Sinopsis:
Oliver mencintai Jenny. Hampir dua tahun setelah maut menjemput Jenny, hidup Oliver masih diselimuti rasa sunyi dan kenagan. Lalu suatu hari ketika sedang berlari di Central Park ia bertemu seorang gadis cantik yang misterius...
Sama menyentuh dan mengharukannya seperti Love Story yang menjadi bestseller unternasional, buku ini mengisahkan perjalanan seorang pemuda keluar dari kemelut dukacitanya, untuk menyongsong cinta.
Lanjutan dari buku Love Story. Review ini sedikit banyak berbau pribadi, berbau curhat, subjektif banget karena saya pernah melihat kisah cinta yang mirip seperti Jenny-Oliver walau nggak sama persis plek. Kesamaannya adalah ditinggal orang yang dicintai untuk selama-lamanya. Jadi jangan berharap mendapatkan review yang objektif, emang kayak apa sih review yang objektif itu? Persetan!
Saya akui, tidak mudah move on dari orang yang sudah bertahun-tahun menemani kita, dan ketika membaca buku ini saya nyesek sekali. Saya merasa nggak adil buat Jenny, lebih nggak adil lagi buat Oliver yang harus bersusah payah menata hatinya untuk orang baru. Semua orang terdekatnya pasti ingin Oliver bahagia, membuka lembaran baru dan mencoba mancari pengganti Jenny. Melupakan memang tidak semudah membalik tangan.
Oliver bahkan membutuhkan dr, London untuk berbagi cerita hidupnya, bagaimana dia tidak bisa lepas dari Jenny sampai berkenalan dengan Marcie Nash, wanita kaya raya yang awal keberadaannya sangat misterius. Cinta kedua Ollie.
Itulah sebabnya aku menjadi panik dan lari. Karena dengan hampir menyukai seseorang lain, aku merasa berlaku tak setia pada satu-satunya gadis yang pernah kucintai.Saya lebih suka buku kedua ini, emosinya kerasa sekali dan nggak buru-buru seperti Love Story, alurnya masih cepat, hubungan yang terjalin antara Oliver-Marcie pun terjalin nggak seburu-buru Oliver-Jenny. Sarkasme Ollie masih tetap sama, walaupun sedih dia tetap bisa berkata menyindir yang membuat tertawa. Saya mengganggap Marcie 'jelmaannya' Jenny karena menurut saya karakter mereka berdua mirip, wanita yang kuat dan hampir sama juga degan karakter Ollie yang sinis.
Tapi berapa lama lagi aku bisa hidup seperti ini, selamanya berjaga-jaga supaya perasaan manusiawiku tidak tergugah? Sekarang jelas sekali, keadaanku sangat kacau. Dan aku diombang-ambingkan oleh dua persoalan.
Pertama: Bagaimana caraku menangani kenangan tentang Jenny?
Kedua: Bagaimana caraku menemukan Marcie Nash?
Melihat Ollie menemukan orang baru jujur saja membuat saya sakit, saya mrebes mili baca ini, tidak ingin Jenny digantikan, memang sangat tidak adil bagi Ollie padahal dia orang yang paling terluka. Sama ketika saya melihat orang yang saya kenal secara nyata juga mengambil langkah seperti Ollie, saya ingin dia terus setia dengan pasangan yang sudah meninggalkannya. Tapi saya sadar kalau saya seperti itu saya egois sekali. Sulit sekali menerima orang baru, orang yang mulai disayang, kembali ke awal, tidak ingin yang sudah meninggal dilupakan. Haduh, saya nulis review ini aja mrebes mili.
Tapi apakah tidak ada kesempatan untuk merasakan bahagia lagi? Saya mulai melawan ego saya, mencoba menerima sedikit demi sedikit kalau saya tidak boleh egois, saya harus 'legowo', saya harus lebih mementingkan perasaan orang yang ingin bangkit itu mencoba mencintai sekali lagi. Dia berhak bahagia, dan saya percaya yang meninggalkan selama-lamanya itu juga akan bahagia kalau melihat orang yang kita cintai bahagia. Itulah yang saya rasakan ketika membaca buku ini, sedikit demi sedikit saya mencoba menerima keputusan Olliever, sakit tapi akan ada yang lebih sakit lagi kalau masih melihat kebelakang.
Bagian yang paling nyesek di buku ini adalah:
Mungkin hal itu terjadi karena aku terlalu membesar-besarkan harapanku. Aku tak sabaran. Orang yang pernah menikah dengan bahagia tahu persis apa yang mereka butuhkan, dan yang tak dibutuhkan. Tapi tak adil menuntut seseorang yang belum pernah mempunyai seorang... teman yang bisa dipercayainya.Bagaimana endingnya? Happy ending atau sad ending? Yang jelas saya merasa lega, dan persetan!
Meskipun demikian, kuharap suatu hari kelak dia lebih membutuhkan aku. Dan bahkan terjaga dari tidurnya dan bertanya padaku:
"Kalau aku tak bisa punya anak, apakah perasaanmu masih akan sama?"
Buku ini saya rekomendasika bagi yang susah move on.
3.5 sayap untuk ayo move on!
Oliver's Story
Penulis: Erich Segal
Alih bahasa: Ade Dina
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
ISBN: 979-605-425-6
Cetakan kedua, Juli 2002
304 halaman
Pinjem @tezarnet
ngantrii mau pinjem buku ini ;)
BalasHapusAduh buatku baca buku ini bittersweet.
BalasHapusSama kayak kamu, lis. Pertama baca wkt kecil dulu banget aku gak rela kalo Jenny digantikan. Maunya sih si Ollie setia terus ya :)).
Tapi lalu usia dan kedewasaanku bertambah. Dan aku mikir, kalo aku di posisi Jenny, aku jg gak mau Ollie-ku gagal move on. Aku maunya Ollie-ku bisa bahagia lagi.
Etapi ternyata hidup ngasi cerita yang beda buatku. Ternyata aku gak jadi si Jenny (amit2 juga sih). Ternyata aku jadi Ollie :'(
Dan setelah ngalamin sendiri, aku ngertiii perasaan Ollie di buku ini. Paham dengan dilemanya. Move on itu susah, jenderal! X)
@lulu siap :D
BalasHapus@dewi: eah dewi pernah di posisi Ollie ya :( semoga saja waktu bisa menyembuhkan dan menemukan penggantinya, wi :((
dan hingga kini saya belum baca Love Story dan Oliver's Story. :P
BalasHapusbtw template blognya bagus.
ayo baca mas :D
BalasHapusmakasih :D
Buku yang sangat nyesek sekali *mewek
BalasHapusTernyata ini lanjutan love story ya.. aku kira ga ada lanjutannya lg.. dulu pas smu nonton filmnya di tv yg love story sempet nangis :(
BalasHapus