Judul buku: Jingga dan Senja (Jingga dan Senja #1)
Penulis: Esti Kinasih
Desain dan ilustrasi sampul: maryna_design@yahoo.com
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
ISBN: 978-979-22-5431
Cetakan pertama, Februari 2010
312 halaman
Tari dan Ari, dua remaja yang dipertemukan oleh takdir. Selain bernama mirip, mereka juga sama-sama lahir sewaktu matahari terbenam.
Namun, takdir mempertemukan mereka dalam suasana “perang”. Ari yang biang kerok sekolah baru kali ini bertemu cewek, adik kelas pula, yang berani melawannya. Kemarahan Ari timbul ketika tahu Tari diincar oleh Angga, pentolan SMA musuh.
Angga, musuh bebuyutan sekolah Ari sekaligus musuh pribadi Ari, langsung berusaha mendekati Tari begitu cewek itu tak sengaja terjebak dalam tawuran dan Ari berusaha keras menyelamatkannya. Demi dendam masa lalu, Angga bertekad merebut cewek itu. Memanfaatkan peluang yang ada, Angga kemudian maju sebagai pelindung Tari.
Ari yang selama ini dikenal tidak peduli terhadap cewek tiba-tiba saja berusaha mendapatkan Tari dengan segala cara. Namun, predikat buruk Ari jelas membuat Tari tidak ingin berurusan dengan cowok itu.
Semakin Ari berusaha mendekati Tari, semakin mati-matian cewek itu menjauhkan diri….
Esti Kinasih bisa dibilang penulis yang paling berjasa dalam membangkitkan minat baca saya, pertama kali tahu namanya adalah ketika teman sekelas waktu saya masih kelas satu SMA bercerita tentang buku pertamanya, Fairish, yang cukup heboh bagi para pembaca, khususnya para remaja. Dia bercerita akan betapa kerennya buku tersebut, tentang jalannya cerita, membuat saya yang memang memiliki rasa 'kepo' tingkat dewa ingin membacanya juga. Saya tidak biasa membaca dari kecil, orangtua tidak pernah mengenalkan pada majalah Bobo, pernah sesekali membaca novel dan komik tapi waktu itu belum menjadi kebiasaan, saya hanya suka membaca majalah atau tabloid remaja. Begitu saya membaca Fairish, saya jadi ketagihan membaca teenlit lainnya, yang waktu itu sedang tenar-tenarnya.
Walau tidak langsung menjadi pembaca yang aktif karena perpustakaan sekolah tidak terlalu update dengan novel-novel modern, tidak ada toko buku di tempat saya tinggal, saya mulai mengenali kesukaan saya yang lain, selain nonton film dan drama televisi di mana ketika itu menjadi hobby saya yang paling terlihat. Saya selalu yakin setiap orang yang awal mulanya tidak suka membaca suatu hari akan bertemu dengan buku yang tepat, yang membuat mereka mulai menyukai kegiatan membaca, dan saya memulainya dengan karya debut Esti Kinasih.
Sejak itu saya selalu menanti-nantikan karyanya, berdoa yang terbaik bagi penulis agar bisa terus produktif, agar bisa menyelesaikan apa yang dia mulai. Tak terkecuali series Jingga dan Senja ini, lebih dari lima tahun saya menantikan kelanjutannya, sampai ada sebuah fan fiction yang dikira seri terakhir, batal terbit dan mau dijadikan lima buku, bahkan sampai saya bukan seorang pembaca teenlit lagi dan bertransformasi menjadi new adult atau adult romance, hahaha. Saya bersabar, dan ketika beberapa hari yang lalu akhirnya akan terbit buku ketiga yang dinanti-nantikan, Jingga Untuk Matahari, saya membaca ulang series ini. Selain mengenang dan membuka memori akan ceritanya, saya ingin menjajal apakah saya masih menyukai tulisan Esti Kinasih, dan yang pertama memang akan selalu membekas, rasa suka tidak pernah surut.
