Judul buku: Dua Jejak (Satu Ruang #2)
Penulis: Aqessa Aninda
Penyunting: Dion Rahman
Desainer sampul: @Hayharits
Penerbit: PT Elex Media Komputindo
ISBN: 978-623-00-0612-8
Cetakan pertama, September 2019
440 halaman
Butelan dari @fairywoodpprink
Katanya, untuk beranjak dan melanjutkan kehidupan kadang perlu dibantu orang lain.
“Aku ngerti, dia berarti banget buat kamu dan kamu nggak bisa dapetin dia, aku tahu. Makanya kamu pilih aku. Waktu kamu ajak aku jalan, aku tahu aku bukan pilihan pertama kamu. Aku udah siap dengan semua konsekuensi itu...”
Dan menjadi realistis katanya adalah pilihan yang tepat.
“Terima kasih sudah menjaga aku tetap waras....”
Tapi bukankah kebahagiaan seharusnya kita yang ciptakan sendiri?
“Kinan ingin berterima kasih pada mereka dengan cara berhenti bersedih dan mulai belajar menjadi bahagia tanpa bertumpu dengan orang lain. Kinan tahu ini mungkin nggak masuk akal buat sebagian orang. Tapi Kinan yang paling tahu diri Kinan sendiri. Kapan Kinan harus lari, kapan Kinan harus berhenti.”
Dan menjadi realistis itu tetap harus jujur dengan perasaan kita sendiri bukan?
“Gue pengin memiliki lo bukan karena berkompetisi dengan siapa pun. Bukan juga karena gue butuh seseorang di samping gue. Bukan pengin punya seseorang yang bisa gue pamerin ke orang-orang. Jadi jelasin sebelah mananya gue anggap lo barang? Menurut lo selama ini gue ngapain? Apa lo nggak sadar sama sekali? Does he love you better than I do?”
Ini adalah bagian akhir dari kisah empat orang yang harus mengurai benang kusut di antara mereka. Karena setiap orang punya ruang khusus untuk untuk seseorang yang sulit untuk digantikan oleh orang lain. Mereka mengukirnya sedemikian rupa hingga tak ada senyawa apa pun yang mampu menghapusnya begitu saja.
Melanjutkan kisah Satu Ruang, masih bercerita tentang Satrya yang ingin membuka lembaran baru dengan Kinan, dua orang yang punya masa lalu sulit dilupakan, mereka mencoba mencari kebahagiaan. Namun, ketika Satrya serius mendekati Kinan, perempuan tersebut malah membuat jarak, menjauh bahkan menghilang dari Satrya. Nahasnya, Kinan masih eksis, dia masih aktif di Instagram bahkan sempat liburan ke luar negeri, dia bisa dihubungi orang lain. Namun, setiap dia mengirim pesan dan menanyakan kabar, Kinan tidak pernah membalas. Kinan seperti menghilang ditelan bumi, hanya Satrya yang Kinan hindari.
Di saat galau dengan perasaanya, Satrya bertemu dengan Sabrina yang bisa membuatnya tertawa dan melupakan masalahnya sejenak. Sabrina selalu ada bila Satrya membutuhkan. Di sisi lain, Sabrina kecewa dengan laki-laki yang diam-diam dia cintai sejak remaja dulu. Mereka pun membuat kesepakatan untuk menjalin hubungan secara serius, mencoba sama-sama move on dengan bantuan orang lain. Bila salah satu di antara mereka ada yang tidak nyaman, mereka bisa putus secara sukarela.
Abi menyesal dengan tindakannya, dia mengatakan apa adanya, hanya saja caranya mengungkapkan malah melukai Sabrina dan kehilangan dirinya. Abi mulai instropeksi, apa yang salah dengan dirinya, belajar memahami Sabrina dan dirinya sendiri. Dan dia tidak akan menyerah mendapatkan Sabrina kalau hubungannya dengan Satrya tidak serius. Di sisi lain, Kinan masih menata hatinya, berusaha kuat tanpa bantuan orang lain. Namun, ketika tahu Satrya sakit parah, mau tidak mau Kinan tidak bisa membohongi isi hatinya.
