Reputation (Glam Girls #2)
Penulis: Tessa Intanya
Editor: Christian Simamora & Widyawati Oktavia
Desain sampul: Dwi Anisa Anindhika
Penerbit: GagasMedia
ISBN: 979-780-320-1
Cetakan pertama, 2009
346 halaman
Pinjem @noninge
GLAM GIRLS. YOU WILL LOVE US—WE PROMISE.
Kamu melihat kami berkilauan setiap hari. Tatanan rambut kami selalu sempurna, bahkan sejak bangun tidur. Kamu bilang, kami mengeja ‘Chanel’, ‘Fendi’, dan ‘Prada’ lebih cepat daripada ‘Geometri’. Menurutmu, kami cantik—dan diam-diam benci setengah mati karenanya. Kadang, kamu juga berharap kamulah yang dikerumuni cowok-cowok itu—bukan kami. Malamnya, dalam doa kamu bertanya, kenapa Tuhan bisa sebegitu nggak adilnya.
But, here’s the truth. Setiap pagi, kami ngabisin waktu lebih lama di depan cermin karena kami sadar, penampilan glamor nggak sesederhana Miley Cyrus make wig pirang dan, poof, jadilah Hannah Montana. Kami bisa juga kok mengeja ‘Geometri’—meskipun JARANG BANGET make kata itu dalam percakapan sehari-hari. Dan tentang cantik... well, itu anugerah. Kalo kamu benci kami karena sesuatu yang dibawa sejak lahir, apa akan adil kalo kami juga membencimu karena pintar? Dan tentang cowok-cowok itu, kamu nggak tahu kan kadang-kadang mereka bisa jadi sangat posesif dan menyusahkan.
Jadi gimana, masih berani bilang Tuhan itu nggak adil?
Voltaire International School benar-benar awesome! Terlepas dari faktor hedonisme yang sering dikomentari sinis oleh orang-orang -in fact, mereka juga berkomentar yang sama tentang aku, so whatever- VIS itu seperti reality show. Berapa lama pun berada di sekolah ini, kau akan tetap terkesan melihat orang-orangnya.
Kalau kita nonton film remaja tentang clique, pasti tokoh yang satu ini akan dibenci oleh banyak orang, tokoh yang selalu ada dan yang menjadi masalah utama, sang pemeran antagonis. Tanpa kehadiran dia, cerita tersebut tidak akan menarik. Di buku kedua seri GlamGirls ini, yang dibahas tak lain dan tak bukan adalah sang queen bee, sang role model, fashion icon, pentolan clique paling kece se-VIS, Rashida Agashi Pradokso, dunia mengenalnya dengan panggilan Rashi.
Rashi tahu betul menjadi populer itu pasti banyak cobaannya, selain banyak pemuja, haternya pun juga bertebaran, di depannya baik tapi dibelakangnya membicarakan lain, makanya dia sangat pemilih dalam berteman dan sekali dikhianati dia akan memblacklist orang tersebut dalam hidupnya, contohnya adalah Marion yang mendekati mantan pacarnya, merupakan kesalahan terbesar dan posisinya digantikan oleh Adrianna. Dia memang terkenal jutek dan kadang bisa sadis, jangan pernah mengusik hidupnya kalau hidupmu ingin aman, ada yang pernah sampai pindah sekolah saking malunya akan perbuatan balas dendam Rashi. What Rashi want. Rashi gets. Popularitasnya diuji ketika ada hater yang membuat blog tentang dirinya, jktsocialsuicide.blogspot.com yang berisi tentang kejelekan Rashi, baik itu masalah cowok, kebiasaan waktu di pesta, apa pun yang menyangkut Rashi pasti ada dan menjadi headline. Awalnya dia biarkan saja, hanya perbuatan orang yang iri dengan kehidupannya. Ketika blog berisi gosip murahan itu sudah merambah keluarganya, kesabarannya sudah habis, mereka benar-benar salah memilih musuh.
Saat kamu berada di tempat umum dengan baju bermerek yang masuk kategori "social challenging" (merek-merek yang kita anggap "social acceptable" adalah Gucci, Marc Jacobs, dan Prada), satu-satunya jawaban yang dianggap valid ketika ditanya belinya di mana: Europe.
Mau jawab, "Jepang," pun sebenarnya nggak salah. Tapi, siap-siap bersilat lidah kalau kebetulan lawan bicaramu fasih soal dandan Harajuku dan familier dengan merek-merek gaul asal Jepang seperti Betty's Blue atau Hysteric Glamour (atau malah brand yang lebih upper class macam Yohji Yamamoto ato Issey Miyake).
Debat perihal kota mana yang paling berhak disebut "Fashion Mecca" di dunia memang belum ada yang bisa memutuskan. Tapi, JANGAN PERNAH jawab "Cina" karena sama aja ngakuin saat kamu dituduh sebagai pengemar berat barang najakan. A big no-no, indeed!
