Sutradara: Derek Tsang
Penulis naskah: Lam Wing Sum, Li Yuan, Xu Yimeng
Pemain: Zhou Dongyu, Jackson Yee, Yin Fang, Zhou Ye, Zhang Xi Fan
Rilis: 25 Oktober 2019
Durasi: 135 min.
Produksi: Henan Film Group
Based on Jiu Yue Xie's novel In His Youth, In Her Beauty (2016).
Saya sangat menyesal, menyesal kenapa baru tahu tentang film Better Days beberapa hari yang lalu. Saya memang jarang melirik film China, kecuali memang booming sekali seperti Our Times, saya lebih sering menikmati drama televisinya. Saya mengetahui film ini juga secara tidak sengaja, ketika scroll timeline, salah satu sender mandarinfess menulis kutipan film ini. Saya penasaran, saya mencari tahu dan langsung menonton filmnya, bahkan sampai dua kali! Padahal Better Days ini berhasil menembus Oscar sebagai perwakilan Asia untuk nominasi Best International Feature Film.
Memang tidak sering dibicarakan seperti Minari atau Chloe Zhao, sutradara asal China yang menyabet sebagai sutradara terbaik di tahun yang sama, saya benar-benar melewatkan Better Days. Better Days adalah film ketiga asal Hong Kong yang berhasil menembus Academy Award/ Oscar setelah bertahun-tahun absen, terakhir lewat film 90an, Farewell My Concubine (1993) dan Raise the Red Lantern (1991).
Better Days cukup hits waktu penanyangan perdana dan mendapatkan respon yang baik dari para kritikus. Memperoleh rating 97% di Rotten Tomatoes, 8.4 di Douban, dan 9.1 di My Drama List. Tidak hanya itu, pada 39th Hong Kong Film Awards, Better Days berhasil menyabet delapan nominasi dan beberapa di antaranya keluar sebagai juara untuk; Best Director, Best film, Best New Performer (Jackson Yee), Best Actress (Zhou Dongyu).
"It’s a deal. You protect the world , I’ll protect you."
Salah satu penggalan dialog yang membuat saya tergerak untuk menonton film ini. Kalimat magis di film ini. Better Days mengusung genre romantic crime-thriller. Plotnya cukup sederhana, seorang murid teladan korban bullying bertemu dengan preman jalanan, hubungan mereka nanti tanpa sengaja mengarah ke sebuah kasus pembunuhan.
Chen Nian (Zhou Dongyu) adalah salah satu murid terpandai di sekolah, karena murid pindahan dia tidak memiliki banyak teman, dia hanya fokus belajar, mendapatkan nilai lebih dari 600 untuk ujian Gaokao, ujian masuk perguruan tinggi nasional China. Salah satu sedikit teman yang dia kenal ialah Hu Xiao Die (Zhang Xi Fan). Betapa terkejutnya ketika ada kehebohan salah seorang murid bunuh diri dengan lompat dari atas gedung adalah Xia Die, orang yang bersamanya mengangkat krat minuman.
Ketika semua orang hanya melihat, memotret bahkan merekam jasadnya, Chen Nian satu-satunya orang yang mendekat dan menutupinya dengan jaket. Namun, tindakannya yang berani tersebut membuatnya menjadi target bully selanjutnya. Semua orang menutup mata, Chen Nian merasakan apa yang dulu dialami Xiao Die, bahwa tidak ada orang yang mau menolongnya. Ketika ada cairan seperti darah di kursinya, semua orang diam, ketika informasi tentang ibunya yang menjual masker ilegal tersebar, semua orang ikut menertawakannya. Ketika dia dicegat ketika pulang oleh Wei Lai (Zhou Ye) dan teman-temannya, Chen Nian masih bisa bertahan. Puncaknya ketika dia didorong dari tangga, kesahabaran Chen Nian habis sudah.
Dia pun akhirnya melapor ke Zheng Yi (Yin Fang), seorang polisi yang dulu pernah menginterogasinya ketika kasus bunuh diri Xiao Die. Di kesempatan ini, Chen Nian melapor segalanya, bahwa alasan Xiao Die meninggal dulu karena dia di bully, dan sekarang dia korbannya. Karena alasan mereka sudah kelas 12 dan akan mengikuti gaokao, sanksi yang didapatkan Wei Lai dan teman-temannya hanya bentuk skors dan wali kelas mereka dipecat.