"Bi, tau cara ngelumerin es batu? Ya taruh di tempat yang hangat. Bukan dilawan pakai benda keras atau angin, nanti malah hancur. Sama kayak hati yang ingin dan keras, harus dengan perbuatan yang hangat buat meluluhkannya," ujar Lasha sok menasihati kakaknya.
"Satu hal yang perlu lo tau, Sab. Perasaan itu akan tetap ada. Tapi gue nggak akan menuntut apa pun dari lo. Karena gue sadar, sesuatu yang tulus nggak seharusnya menuntut balasan," tutup Abi kemudian.
"Ternyata kadang orang lebih sempurna dalam pikiran kita ya?"
"Iya, pasti begitu. Semotimes we love the idea of a person in our mind, more than the person it self."
Dua Jejak tebalnya hampir sama dengan Satu Ruang, maka tidak heran kalau dibagi menjadi dua bagian, tidak bisa membayangkan kalau hanya tersusun satu buku saja, hehehe. Saya bisa memahami kenapa ceritanya begitu tebal hanya untuk cinta segi tiga saja, yang berkembang menjadi cinta segi empat, karena penulis juga menceritakan orang-orang di sekitar mereka, dengan porsi yang pas tentunya. Selain itu, konflik keempat tokohnya pun seperti benang kusut, yang memang tidak sebentar untuk mengurainya. Sama seperti review sebelumnya, saya akan membedah review ini menjadi empat plot cerita, ada tambahan satu dari sebelumnya. Satrya-Kinan, Satrya-Sabrina, Sabrina-Abi, Radhi-Arinka.
Satrya-Kinan. Porsi mereka tidak sebanyak buku pertama, di buku ini lebih ke penyelesaian masalah, tidak banyak interaksi yang terjalin, melihat Kinan masih menjaga jarak dengan Satrya. Lebih ke bagaimana cara mereka survive, Satrya dengan menyembuhkan hati lewat Sabrina, sedangkan Kinan lebih ke mendekatkan diri ke Tuhan dan mencari kesibukan.
Satrya-Sabrina. Seperti dengan perjanjian mereka di awal hubungan, hubungan mereka serius tapi tidak mengekang. Satrya masih mencoba mencari cara menghubungi Kinan di saat dia masih berhubungan dengan Sabrina, dia ingin memperjelas apa sebenarnya hubungan mereka. Sabrina sendiri memperbolehkan Satrya menyelesaikan masalahnya, tapi lama kelamaan dia merasa terganggu, terlebih Satrya tidak bicara jujur, dia melakukan pencarian di belakangnya, laiknya pasangan yang selingkuh. Selain itu, bila Sabrina berurusan dengan Abi, Satrya seperti tidak rela, maruk banget, sih, mas.
Berbeda dengan kehadiran Sabrina-Abi di buku pertama yang bisa dibilang selingan, di buku ini porsi mereka cukup banyak, sesuai harapan saya di review buku pertama. Ada bagian falshback ketika mereka masih SMA, saat mereka bertemu pertama kali dan jatuh cinta. Bagian Sabrina-Abi ini yang menjadi favorit saya, apalagi cara Abi mendekati Sabrina lewat buku His Dark Materials atau hal-hal yang disukai Sabrina, suka banget obrolan mereka!
Radhi-Alinka. Porsi mereka nggak sebanyak di buku pertama tapi kalian akan melihat perkembangan hubungan mereka, Alinka yang tidak sejudes sebelumnya, Radhi masih tetap konyol tapi nggak sengoyo dulu, lebih ke pasrah tapi nggak pasrah amat, hahaha, emang ribet banget dia. Kehadiran mereka yang sebagai pemeran pembantu, khususnya di pihak Satrya-Kinan cukup kerasa dan pas. saya suka bagaimana penulis membuat Radhi yang nggak bocor soal Kinan, lebih ke biarkanlah waktu yang membantu masalah mereka, terasa dewasanya, lah di balik kelakuannya yang ambyar itu.
