Sabtu, 11 Januari 2014

Selamat Datang, Cinta

Selamat Datang, Cinta
Penulis: Odet Rahmawati
Penyunting: Mita M. Supardi
Desain sampul: Levina Lesmana
Penerbit: GagasMedia
ISBN: 979-780-667-7
Cetakan pertama, 2013
224 halaman
Buntelan dari @GagasMedia

Bisakah kau berhenti bersedih?
Lalu, lihat aku yang selalu bersamamu.

Bisakah berhenti memunggungi masa depan?

Percayalah, semua akan baik-baik saja selama kau bersamaku.

Kau butuh kepercayaan untuk membunuh semua keraguan.

Dan aku... membutuhkan kesempatan untuk mengajakmu bahagia di hari selanjutnya.

Kurasa, ini waktu yang tepat untuk berpindah hati.



Beberapa hari ini saya mulai melancarkan read-a-thon, diawali dengan membaca buku GagasDebut, selain nggak enak karena udah dikasih dan malah dianggurin, saya ingin memulai 'memusnahkan' timbunan dengan baca genre yang nggak terlalu mikir banget, yang cepet diselesain. Sayangnya malah bikin kepala saya pusing karena berturut-turut digempur dengan bacaan yang... gampangannya nggak sesuai dengan harapan saya. Jadi, hari ini saya akan memposting tiga review sekaligus, kalau nggak muncul-muncul postingannya berarti saya nggak selesai nulis reviewnya, hehehehe.

Cerita buku ini sebenarnya sederhana banget, sahabat jadi cinta. Cukup mainstream memang tapi salah satu ide cerita yang tak lekang oleh waktu, dan saya cukup menikmatinya. Ada dua konflik utama yang dialami masing-masing tokoh utamanya. Alona yang selalu dibayangi kisah cinta masa lalu, yang berjuang move on dari Gilang dan Bastian yang mempunyai masalah dengan ayahnya. Alona dan Bastian bersahabat sejak kecil, semenjak orangtuanya meninggal Alona memutuskan pindah ke Yogyakarta, merintis usaha butiknya dari nol sampai mencapai kesuksesan. Sedangkan Bastian sendiri adalah mahasiswa desain yang mencintai dunia musik, mempunyai band indie dan cukup sukses juga. Mereka tetap menjalin persahabatan walau terpisah jarak, Bastian tinggal di Jakarta.

Tiga tahun semenjak putus tanpa alasan dengan Gilang, Alona masih belum bisa melupakannya, dia tidak tahu kenapa Gilang mencampakkanya, padahal hubungan mereka selama ini baik-baik saja, sejak itu Alona menjadi pribadi yang berbeda, lebih sering sedih dan muram. Sedangkan masalah yang dihadapi Bastian adalah ketidakcocokkan dengan ayahnya, yang dilakukannya selalu salah di mata ayahnya sampai suatu ketika terjadi pertengkaran yang hebat dan membuat Bastian pergi dari rumah, hanya ada satu tujuan ke mana Bastian melangkah.

Huff, saya cukup bersabar membaca buku ini, semoga saja ada sesuatu yang lebih atau cerita nggak mentok di masalah seperti nggak ada ujungnya. Hampir seluruh isi buku ini bercerita tentang kegalauan Alona tentang Gilang, tentang pertentangan batinnya, padahal cukup sekali menjelaskan hubungan mereka itu sudah jelas akan perasaan Alona yang tersakiti (dan alasan Gilang meninggalkan Alona pun nggak realistis), alhasil cerita nggak berjalan kemana-mana, ceritan bagian Alona nggak berkembang. Chemestry yang dibagun bersama Bastian pun jadi nggak kerasa, di satu sisi dia masih ingat Gilang terus dan membicarakannya nggak habis-habis, di satu sisi lagi dia menggambarkan kalau ada perasaan lain untuk Bastian, yang bener yang mana? Daripada menginggat-nginggat hubungannya dengan Gilang di masa lalu, saya lebih seneng kalau penulis lebih mengeksplor hubungan Alona dan Bastian. Misalnya, Alona membantu masalah keluarga Bastian dan sebaliknya Bastian mengobati hati Alona, mereka bisa melakukannya bersama-sama, secara Bastian numpang tinggal di rumah Alona, bukannya diselesaikan sendiri-sendiri. Cerita mereka seperti berjalan masing-masing, sesekali bertemu di rumah dan tiba-tiba saja saling tertarik.

Berbeda dengan masalah Bastian, walau dia masuk kategori 'manja' untuk ukuran cowok, saya suka penampilan dan profesinya. Cerita bagian dia malah berkembang, setidaknya ada permasalahan dan penyelesaian yang jelas. Nggak monoton daripada bagian Alona. Saya tahu emang nggak mudah melupakaan orang yang di masa lalu sangat berarti untuk kita, tapi dari awal cerita ini sudah mengarah kalau Alona akan menemukan orang baru, yaitu Bastian, yang saya harapkan adalah bagian Alona dan Bastian lebih banyak lagi, chemistry mereka diperkuat jadi kerasa kalau Alona menyukai Bastian, porsi Gilang diperkecil dan banyakin porsi Bastian, berasanya malah cinta bertepuk sebelah tangan dan seperti ada dua cerita yang nggak berhubungan di buku ini.

"Disakiti sama orang yang kita sayang itu lebih menyakitkan. Ketimbang sama orang yang benci sama kita," suara Bastian memelan.

Sejatinya, sebuah rumah akan terasa nyaman bukan dengan segala perabotan mewah yang menghuni di setiap sudutnya. Bukan dengan segala fasilitas canggih yang akan memudahkan penghuni rumahnya melakukan beragam aktibitas. Akan tetapi, rumah yang benar-benar nyaman adalah ketika semua penghuninya merasa hidup. Merasa saling dibutuhkan. Merasa saling bisa memberi kebahagiaan. Merasa saling memiliki alasan, untuk bisa lebih lama tinggal bersama-sama di dalam rumah tersebut. Seberapa besar pun kebahagiaan yang ada di luar sana.

Yah, semoga saja untuk buku penulis selanjutnya bisa lebih bagus, setidaknya ada dua quote yang saya suka dan kavernya cantik banget, Gagas mulai melirik model kaver kayak yang sering dipakai buku luar nih.

2.5 sayap untuk Bastian ^^



2 komentar:

  1. Mungkin nyambung, cuma dr segi pembaca dan penulis berbeda pola pikir, tp cover bagus :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. awalnya aku berpikir seperti itu juga, mungkin Alona ingin memberikan kesempatan untuk Bastian menyelesaikan masalahnya sendiri dengan keluarganya, sayangnya keterusan dan kesannya malah dia nggak peduli dan sibuk dengan pikirannya sendiri tentang Gilang :)

      Hapus

Silahkan berkomentar, jejakmu sangat berarti untukku :*

Rekomendasi Bulan Ini

Buku Remaja yang Boleh Dibaca Siapa Saja | Rekomendasi Teenlit & Young Adult

K urang lebih dua tahun yang lalu saya pernah membahas tentang genre Young Adult dan berjanji akan memberikan rekomendasi buku yang as...