanya, kayaknya kamu bakalan suka deh ^^
BalasHapusBuku yang sangat menarik
BalasHapusAku suka dengan cerita yg dicampur unsur ekonomi dan kondisi daerahnya
Menyedihkan memang. Tapi pesannya itu nyampai banget ke aku
Love Rainwater :))