The Fault In Our Stars
Sutradara: Josh Boone
Produser: Wyck Godfrey, Marty Bowen
Penulis Naskah: Scott Neustadter, Michael H. Weber
Pemain: Shailene Woodley, Ansel Elgort, Sam Trammell, Willem Dafoe, Nat Wolff, Laura Dern, Lotte Verbeek.
Studio: 20th Century Fox
Based on John Green book, The Fault In Our Stars.
5 legs, 4 eyes, 2 1/2 working pairs of lungs, and 2 dozen eggs. Revenge is sweet.
Sebenarnya saya agak ragu untuk membuat review film dari The Fault In Our Stars (TFIOS) ini, karena bingung mau menulis apa. Semua perasaan yang saya dapat ketika menonton tidak jauh berbeda ketika saya membaca versi bukunya, yang sudah saya kupas habis di sini. Saya jaranggggggg banget nonton film drama di bioskop, menurut saya film drama enaknya dinikmati di rumah (malu nangis di khalayak ramai :p) dan bioskop khusus untuk film super hero atau yang berteknologi super, tidak seperti TFIOS yang berbudget rendah, tapi akhirnya memutuskan nonton gara-gara ingin lihat mukanya Ansel Elgort di layar yang super gede :D
Dari segi cerita, buat penggemar berat bukunya tidak perlu khawatir, hampir sebagian besar sama persis dengan versi aslinya, yang membuat saya senang juga, beberapa kalimat yang ajaib di buku dengan lihainya dilihat juga oleh Scott Neustadter dan Michael H. Weber. Bagi yang pernah membaca karya John Green, pasti tahu kelebihan penulis yang satu ini, kejeniusannya dalam mengolah kata-kata sehingga menjadi bermakna dan tak terlupakan alias memorable, saya rasa Josh Boone cukup berhasil menangkap kejeniusan penulis sehingga sukses mewujudkannya secara visual.
Hazel Grace Lancaster (Shailene Woodley) bisa dibilang hidupnya mengalami depresi, itu menurut ibunya, sedangkan menurut dia sendiri, dia dalam keadaan sekarat, hanya tinggal menunggu waktu saja. Dia seperti granat yang siap meledak. Tak ingin berlarut-larut, ibunya menyuruh Hazel untuk mengikuti support grup yang ada di gereja, menjalani kehidupan seperti remaja 16 tahun pada umumnya, mempunyai teman. Nyatanya, Hazel memang bukan seperti remaja pada umumnya, dia special, seorang gadis yang mengidap kanker tiroid stadium empat, kemana pun dia pergi, selalu ada tabung oksigen yang menemaninya. Kalau saja tidak ada obat yang bernama Phalanxifor, nyawa Hazel tidak akan tertolong.
Tidak ingin mengecewakan ibunya, dia menghadiri support grup tersebut, kedatangan awal tidak menarik, semua memiliki kisah yang tidak jauh mengenaskan seperti Hazel, ceritanya bersama kanker. Di pertemuan kedua lah yang membuat Hazel terkesan, ketika dia bertemu pemuda tampan yang mempunyai ketakutan terbesar dalam hidupnya; dilupakan. Pemuda itu bernama Augustus Waters (Ansel Elgort), dia mantan pengidap kanker osteosarkoma. Mantan pemain basket yang terpaksa pensiun dini karena harus kehilangan satu kakinya. Gus, begitu panggilannya, terkesan akan kecantikan Hazel dan juga kesinisannya akan makna dilupakan. sebaliknya, selain ketampanan Gus dan peringai dia yang suka menggoda, Hazel terkesan akan kiasan yang dia buat tentang rokok. Sejak itu, seiring berjalannya waktu kedekatan mereka tak terbendung.
Hazel berbagi rahasia terbesarnya kepada Gus, tentang buku Kemalangan Luar Biasa (An Imperial Affliction), buku yang sangat berharga bagi Hazel, penulisnya, Peter Van Houten seakan memahami bagaimana rasanya sekarat dan Hazel sangat mengidolakannya. Ending buku tersebut membuat Hazel gila, dia ingin bertemu langsung dengan Peter Van Houten dan bertanya bagaimana kelanjutan kisah para tokohnya, sayangnya surat yang dia kirim tak pernah dibalas. Iseng, Gus mengirim kesan buku Kemalangan Luar Biasa dan menceritakan tentang Hazel lewat email kepada Peter Van Houten, ajaibnya dia mendapatkan balasan, Hazel pun melakukan trik yang sama dan akhirnya mendapatkan jawaban, kalau ingin mengetahui kelanjutan Kamalangan Luar Biasa dia harus bertemu langsung dengan Peter, Hazel harus pergi ke Amsterdam.