Walau tidak langsung menjadi pembaca yang aktif karena perpustakaan sekolah tidak terlalu update dengan novel-novel modern, tidak ada toko buku di tempat saya tinggal, saya mulai mengenali kesukaan saya yang lain, selain nonton film dan drama televisi di mana ketika itu menjadi hobby saya yang paling terlihat. Saya selalu yakin setiap orang yang awal mulanya tidak suka membaca suatu hari akan bertemu dengan buku yang tepat, yang membuat mereka mulai menyukai kegiatan membaca, dan saya memulainya dengan karya debut Esti Kinasih.
Sejak itu saya selalu menanti-nantikan karyanya, berdoa yang terbaik bagi penulis agar bisa terus produktif, agar bisa menyelesaikan apa yang dia mulai. Tak terkecuali series Jingga dan Senja ini, lebih dari lima tahun saya menantikan kelanjutannya, sampai ada sebuah fan fiction yang dikira seri terakhir, batal terbit dan mau dijadikan lima buku, bahkan sampai saya bukan seorang pembaca teenlit lagi dan bertransformasi menjadi new adult atau adult romance, hahaha. Saya bersabar, dan ketika beberapa hari yang lalu akhirnya akan terbit buku ketiga yang dinanti-nantikan, Jingga Untuk Matahari, saya membaca ulang series ini. Selain mengenang dan membuka memori akan ceritanya, saya ingin menjajal apakah saya masih menyukai tulisan Esti Kinasih, dan yang pertama memang akan selalu membekas, rasa suka tidak pernah surut.
Jingga dan Senja bercerita tentang Tari, seorang murid tingkat pertama di SMA Airlangga, dia menyukai warna orange, sama seperti warna ketika dia lahir ke bumi, sama seperti nama lengkapnya, Jingga Matahari. Suatu pagi ketika upacara sedang berlangsung tiba-tiba saja ada seseorang yang menariknya ke belakang dan berdiri di depannya, mencegah panasnya sinar matahari menerpa dirinya. Adegan tersebut bukannya sengaja, cowok tersebut terlambat ke sekolah dan barisan anak kelas satu dekat dengan 'pintu masuk'-nya. Dia langsung populer di mata teman-teman Tari, mereka mencoba mencari informasi tentangnya. Namun, begitu tahu siapa sebenarnya cowok tersebut, mereka semua langsung patah semangat.
Matahari Senja atau kerap dipanggil Ari terkenal dengan predikat murid paling bandel di sekolah, biang onar, pentolan tawuran, dan tidak pernah mendengarkan perintah para guru kecuali sang kepala sekolah. Ari tak tertebak, kadang dia bisa menjadi sangat baik kadang bisa menjadi orang yang paling kejam. Ari juga sangat misterius, walau punya banyak teman tidak ada yang tahu tempat di mana dia tinggal, dia juga kaya raya, tidak pernah mendapatkan hukuman walau kesalahannya sudah tak terbendung lagi dan tidak pernah memiliki pacar.
Mulanya Ari tidak pernah tertarik dengan Tari, tapi insiden beberapa kali terkepung di tengah-tengah tawuran yang sedang berlangsung dengan SMA Brawijaya, kemudian sang pentolan SMA tersebut, Angga, sangat tertarik kepada Tari, membuat Ari semakin gerah. Terlebih ketika Ari mengetahui nama panjangnya, membuat Ari tanpa lelah mengejar Tari dan bersikukuh bahwa dia hanya miliknya seorang.
Di buku pertamanya ini lebih banyak membahas tentang perlawanan Tari kepada Ari, selain pengenalan para tokoh pastinya. Konfliknya tidak terlalu diperlihatkan, masih mengandung tanya sampai bagian akhir. Namun menariknya di situ, kita akan semakin dibuat penasaran apa yang membuat Ari sampai segitunya dengan Tari, tentang latar belakang Ari dan permusuhan dengan Angga. Yang menarik dari buku ini kalau menurut saya adalah cara Ari mendapatkan Tari, bagaimana diamemaksa mengejarnya, begitu memorable. Yah walau kadang kejam Ari ini sangat perhatian, pokoknya bakalan kesemsem sama Ari deh.
