Kamis, 04 Oktober 2018

Perkara Bulu Mata by Nina Addison | Book Review

Judul buku: Perkara Bulu Mata
Penulis: Nina Addison
Editor: Harriska Adiati & Neinilam Gita
Desain sampul: Orkha Creative
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
ISBN: 9786020611907
Cetakan pertama, 17 September 2018
296 halaman
Buntelan dari @ninaddison
Jojo sedang seru menceritakan perjuangannya menjadi branch manager sementara Vira tekun mendengarkan, memandangi wajah cowok yang telah jadi sahabatnya selama belasan tahun itu. Lalu… entah di detik keberapa, sesuatu bergeser. Klik. Dunia sekeliling Vira melambat. Pandangannya terkunci pada satu fokus: mata Jojo. Ah, bulu mata itu!

Mendadak jantung Vira berdegup kencang—sesuatu yang selama ini tidak pernah terjadi saat ia berada di dekat Jojo. “Jojo kan selalu terbirit-birit kabur ke Planet Mars setiap tahu ada cewek deketin dia, Vir.” Ucapan Lilian, sahabat Vira dan Jojo, langsung terngiang. Damn, batin Vira. Masalahnya, ia tidak yakin dirinya akan jadi pengecualian dari reaksi absurd cowok tersebut. Belum lagi nasib persahabatan mereka jika perasaannya terendus Jojo. Lalu jika mereka pacaran dan… putus? Apa yang harus Vira lakukan? Ah, tapi bulu mata itu... Damn.
Sempat patah hati karena pengakuan cintanya ditolak oleh Tom, memberi pelajaran bagi Vira untuk tidak terburu-buru mengungkapkan perasaan, terlebih pada Jojo, sahabatnya selama belasan tahun. Vira tidak tahu kapan perasaan itu tumbuh, tiba-tiba saja ketika tidak sengaja melihat mata Jojo, bulu mata yang panjang, hatinya berdesir. Tadinya hanya Lilian yang tahu perasaan Vira pada Jojo. Namun, sahabatnya tersebut memang tidak pernah bisa menjaga rahasia, merambat ke Albert, dan akhirnya Jojo sendiri.

Jojo memiliki tabiat bila tahu disukai perempuan, maka dia akan melarikan diri, menghindar sebisa mungkin. Inilah alasan kenapa Vira enggan mengungkapkan perasaan, dia tidak ingin persahabatan mereka hancur karena perasaan sepihaknya. Selain berperang dengan perasaanya, Vira juga harus melanjutkan bucket list yang sepupunya buat, meminta tanda tangan artis yang sedang naik daun, JC dan pergi ke Praha.

Apakah benar laki-laki dan perempuan tidak bisa bersahabat dan menjalin cinta secara bersamaan? Vira, Jojo, Lilian dan Albert akan membuktikannya.
Bagiku, mata manusia adalah bagian tubuh yang paling memesona. Mata bisa bicara dan tak pernah bohong. Orang bilang mata adalah jendela hati, aku bilang mata adalah kunci menuju hati.
But, the thing about falling in love with your very bestfriend (and got rejected) is that you know him too well and care too much to hate him. Or even to let someone else hate him.
Listen, Vir, life can throw you the ugliest, most sour lemons in the whole universe and still you can make the best lemonade put of it.
Dan menurut gue waktu adalah varian hidup yang efeknya nggak bisa ditebak. Who knows, you might be surprised.
Some promises are better answered with actions, not words.
Temen jadi demen? Temanya memang cukup mainstream, tapi penulis mengemasnya dengan asik dan jauh dari membosankan. Walau saya sedikit lupa dengan detail versi cerpen di Autumn Once More, yang jelas Perkara Bulu Mata salah satu favorit selain cerpen Critical Eleven. Sengaja nggak menilik ulang karena biar lebih 'segar'.

Walau hanya memiliki 296 halaman, banyak yang dibahas penulis. Mulai dari hubungan Vira dengan sepupunya, Zedayanna dan bucket list, yang nantinya terpaksa membuat Vira berhubungan dengan JC, artis yang memiliki temperamen buruk dan pergi ke Praha, ada sisipan travelling lewat bagian ini. Dan yang paling utama hubungan Vira dengan ketiga sahabatnya; Jojo, Lilian dan Albert. Saya sangat suka bagaimana penulis mengemas kisah cinta dan persahabatan secara bersamaan. Chemistry mereka berempat sangat terasa sekali.