Berita buruknya, Keinginan Hanzel sudah digunakan untuk melihat Disney World, kesehatannya pun juga kurang baik, dia terancam tidak bisa pergi terlalu jauh. Berkat tekat dan semangat Gus yang rela menggunakan Keinginan satu-satunya -sebagai penganti kakinya, dia mengajak Hazel pergi ke Amsterdam menemui penulis favoritnya.
Sukaaaaaaa banget Ansel Elgort memerankan Gus, dapet banget aktingnya, terlebih waktu dia mengoda Hazel dengan kedipan matanya, ahhhhhhh, dijamin klepek-klepek. Selain itu, sisi humornya juga dapet, optimisnya terhadap apa yang dia alami bisa saya rasakan, begitu juga dengan Shailene Woodley, saya suka dia yang berperan sebagai Hazel, dia tidak terlihat sebagai gadis lemah, dia punya kekuatan menghadapi Kemalangan Luar Biasa-nya, kekurangannya cuma sedikit, dia kurang sinis. Awalnya agak gimana gitu karena sebelumnya Shailene dan Ansel kan berperan sebagai adik kakak, tau lah di film apa, tapi ternyata cocok juga sebagai sepasang kekasih :p. Nat Wolff yang berperan sebagai Isaac sukses membuat saya tertawa ketika dia mengucapkan 'always' tak henti-hentinya bersama pacarnya, juga bagian dia menghancurkan piala Gus, bukannya kasihan malah lucu, bantal saja nggak cukup :D. Pemeran lainnya pun juga memuaskan, ibunya Hazel yang diperankan oleh Laura Dern sukses membawakan sosok tegar menghadapi penderitaan yang dialami anaknya, tidak ditunjukakan secara berlebihan, begitu juga dengan Peter Van Houten yang super menyebalkan, dengan mudahnya diperankan oleh Willem Dafoe.
Sisi sedihnya? Banyak juga dong. Walau nggak sampai berurai air mata, ada bagian yang membuat mata saya berkaca-kaca, misalnya saja ketika Gus tengah malam menelepon Hazel kalau dia butuh pertolongannya, ketika Gus ingin membeli rokok. Gezzzzzzzzz, bagian ini nyesek banget, Gus yang selama ini terlihat ceria menghadapi hidup tiba juga di bagian dia merasa lemah, kalah. Waktu Hazel disuruh membacakan pidato pra pemakaman, antara geli dan miris tapi sukses membuat saya terharu, puncaknya tentu dibagian akhir, tidak perlu saya ceritakan.
Kekurangan untuk film ini tidak terlalu banyak menurut saya, hanya alurnya saja yang saya rasa terlalu cepat tapi untungnya bagian yang saya suka di buku hampir semua tertuang di film jadi saya nggak terlalu kecewa. Oh satu lagi, kenapa sih bagian itu harus di sensor? =)). Lalu kenapa hanya memberi rating seperti itu di akhir review ini? Karena saya berharapnya endingnya bakalan beda, wakakakakaka. Saya masih memegang teguh happy ending garis keras :D. Sountrack untuk film ini, amazing! Favorit saya adalah lagu dari Ed Sheeran dan Birdy, diputer sampe jebol deh.
Film ini bercerita tentang Kemalangan Luar Biasa dua orang remaja pengidap kanker yang sama-sama jatuh cinta perlahan lalu mendadak, mengajarkan kepada kita apa arti sekarat yang sebenarnya, memberi pesan bahwa hidup dengan rasa sakit bukanlah mustahil, bahwa semua orang bisa mendapatkan kebahagiaan dengan caranya masing-masing.
Buat yang ngaku pecinta bukunya, wajib nonton filmnya ini, nggak rugi deh, saya cukup menikmatinya, pesan apa yang ingin disampaikan John Green tetap bisa terbaca, humornya, sarkasnya, kalimat-kalimat jeniusnya tetap bisa saya rasakan, dan itu yang paling penting. Buat yang cengeng, film ini bisa jadi pilihan, jangan lupa bawa tissue yang banyak :p.
Dan terakhir kalau kamu masih ragu, masak sih nggak pengen lihat tampang menyebalkan menggodanya Gus? Ih rugi sendiri, deh :D
3.5 sayap untuk Kemalangan Luar Biasa.
