Lolita jatuh cinta pada pandangan pertama terhadap Ferio James Harris, atau biasa disapa Ferio. Pertama 'bertemu' disebuah forum internet, sebuah forum tentang kepenulisan di mana Ferio adalah global moderatornya. Itulah awal mulanya, mereka sama-sama suka menulis dan Lolita sangat senang ketika salah satu tulisannya dipuji Ferio. Kemudian mereka melakukan kopdar, bertatap langsung dengan Ferio membuat jantung Lolita berdebar kencang. Sayangnya tak seindah bayangan Lolita, Ferio datang bersama Dru, anggota lain juga, sahabat dekat Ferio dan mereka terlihat sangat dekat. Tapi Lolita tidak menyerah, dia malah mendekati Dru, menjadi temannya juga demi mendapatkan hati Ferio. Kurang lebih dua tahun kemudian, mereka terpecah, terpisah, tanpa tahu alasan yang jelas.
Salah satu buku yang saya baca karena penasaran, penasaran karena mayoritas reviewer Goodreads memberi dua bintang pada novel ini. Masalah yang paling banyak dikeluhkan adalah settingnya. Buku ini mengambil satu hari saja dengan alur maju-mundur-maju. Lolita sudah meraih kesuksesan dalam passionnya, novelnya menjadi bestseller, dengan novelnya itu dia ingin mengungkapkan isi hatinya yang sudah terpendam lama lewat lembar persembahan, menggungkapkan kalau dia mencintai Ferio, agar dia dan Dru membacanya, membuat mereka kembali. Dan benar, Ferio tiba-tiba menghubungi Lolita, meminta untuk bertemu. Lolita langsung sigap dan memutuskan pertemuan mereka bertepatan pada launching buku terbarunya. Kemudian dia juga menghubungi Dru untuk datang ke acara tersebut, tepat seperti yang diharapkan Ferio, karena selama ini dia kehilangan kontak dengannya. Disitulah sudut pandang orang ketiga menceritakan kehidupan masing-masing tokohnya pada masa lalu sambil menjalani masa sekarang. Mungkin itu tujuan penulis agar membuat cerita cinta segi tiga yang sudah biasa menjadi berbeda. Saya suka idenya dan tidak ada masalah, memang unik dan cukup bisa menikmatinya, yang membuat masalah adalah karakter para tokohnya.
Di sini digambarkan kalau Lolita adalah 'sahabat baru' bagi Ferio dan Dru yang sudah mengenal sejak kecil. Saya merasa Lolita tetap orang asing diantara mereka, bahkan tidak jarang Ferio dan Dru membicarakan Lolita tentang kekuranggannya, tulisannya. Dan Lolita tidak mau menyerah mendapatkan hati Ferio padahal dia tahu di mata Ferio hanya ada Dru, dia malah mendekati Dru demi mendapatkan cinta Ferio, dan Dru tahu perasaan Lolita, begitu juga dengan Ferio. Sampai-sampai mengungkapkan perasaannya langsung kepada seluruh dunia lewat lembar persembahan di novel terbarunya. Mbulet ya? :p. Lolita memang sangat terobsesi sekali dengan Ferio, disuruh apa aja mau.
Ferio, karakter yang paling saya suka di novel ini sebenarnya. Kerasa kalau dia sangat mencintai Dru dan saya sendiri juga berharap lebih akan hubungan mereka. Karakter yang awalnya saya suka ini rusak ketika ibunya meninggal, ayahnya bangkrut, dan dia menjadi miskin. Sebelumnya dia tergolong pria yang kuat, mempunyai impian yang besar, rasa percaya tinggi yang membuat dia bisa menjadi seorang pemimpin, hanya karena Dru ingin membantunya, dia merasa kalah dan lemah, tidak ingin dibantu siapa pun lalu mengusir Dru dari hadapannya. Dia tidak ingin dikasihani.
Dru pun tak pernah kembali lagi pada Ferio setelah pengusiran itu. Childis banget! Masak hanya kemarahan sesaat dia langsung pergi gitu aja? Bukannya mereka sahabat dari kecil? Seharusnya dia paham kalau Ferio sedang mengalami masa yang paling terpuruk. Ditinggal orang yang sangat dicintainya dan melepas impiannya seharusnya membuat Dru menjadi tamengnya, penyemangatnya eh dia malah menambah beban Ferio aja karena alasan yang sepele banget hanya karna kemarahan sesat.