Hukuman tersebut tentu tidak membuat mereka jera, mereka marah dan lebih kejam menindas Chen Nian. Karena takut, Chen Nian meminta tolong pada preman jalanan yang pernah dia tolong dulu ketika sedang dikeroyok oleh preman lain, Xiao Bei atau Liu Bei Shan (Jackson Yee). Untuk sementara waktu ancaman Xiao Bei pada Wei Lai cukup ampuh, Chen Nian terlindungi beberapa waktu, dia menjadi fokus belajar, hidupnya kembali damai dan dia merasa aman ketika tinggal bersama Xiao Bei.
Namun, tidak selamanya Chen Nian terlindungi oleh Xiao Bei. Ketika ada kasus pemerkosaan, Xiao Bei dan teman-temannya diinterogasi di kantor polisi, tidak bisa dihubungi hingga hari berganti. Chen Nian tetap sekolah tapi ketika pulang dia dicegat oleh Wei Lai dan teman-temannya. Tidak hanya dipukuli, buku catatannya disobek, rambutnya digunting, dia bahkan hampir ditelanjangi. Ketika Xiao Bei tidak bisa menghubungi Chan Nian dan ketika pulang melihat kondisinya yang mengenaskan, Xiao Bei sangat marah dan ingin mendatangi Wei Lai untuk memberinya ganjaran tapi dihalangi Chen Nian. Dia tidak ingin menambah masalah, dia bisa menahannya, dia hanya ingin lulus ujian gaokao, dia ingin fokus belajar.
Di hari ujian gaokao, ujian yang penuh ketegangan para murid dan harapan bagi para orangtua, terjadi hujan deras sejak semalam dan mengakibatkan longsor. Di tengah runtuhan longsor tersebut ditemukan mayat seorang wanita. Setelah diidentifikasi, korban tersebut adalah Wei Lai. Karena memiliki motif kuat dan tidak memiliki alibi, tersangka utama kasus pembunuh tersebut mengarah pada Chen Nian.
Sejak pertama cerita dimulai kita akan disuguhi aura gloomy, dark dan sendu. Awalnya cukup melow untuk membangun konflik, kemudian bergulir cepat ketika kedua pemeran utama bertemu, sedikit gula, kemudian ketika konflik pecah, tensi mulai meningkat, aura menjadi tegang, misterius dan berakhir pilu. Secara teknis saya tidak jago membahas hal ini, hanya saja saya suka bagaimana cara pengambilan gambarnya, editingnya yang kayak dipotong-potong di bagian yang penting, kemudian di sisipkan ke adegan lain, yang ujungnya nanti membuat plot twist. Sinematografinya nggak perlu didebat, Better Days juga mengantongi Best Cinematography pada Hong Kong Film Award, pun dengan Best Original Film Song untuk lagu Fly yang berkumandang di akhir film. Namun, favorit saya lagu yang dinyanyikan JJ Lin, We Are Well.
Adegan favorit saya tentu saat Chen Nian dan Xiao Bei bersama, ketika Xiao Bei membuntuti Chen Nian dari belakang, mengawasi dan melindunginya. Tidak banyak kata yang terucap dari mereka untuk mengukuhkan hubungan romantis, tidak ada adegan panas untuk menunjukkan perasaan mereka. Hanya dari tatapan mata dan ekspresi wajah, kita akan tahu seberapa besar perasaan mereka satu sama lain. Bahkan, perkembangan hubungan mereka ditunjukkan lewat scene yang cukup cepat di tengah film, tapi emosinya kuat banget. Akting kedua pemeran utamanya memang nggak ada obat.
Walau film ini termasuk film remaja, kedua pemeran utamanya ternyata berusia cukup matang. Zhou Dongyu yang berusia hampir 30 tahun di sini terlihat imut sekali, masih cocok menjadi anak sekolahan. Sedangkan Jackson Yee memang masih muda, kelahiran tahun 2000 tapi bakat aktingnya luar biasa. Dia juga member dari TFBoys, sudah berkecimpung di dunia hiburan sejak kecil, nggak heran di usianya kini dia nangkring di posisi pertama selama dua tahun berturut-turut untuk Tops Forbes China’s Celebrity List (2020 dan 2021).
Saya belum pernah menonton film lain dari dua pemeran utamanya, bahkan saya nggak familier sama mereka padahal beberapa tahun terakhir ini saya banyak nonton c-drama. Kecuali Zhou Dongyu, waktu awal nonton saya sempat merasa tidak asing, ternyata dia yang main di Ancient Love Poetry, gara-gara dibintangi Xu Kai, saya jadi ngeh. Dulu sempat juga ingin menonton Us and Them yang dibintangi dia juga, tapi urung melihat endingnya. Sedangkan untuk Jackson Yee, drama yang terkenal dan sempat ingin saya coba ialah The Longest Day in Chang'an. Mereka lebih berjaya di film ketimbang drama, karena kebanyakan drama mereka bukan cangkir teh saya, makanya baru berjodoh sekarang.