Saya nggak akan banyak membahas Jingga dan Senja karena akan saya kulik di resensi buku keduanya, Jingga Dalam Elegi, yang jelas buku ini recommended kalau kalian kangen dengan tulisan Esti Kinasih dan pecinta teenlit. Buku ini bisa dibilang karya Esti Kinasih yang paling bikin saya senewen dan mencak-mencak saking penasaran dengan endingnya, untungnya sebentar lagi kesabaran saya akan terpuaskan, semoga :D
Buku ini juga sudah dicetak ulang ganti cover kalau kalian ingin membacanya, jadi nggak akan kesulitan deh.
4.5 sayap untuk Jingga dan Senja.
Mulanya Ari tidak pernah tertarik dengan Tari, tapi insiden beberapa kali terkepung di tengah-tengah tawuran yang sedang berlangsung dengan SMA Brawijaya, kemudian sang pentolan SMA tersebut, Angga, sangat tertarik kepada Tari, membuat Ari semakin gerah. Terlebih ketika Ari mengetahui nama panjangnya, membuat Ari tanpa lelah mengejar Tari dan bersikukuh bahwa dia hanya miliknya seorang.
Ari hanya balas menatapnya. Tanpa bicara apa-apa. Karena itu memang fakta. Mereka berdua sama-sama lahir pada saat matahari sedang tenggelam. Dan sama-sama menyandang nama benda langit pusat tata surya itu.Kalau pernah membaca Still... maka akan familier dengan karakter Ari. Yap, Ari sangat mirip dengan Bima, terlebih soal temperamennya. Pun dengan tokoh-tokohnya yang lain, khususnya teman-teman Ari, sangat lekat dengan Still.... Saya nggak pernah mempermasalahkan satu karakter mirip dengan karakter di buku lain dengan penulis yang sama, malah bisa menunjukkan ciri khas penulis. Membaca buku ini memang khas Esti Kinasih sekali, bad boy, cewek pemberani dan suka menentang, ada sahabat setia, rasa sayang yang tulus di tengah-tengah konflik.
Matahari dan Matahari!
Di buku pertamanya ini lebih banyak membahas tentang perlawanan Tari kepada Ari, selain pengenalan para tokoh pastinya. Konfliknya tidak terlalu diperlihatkan, masih mengandung tanya sampai bagian akhir. Namun menariknya di situ, kita akan semakin dibuat penasaran apa yang membuat Ari sampai segitunya dengan Tari, tentang latar belakang Ari dan permusuhan dengan Angga. Yang menarik dari buku ini kalau menurut saya adalah cara Ari mendapatkan Tari, bagaimana dia
Saya nggak akan banyak membahas Jingga dan Senja karena akan saya kulik di resensi buku keduanya, Jingga Dalam Elegi, yang jelas buku ini recommended kalau kalian kangen dengan tulisan Esti Kinasih dan pecinta teenlit. Buku ini bisa dibilang karya Esti Kinasih yang paling bikin saya senewen dan mencak-mencak saking penasaran dengan endingnya, untungnya sebentar lagi kesabaran saya akan terpuaskan, semoga :D
Buku ini juga sudah dicetak ulang ganti cover kalau kalian ingin membacanya, jadi nggak akan kesulitan deh.
4.5 sayap untuk Jingga dan Senja.
Saya juga tahu esti kinasih karena fairish pas jaman SMA dulu. Sampe berebut antrian pengen baca. Apalagi saat itu, teenlitnya seru2.
BalasHapusWah ketahuan nih umurnya, hihihi
Hapus