Itulah, capek bacanya, sebenarnya idenya bagus tapi konflik nggak penting yang terjadi antara para tokoh malah merusaknya. Parahnya kekecewaan saya terletak pada endingnya, sampai akhir saya tidak menemukan jawaban untuk masalah mereka semua.
2 sayap untuk cover dan alurnya.
Salah satu buku yang saya baca karena penasaran, penasaran karena mayoritas reviewer Goodreads memberi dua bintang pada novel ini. Masalah yang paling banyak dikeluhkan adalah settingnya. Buku ini mengambil satu hari saja dengan alur maju-mundur-maju. Lolita sudah meraih kesuksesan dalam passionnya, novelnya menjadi bestseller, dengan novelnya itu dia ingin mengungkapkan isi hatinya yang sudah terpendam lama lewat lembar persembahan, menggungkapkan kalau dia mencintai Ferio, agar dia dan Dru membacanya, membuat mereka kembali. Dan benar, Ferio tiba-tiba menghubungi Lolita, meminta untuk bertemu. Lolita langsung sigap dan memutuskan pertemuan mereka bertepatan pada launching buku terbarunya. Kemudian dia juga menghubungi Dru untuk datang ke acara tersebut, tepat seperti yang diharapkan Ferio, karena selama ini dia kehilangan kontak dengannya. Disitulah sudut pandang orang ketiga menceritakan kehidupan masing-masing tokohnya pada masa lalu sambil menjalani masa sekarang. Mungkin itu tujuan penulis agar membuat cerita cinta segi tiga yang sudah biasa menjadi berbeda. Saya suka idenya dan tidak ada masalah, memang unik dan cukup bisa menikmatinya, yang membuat masalah adalah karakter para tokohnya.
Di sini digambarkan kalau Lolita adalah 'sahabat baru' bagi Ferio dan Dru yang sudah mengenal sejak kecil. Saya merasa Lolita tetap orang asing diantara mereka, bahkan tidak jarang Ferio dan Dru membicarakan Lolita tentang kekuranggannya, tulisannya. Dan Lolita tidak mau menyerah mendapatkan hati Ferio padahal dia tahu di mata Ferio hanya ada Dru, dia malah mendekati Dru demi mendapatkan cinta Ferio, dan Dru tahu perasaan Lolita, begitu juga dengan Ferio. Sampai-sampai mengungkapkan perasaannya langsung kepada seluruh dunia lewat lembar persembahan di novel terbarunya. Mbulet ya? :p. Lolita memang sangat terobsesi sekali dengan Ferio, disuruh apa aja mau.
Ferio, karakter yang paling saya suka di novel ini sebenarnya. Kerasa kalau dia sangat mencintai Dru dan saya sendiri juga berharap lebih akan hubungan mereka. Karakter yang awalnya saya suka ini rusak ketika ibunya meninggal, ayahnya bangkrut, dan dia menjadi miskin. Sebelumnya dia tergolong pria yang kuat, mempunyai impian yang besar, rasa percaya tinggi yang membuat dia bisa menjadi seorang pemimpin, hanya karena Dru ingin membantunya, dia merasa kalah dan lemah, tidak ingin dibantu siapa pun lalu mengusir Dru dari hadapannya. Dia tidak ingin dikasihani.
Dru pun tak pernah kembali lagi pada Ferio setelah pengusiran itu. Childis banget! Masak hanya kemarahan sesaat dia langsung pergi gitu aja? Bukannya mereka sahabat dari kecil? Seharusnya dia paham kalau Ferio sedang mengalami masa yang paling terpuruk. Ditinggal orang yang sangat dicintainya dan melepas impiannya seharusnya membuat Dru menjadi tamengnya, penyemangatnya eh dia malah menambah beban Ferio aja karena alasan yang sepele banget hanya karna kemarahan sesat.
Itulah, capek bacanya, sebenarnya idenya bagus tapi konflik nggak penting yang terjadi antara para tokoh malah merusaknya. Parahnya kekecewaan saya terletak pada endingnya, sampai akhir saya tidak menemukan jawaban untuk masalah mereka semua.
2 sayap untuk cover dan alurnya.
Penulis: Aditia Yudis
Editor: Ceria Mawardi
Cover: Jeffri Fernando
Penerbit: Gagasmedia
ISBN: 979-780-518-2
Cetakan pertama, 2011
190 halaman
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan berkomentar, jejakmu sangat berarti untukku :*