Keluarga Rashi bisa dibilang keluarga besar dan cukup rumit, walau dia anak satu-satunya dari pasangan Mardiansyah Pradokso dan Ni Wayan Sekar Ayu Michibata, Rashi mempunyai tiga ibu tiri dan enam kakak tiri dari perkawinan ayahnya sebelumnya. Ayahnya adalah pewaris tunggal bisnis besar turun temurun, kelapa sawit, sekarang bisnis keluarga Pradokso merambah penghasil kertas (pulp and paper) dan properti. Berkat jerih payah ayahnya, Pradokso Grup masuk dalam daftar 25 perusahaan paling berpengaruh dalam perekonomian Asia Tenggara dan menjadi penyumbang pajak terbesar urutan ketiga di Indonesia. Nggak heran Rashi bisa mendapatkan apa yang dia mau, pengen barang branded ternama tinggal gesek, pergi ke acara pesta kelas atas mudah saja karena keluarganya pasti selalu mendapatkan undangan. Hubungan Rashi dengan ayahnya sangat baik, begitu juga dengan ibu dan saudara tirinya, sayangnya tidak begitu dengan hubungannya dengan ibu kandungnya sendiri yang seorang pelukis dan penari terkenal, ketika ayahnya sedang sakit dia malah gencar-gencarnya meraih pupularitas.
So, if i have to sum up the extended Pradokso family in one sentence, it would be: dysfuctionallly live in harmony.
Selain masalah dua di atas, pacarnya juga mulai bertingkah, Lukas ingin mengenalkannya pada keluarganya, selalu menuntut dirinya untuk meluangkan waktu lebih banyak untuk mereka dan cemburu ketika Rashi hadir di sebuah pesta dengan cowok lain. Rashi sudah mulai bosan dengan Lukas, ditambah keikutsertaannya mendukung Dico yang sering membully murid lain, dan kali ini targetnya adalah murid baru, anak dari salah seorang yang kerja di VIS, perbuatan Dico and the genk bener-bener udah diluar batas kemanusiaan, sama aja dengan perbuatan membunuh orang, dan Rashi tidak bisa membiarkannya. Sejak kejadian menolong korban tersebut, Rashi menjadi sangat dekat dengan Arian, si cowok jelata yang sanggup mencuri hati sang queen bee.
Pembeda jelas sosialita dan para jelata adalah kesukaan terhadap barang-barang asli dan bermerek. Bagi kami, wearing a faux Fendi baguette is definitely a really, really big sin! Dan, nggak terhitung banyaknya kasus orang-orang Indonesia yang diperlakukan buruk saat berada di Eropa, tepatnya bagitu ke-gap pake barang-barang palsu made-in-China-beli-di-Mangga-Dua.
Tapi, ironisnya, hal ini nggak berlaku dalam hal attitude.
Nggak usah jauh-jauh, liat aja orang-orang di sekelilingku, di Voltaire ini. Ngaku atau nggak, cewek-cewek yang menyapaku ramah kayak dua orang tadi, diam-diam menyimpan kebencian di dalam cluch-nya.
Yeah...
People who pretends to be your friends, when they are so NOT!! Orang-orang yang selalu bersikap manis, bahkan dengan baik hati menuangkan teh ke cangkir kita. Kenyataannya? Mereka berusaha keras emnahan keinginan untuk menyeduhkan arsenik di teh kita itu. Nggak sedikit sosialita muda yang menyapaku seolah-olah kami ini sahabat sejak kecil, cipaka-cipiki, dan berlagak antusias memuji kalung Tiffani yang aku pakai, padahal itu nggak lebih dari sekadar basa basi aja. Aku nggak pernah tertipu sama orang-orang seperti ini. Aku menyediakan tiga kemungkinan reaksi terhadap mereka.
Ignore, ignore, ignore.
Percaya deh, mereka nggak lantas berbalik pergi karena tersinggung. The funny thing about social climber is, the more you push them, the harder they stand tough in their feet.
Ah well... so many enemies, so little time.
Saya nggak heran kalau banyak yang bilang buku ini adalah yang paling bagus dari semua seri GlamGirls, saya pun menyetujuinya. Penulis benar-benar sukses menciptakan karakter Rashi, di satu sisi kita akan membencinya dan si sisi lain kita juga akan menyukainya, dia adalah karakter yang benar-benar kuat, tau siapa dirinya, kemampuannya. Pembawaanya terlihat jutek, sinis, bossy, bitch, tidak mau kalah, begitulah dia, apa adanya, dia tidak suka basa basi karena menganggap semua itu hanya kepura-puraan, dan dia benci pada orang seperti itu, seumur hidupnya selalu dikelilingi oleh orang-orang bermuka dua otomatis membuat Rashi sadar akan posisinya dan bagaimana menyikapinya.