Sumber gambar: http://thefaultinourstarsmovie.com/
Dari segi cerita, buat penggemar berat bukunya tidak perlu khawatir, hampir sebagian besar sama persis dengan versi aslinya, yang membuat saya senang juga, beberapa kalimat yang ajaib di buku dengan lihainya dilihat juga oleh Scott Neustadter dan Michael H. Weber. Bagi yang pernah membaca karya John Green, pasti tahu kelebihan penulis yang satu ini, kejeniusannya dalam mengolah kata-kata sehingga menjadi bermakna dan tak terlupakan alias memorable, saya rasa Josh Boone cukup berhasil menangkap kejeniusan penulis sehingga sukses mewujudkannya secara visual.
Hazel Grace Lancaster (Shailene Woodley) bisa dibilang hidupnya mengalami depresi, itu menurut ibunya, sedangkan menurut dia sendiri, dia dalam keadaan sekarat, hanya tinggal menunggu waktu saja. Dia seperti granat yang siap meledak. Tak ingin berlarut-larut, ibunya menyuruh Hazel untuk mengikuti support grup yang ada di gereja, menjalani kehidupan seperti remaja 16 tahun pada umumnya, mempunyai teman. Nyatanya, Hazel memang bukan seperti remaja pada umumnya, dia special, seorang gadis yang mengidap kanker tiroid stadium empat, kemana pun dia pergi, selalu ada tabung oksigen yang menemaninya. Kalau saja tidak ada obat yang bernama Phalanxifor, nyawa Hazel tidak akan tertolong.
Tidak ingin mengecewakan ibunya, dia menghadiri support grup tersebut, kedatangan awal tidak menarik, semua memiliki kisah yang tidak jauh mengenaskan seperti Hazel, ceritanya bersama kanker. Di pertemuan kedua lah yang membuat Hazel terkesan, ketika dia bertemu pemuda tampan yang mempunyai ketakutan terbesar dalam hidupnya; dilupakan. Pemuda itu bernama Augustus Waters (Ansel Elgort), dia mantan pengidap kanker osteosarkoma. Mantan pemain basket yang terpaksa pensiun dini karena harus kehilangan satu kakinya. Gus, begitu panggilannya, terkesan akan kecantikan Hazel dan juga kesinisannya akan makna dilupakan. sebaliknya, selain ketampanan Gus dan peringai dia yang suka menggoda, Hazel terkesan akan kiasan yang dia buat tentang rokok. Sejak itu, seiring berjalannya waktu kedekatan mereka tak terbendung.
Hazel berbagi rahasia terbesarnya kepada Gus, tentang buku Kemalangan Luar Biasa (An Imperial Affliction), buku yang sangat berharga bagi Hazel, penulisnya, Peter Van Houten seakan memahami bagaimana rasanya sekarat dan Hazel sangat mengidolakannya. Ending buku tersebut membuat Hazel gila, dia ingin bertemu langsung dengan Peter Van Houten dan bertanya bagaimana kelanjutan kisah para tokohnya, sayangnya surat yang dia kirim tak pernah dibalas. Iseng, Gus mengirim kesan buku Kemalangan Luar Biasa dan menceritakan tentang Hazel lewat email kepada Peter Van Houten, ajaibnya dia mendapatkan balasan, Hazel pun melakukan trik yang sama dan akhirnya mendapatkan jawaban, kalau ingin mengetahui kelanjutan Kamalangan Luar Biasa dia harus bertemu langsung dengan Peter, Hazel harus pergi ke Amsterdam.
Berita buruknya, Keinginan Hanzel sudah digunakan untuk melihat Disney World, kesehatannya pun juga kurang baik, dia terancam tidak bisa pergi terlalu jauh. Berkat tekat dan semangat Gus yang rela menggunakan Keinginan satu-satunya -sebagai penganti kakinya, dia mengajak Hazel pergi ke Amsterdam menemui penulis favoritnya.