Sudut pandangnya mengambil orang pertama dengan mereka berempat sebagai pengisi suara secara bergantian, walau tetap fokusnya pada Vira dan porsi bicaranya lebih banyak. Ini juga pilihan yang saya suka, karena pembaca bisa langsung memahami apa yang dialami tokohnya. Saya  suka semua karakter di buku ini. Vira dan Lilian yang sama-sama cerewet, Jojo yang baik hati dan anti relasi, Albert yang puitis dan rasional. Suara mereka melengkapi satu sama lain, menjawab pertanyaan dari masing-masing sudut pandang. Misalkan bagaimana perasaan Jojo yang sebenarnya pada Vira, lewat gesture-nya, pembaca akan bisa merasakan sendiri.

Bagian Albert bikin penasaran! Ditulis laiknya epistolari kepada seseorang dengan sebutan Avium, dengan bahasa yang puitis, di bagian ini pembaca akan dibuat bertanya-tanya sebenarnya siapa yang Albert bicarakan alias yang diam-diam dia sukai? Untung saya bisa menebaknya dengan tepat, hihihi. Khasnya Nina seperti buku sebelumnya, Kismet, ada sedikit misteri yang dia sisipkan di balik latar belakang tokohnya. Kalau jeli, ada beberapa klu yang penulis sisipkan tentang siapa yang dia bicarakan, alasan lain kenapa saya menyukai buku ini.

Kelemahan dengan melibatkan banyak sudut pandang di mana ada konflik di tiap tokoh, cerita menjadi penuh, ada detail yang terlewat karena kalau dijelaskan akan memakan durasi atau halaman. Namun, melihat dari awal memang Vira dan Jojo yang menjadi sorotan utama, penulis membuat sub plot yang tetap berhubungan dengan mereka. Misal bucket list menjadikan hubungan Vira dan Jojo berkembang, bagian Lilian membuat rahasia Vira terbongkar dan nantinya menjadi penyambung komunikasi antara dua sahabatnya tersebut, sedangkan Albert menyadarkan Jojo akan perasaanya.

Pace-nya cukup cepat melihat banyak yang dibahas, tapi tidak melewatkan detail yang penting. Misalkan saja, salah satu adegan favorit di buku ini, ketika Vira dan Zed bercanda di mobil kemudian iseng mengecek tanda-tanda kanker payudara, terlihat sekilas dalam flashback, tapi efeknya luar biasa. Penulis tidak melupakan cikal bakal cerita yang menurut saya penting, contoh lain adalah bagian awal mula mereka berempat bertemu, alasan kenapa Jojo alergi dengan sebuah hubungan. Bahkan ketika Vira dalam kondisi terburuknya, saking khawatir Jojo mengawasi dari luar kos Vira. Cara yang sama pun dilakukan untuk beberapa adegan lain, sehingga menghemat waktu tanpa perlu menjelaskan satu per satu, dan emosinya bisa sangat terasa.

Buku ini sangat aku rekomendasikan bagi pecinta metropop, yang mencari kisah sahabat jadi cinta, tentang persahabatan, dan yang ingin jalan-jalan ke Praha. Dan bagi yang ingin tahu tanda-tanda kita mencintai seseorang.
Aku percaya persahabatan itu menjaga, tapi tidak mengikat. Bahwa di dalamnya kamu tidak akan kehilangan jati dirimu maupun kebebasan untuk memilih jalan hidupmu.


NB: Membaca epilog di buku ini, berharap ada lanjutannya XD 

5 komentar:

  1. Buku yang punya cerita seru dan kerasa banget metropop nya.

    BalasHapus
  2. Kuliat covernya ucul banget, trus judulnya yg "perkara bulu mata" juga mancing org buat mikir. Aku pikir ini novel yg girly2 gitu, berawal dari masalah bulu mata trus merembet kemanaa gitu wkwk

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahaha, kayak masalah beauty blogger atau vlogger kalau sekilas dilihat dari judulnya XD

      Hapus
  3. bikin orang penasaran karena judul yang aneh dan bikin keinget terus sampai pulang dari toko buku. tapi aku udah agak bosen baca tulisan sahabat jadi cinta jadi agak kurang tertarik aja gitu hehe.

    BalasHapus

Silahkan berkomentar, jejakmu sangat berarti untukku :*

Rekomendasi Bulan Ini

Buku Remaja yang Boleh Dibaca Siapa Saja | Rekomendasi Teenlit & Young Adult

K urang lebih dua tahun yang lalu saya pernah membahas tentang genre Young Adult dan berjanji akan memberikan rekomendasi buku yang as...