Selain karakter antagonis yang sukses diceritakan oleh penulis, kelebihan lain buku ini adalah lengkap. Tidak hanya membahas keseharian Rashi disekolah, clique-nya, musuh-musuhnya, tetapi juga tentang cinta, keluarga, persahabatan, lika liku dunia remaja lainnya. Penulis menceritakan sisi baik Rashi melalui keluarganya, betapa dia sangat menyayangi ayahnya yang super sibuk dan kini hanya bisa menghabiskan waktu di tempat tidur dan kursi roda, memahami alsan ibunya dan menjaga baik hubungan dengan ibu atau saudara tirinya. Memahami para sahabatnya dan tidak segan-segan memberikan hadiah tanpa melihat berapa nominalnya. Kemanusiannya juga diperlihatkan ketika menolong Arian yang dibully Dico dkk, bagaimana dia memahami perasaan baru yang tanpa pamrih, bahwa segala sesuatu tidak selalu dinilai dengan uang. Penulis menyisipkan sedikit kisah cinta si kaya dan si miskin di sini, well, sangat romantis sekali :D.
Rashi memang ambisius, dan kejam kalau dia ingin tapi semua itu dia lalukan 'pada tempatnya'. Dia ambisius dalam hal fashion, menuntut harus berpenampilan chic, bisa membeli apa saja untuk mendukung penampilannya, tapi dia tidak hanya sekadar pamer, hobi belanja, dia ahli di bidang fahion, impiannya adalah mempunyai brand sendiri, clothing line dan semua itu nggak akan terwujud kalau dia nggak 'melek' fashion. Dan untuk sifat kejamnya, kalau nggak ada orang yang mulai duluan dia nggak akan bertindak. Bisa membawa diri itulah yang membuat dia terlihat sempurna, dikagumi, ditakuti dan disegani oleh orang lain.
Kekurangannya, ini dialami oleh semua seri GlamGirls, kisah cintanya yang hanya menjadi cerita pendamping. Memang intinya adalah persahabatan tentang cewek gaul populer di sekolah, tapi dari semua seri GlamGirls, kisah cinta Rashi dan Maybella lah yang menjadi favorit saya sehingga saya ingin lebih banyak lagi :D. Melihat bagaimana perkembangan hubungan Rashi dan Arian yang saling bertolak belakang.
“You don’t understand an antagonist until you understand why he’s a protagonist in his own version of the world." - John Rogers.
Well, buat yang lagi nyari buku dengan tokoh utamanya seorang antagonis, coba deh buku ini, kamu akan mengerti alasan kenapa dia menjadi orang yang jahat dicerita-cerita, kamu akan memahaminya sendiri, dan bagi pecinta seri GlamGirls, rugi kalau melewatkan buku ini.
4 sayap untuk Arian :*
Hihiii aku seneng kamu suka buku ini. Buku favoritku sepanjang masa Lis *walau bukunya udah dijual*! Sayang Tessa Intanya kayaknya nggak produktif lagi nulis buku yaa..
BalasHapusSelain Rashi, aku juga ngerasa karakter Adrianna di buku ini paling kuat. Kalo di Glam Girls si Ad kayak yang terombang-ambing gitu sedangkan di Unbelievable dia kayak jadi takut sama Rashi, di sini Ad berani ngelawan Rashi pas dia pikir Rashi salah. Dan Ariaaan... omaygat pas adegan Superman itu... ihihiii
lah kok malah dijual sih, kalau aku mah bakal jadi penghuni sepanjang masa :) Iya, aku cuma pernah baca buku ini dan Philophobia, padahal tulisannya bagus loh
HapusYap, entah kenapa aku juga kehilangan keberanian Ad di beberapa bagian, dia kan yang paling cuek tapi kok lempeng aja alias takluk aja gitu sama Rashi.
ahahaha, aku juga suka banget sama Arian, sooooo romantic :D
Abis lama2 halamannya jadi kuning2 kayak kecipratan betadine gitu lis.. Daripada kasian teronggok di lemari makin lusuh, aku jual murah aja deh. Paling ga, bisa dibaca yang lain. Eh itu link font-nya udah kukasih di reply comment RITM yak..
Hapusowwww, iya juga sih, aku beli kondisinya juga kekuningan semua, mungkin karena jenis kertasnya kali ya
Hapusokeeee, makasih banyak yah :D
Kok kayaknya aku doang ya yg agak kecewa sama Reputation ini, hihi. Gatau kenapa kesan yg dimunculin dari Rashi di buku kedua sm buku pertama & ketiga beda jauh banget. Aku lebih suka Rashi dr sudut pandang Ad & Maybella, dimana dia kesannya kayak queen bee yg disegani, dingin dan tenang gitu meskipun 'bitchy', sedangkan kalo di Reputation ini Rashi seolah lebih 'heboh' dan rempong gimana gitu :)) Kurang suka juga penulisnya kadang pake dobel '!!' banyak #random
BalasHapusTapi suka juga sih soalnya ditampilin Rashi yg lebih 'membumi', setuju sm Ka Sulis pengen tau lebih banyak ttg Rashi-Ariannya <3
di buku ini emang sisi kemanusiaannya terlihat, mungkin beda melihat sifat seseorang dari pemikiran orang lain dan dari si pelaku sendiri :D
Hapus