Sukaaaaaaa banget Ansel Elgort memerankan Gus, dapet banget aktingnya, terlebih waktu dia mengoda Hazel dengan kedipan matanya, ahhhhhhh, dijamin klepek-klepek. Selain itu, sisi humornya juga dapet, optimisnya terhadap apa yang dia alami bisa saya rasakan, begitu juga dengan Shailene Woodley, saya suka dia yang berperan sebagai Hazel, dia tidak terlihat sebagai gadis lemah, dia punya kekuatan menghadapi Kemalangan Luar Biasa-nya, kekurangannya cuma sedikit, dia kurang sinis. Awalnya agak gimana gitu karena sebelumnya Shailene dan Ansel kan berperan sebagai adik kakak, tau lah di film apa, tapi ternyata cocok juga sebagai sepasang kekasih :p. Nat Wolff yang berperan sebagai Isaac sukses membuat saya tertawa ketika dia mengucapkan 'always' tak henti-hentinya bersama pacarnya, juga bagian dia menghancurkan piala Gus, bukannya kasihan malah lucu, bantal saja nggak cukup :D. Pemeran lainnya pun juga memuaskan, ibunya Hazel yang diperankan oleh Laura Dern sukses membawakan sosok tegar menghadapi penderitaan yang dialami anaknya, tidak ditunjukakan secara berlebihan, begitu juga dengan Peter Van Houten yang super menyebalkan, dengan mudahnya diperankan oleh Willem Dafoe.
Sisi sedihnya? Banyak juga dong. Walau nggak sampai berurai air mata, ada bagian yang membuat mata saya berkaca-kaca, misalnya saja ketika Gus tengah malam menelepon Hazel kalau dia butuh pertolongannya, ketika Gus ingin membeli rokok. Gezzzzzzzzz, bagian ini nyesek banget, Gus yang selama ini terlihat ceria menghadapi hidup tiba juga di bagian dia merasa lemah, kalah. Waktu Hazel disuruh membacakan pidato pra pemakaman, antara geli dan miris tapi sukses membuat saya terharu, puncaknya tentu dibagian akhir, tidak perlu saya ceritakan.
Kekurangan untuk film ini tidak terlalu banyak menurut saya, hanya alurnya saja yang saya rasa terlalu cepat tapi untungnya bagian yang saya suka di buku hampir semua tertuang di film jadi saya nggak terlalu kecewa. Oh satu lagi, kenapa sih bagian itu harus di sensor? =)). Lalu kenapa hanya memberi rating seperti itu di akhir review ini? Karena saya berharapnya endingnya bakalan beda, wakakakakaka. Saya masih memegang teguh happy ending garis keras :D. Sountrack untuk film ini, amazing! Favorit saya adalah lagu dari Ed Sheeran dan Birdy, diputer sampe jebol deh.
Film ini bercerita tentang Kemalangan Luar Biasa dua orang remaja pengidap kanker yang sama-sama jatuh cinta perlahan lalu mendadak, mengajarkan kepada kita apa arti sekarat yang sebenarnya, memberi pesan bahwa hidup dengan rasa sakit bukanlah mustahil, bahwa semua orang bisa mendapatkan kebahagiaan dengan caranya masing-masing.
Buat yang ngaku pecinta bukunya, wajib nonton filmnya ini, nggak rugi deh, saya cukup menikmatinya, pesan apa yang ingin disampaikan John Green tetap bisa terbaca, humornya, sarkasnya, kalimat-kalimat jeniusnya tetap bisa saya rasakan, dan itu yang paling penting. Buat yang cengeng, film ini bisa jadi pilihan, jangan lupa bawa tissue yang banyak :p.
Dan terakhir kalau kamu masih ragu, masak sih nggak pengen lihat tampang menyebalkan menggodanya Gus? Ih rugi sendiri, deh :D
3.5 sayap untuk Kemalangan Luar Biasa.
Sumber gambar: http://thefaultinourstarsmovie.com/
Aaaaw picnya keren keren ya ;))
BalasHapusAku sampe saat ini belum nonton filmnya nih.
Moga aja secepetnya lah bisa nonton.
Nice review mba Sulis ;)
semoga cepet bisa nonton ya :)
HapusSetuju, penulis naskahnya lihai deh karena sebagian besar keawesomean cerita dari bukuny dapeet. Utk adegan x nya hmmm saya rasa kok sebenernya nggak penting ya sampai semi eksplisit x)
BalasHapushahahaha, emang g penting juga sih tapi lucu :D
Hapuswuah sudah ada filmnya
BalasHapusnice info nih mba
penasaran juga dg filmnya
jangan lupa bawa tissue :D
HapusShailene-nya terlalu sehat aku bilang. Mungkin karena abis main Divergent ya? Malah ibunya yang lebih cocok jadi orang sakit. Kurus benerrr...
BalasHapusIsaac-nyaaa..... huhuhu *pecinta temennya tokoh utama* 8-|
Wakakaka, kalau aku sinisnya nggak dapet. Isaac emang kece juga :)
Hapus