We are in the gutterbut some of us are looking at the stars.
Ada dua adegan yang cukup membekas bagi saya, pertama ketika senior polisi berkata pada Zheng Yi yang cukup serius menangani kasus bullying. Seniornya berkata kalau kasus perundungan di sekolah cukup rumit, mereka tidak bisa mengajukan tuntutan kalau tanpa bukti kuat. Kementrian Pendidikan akan selalu mengintervensi, kasus perundungan dianggap biasa di sekolah. Karena kasus terjadi di sekolah, bukan berarti sekolah bertanggung jawab, kepala sekolah akan menyalahkan guru, guru akan menyalahkan orangtua, sedangkan orangtua akan berkelit tidak punya waktu untuk selalu mengawasi anaknya karena sibuk dengan pekerjaan.
Cukup menarik, karena untuk memerangi perundungan memang dibutuhkan kerjasama dari berbagai pihak. Sebagai teman misalnya, kita tidak boleh abai, langsung lapor ketika melihat ada teman yang dibully. Disisipkan juga minimnya peran orangtua di sini. Misalkan saja dari sudut pandang Wei Lai kenapa dia jadi perundung. Berasal dari keluarga kaya tapi broken home, sudah setahun dia tidak bicara dengan ayahnya, dia mungkin dituntut untuk menjadi selalu sempurna, hingga melampiaskan ke teman yang lemah
Sedangkan Chen Nian sendiri sering sendirian di rumah, ibunya selalu pergi bekerja ke luar kota, dia tahu keluarganya hidup miskin dan tidak ingin menambah beban ibunya. Makanya ketika dia dibully dia diam saja dan bilang pada ibunya kalau percaya saja padanya. Dengan mendapatkan nilai bagus dan berhasil masuk ke universitas, Chen Nian percaya kehidupannya akan lebih baik. Dia bukan orang yang lemah, tindakannya sudah benar ketika melapor polisi. Hanya saja karena mereka menganggap kasus bullying dianggap ringan dan pihak sekolah memberi mereka kesempatan tanpa adanya hukuman yang serius, mereka semakin menjadi. Chen Nian tidak lagi bisa percaya pada mereka, dia lebih memilih menggantungkan nasibnya pada Xiao Bei, seorang preman jalanan yang tanpa pamrih menolong.
Better Days bisa menjadi contoh koreksi kalau kasus perundungan bila tidak ditangani secara serius bisa berakibat sangat fatal, bisa berujung kematian. Di akhir film kita akan mendapati informasi bahwa pemerintah China sangat konsen terhadap kekerasan di sekolah, bahkan tidak segan memberi hukuman berat pada remaja yang terlibat kasus perundungan. Selain itu juga memprakarsai implementasi rencana keselamatan sekolah. Bahwa dibutuhkan semua pihak untuk memerangi perundungan, sekolah memang di garis depan, tapi tidak akan berjalan tanpa peran semua orang, baik guru, orangtua, teman, masyarakat maupun hukum. Hal yang seharusnya diterapkan di sini atau di manapun berada.
Ibuku bilang, keuntungan dari bertambah tua adalah kita mulai lupa banyak hal. Jangan biarkan apa pun mempengaruhimu. Pada akhirnya, kau akan melupakannya. Namun, mereka tidak mengajarimu cara menjadi orang dewasa.
Adegan berkesan kedua adalah ketika Zheng Yi bertanya pada pada Chen Nian bagaimana rasanya menjadi dewasa? Selain dua tokoh utama, Zheng Yi adalah tokoh favori saya lainnya. Dia salah satu dari sedikit polisi yang mengganggap kasus bullying itu serius, sejak awal dia serius menangani hanya saja dia tidak bekerja sendirian, banyak aturan yang membuatnya tidak bisa apa-apa. Tapi dia serius ingin menolong Chen Nian. Banyak penyesalan yang kita lakukan sewaktu masih muda, salah satu aspek yang membuat kita dewasa.
Better Days saya rekomendasikan sepenuh jiwa raga, saya tidak akan bosan menontonnya berulang kali, salah satu jenis film yang harus ditonton banyak orang!
Ada yang tahu bedanya antara "was dan "used to be"?Siapa saja?"was" berarti sudah lewat.Faktanya, kedua kata itu berarti sudah lewat.Namun bedanya, kata "used to be" membawa rasa kehilangan.
menarik sepertinya ini film
BalasHapusHuaaa keren artikelnya. jadi pengen nonton lagiii
BalasHapusManteppp, dah 2x rewatch nih film, emang beneran jempoll
BalasHapus