Saya utarakan dulu kekurangannya. Dari segi rating memang berbeda dengan buku pertama, saya jauh lebih menikmati buku pertama. Bukan karena jelek, buku pertama jauh lebih menghibur. Buku ini bisa dibilang lebih serius dari buku pertama, konfliknya lebih kompleks seperti benang kusut karena tidak hanya tentang Satrya-Kinan saja, ada tentang Sabrina-Abi. Jujur saja, Satrya bukan tokoh favorit saya di buku ini, pun dengan Kinan sejak buku pertama. Satrya terlalu pasrah dan pilihannya yang malah berpacaran dengan Sabrina, di saat hatinya untuk orang lain membuat saya sebal dengan dirinya.
Sedangkan Kinan terlalu lemah, saya tahu dia memang bukan karakter yang kuat, dia terlalu gloomy dan tidak bisa tegas, dia terlalu lembut. Saya tidak menyalahkan penulis karena menciptakan karakter seperti ini, ya Kinan memang seperti itu, kita sebagai pembaca tidak bisa menyetir karakter seperti apa yang diciptakan penulis. Kita hanya perlu menyukainya atau sebaliknya. Jadi tertolong banget dengan kehadiran Sabrina-Abi karena mereka lah karekter favorit saya di buku ini, selain Radhi tentunya, hehehe.
Sisi humorisnya dan kehadiran Geng Fogging tidak sekental buku pertama, ya karena buku ini memang lebih serius dan bagian dari penyelesaian masalah, beberapa orang sekaligus. Hanya merasa kehilangan saja, karena saya suka banget dengan kehadiran mereka, obrolan receh masih ada cuma kurang banyak. Dan kekurangan berikutnya, saya tidak menyukai covernya, hehehe. Sebagai masukan, mungkin ke depannya bisa minta voting pembaca.
Satrya-Kinan. Porsi mereka tidak sebanyak buku pertama, di buku ini lebih ke penyelesaian masalah, tidak banyak interaksi yang terjalin, melihat Kinan masih menjaga jarak dengan Satrya. Lebih ke bagaimana cara mereka survive, Satrya dengan menyembuhkan hati lewat Sabrina, sedangkan Kinan lebih ke mendekatkan diri ke Tuhan dan mencari kesibukan.
Satrya-Sabrina. Seperti dengan perjanjian mereka di awal hubungan, hubungan mereka serius tapi tidak mengekang. Satrya masih mencoba mencari cara menghubungi Kinan di saat dia masih berhubungan dengan Sabrina, dia ingin memperjelas apa sebenarnya hubungan mereka. Sabrina sendiri memperbolehkan Satrya menyelesaikan masalahnya, tapi lama kelamaan dia merasa terganggu, terlebih Satrya tidak bicara jujur, dia melakukan pencarian di belakangnya, laiknya pasangan yang selingkuh. Selain itu, bila Sabrina berurusan dengan Abi, Satrya seperti tidak rela, maruk banget, sih, mas.
Berbeda dengan kehadiran Sabrina-Abi di buku pertama yang bisa dibilang selingan, di buku ini porsi mereka cukup banyak, sesuai harapan saya di review buku pertama. Ada bagian falshback ketika mereka masih SMA, saat mereka bertemu pertama kali dan jatuh cinta. Bagian Sabrina-Abi ini yang menjadi favorit saya, apalagi cara Abi mendekati Sabrina lewat buku His Dark Materials atau hal-hal yang disukai Sabrina, suka banget obrolan mereka!
Radhi-Alinka. Porsi mereka nggak sebanyak di buku pertama tapi kalian akan melihat perkembangan hubungan mereka, Alinka yang tidak sejudes sebelumnya, Radhi masih tetap konyol tapi nggak sengoyo dulu, lebih ke pasrah tapi nggak pasrah amat, hahaha, emang ribet banget dia. Kehadiran mereka yang sebagai pemeran pembantu, khususnya di pihak Satrya-Kinan cukup kerasa dan pas. saya suka bagaimana penulis membuat Radhi yang nggak bocor soal Kinan, lebih ke biarkanlah waktu yang membantu masalah mereka, terasa dewasanya, lah di balik kelakuannya yang ambyar itu.
Saya utarakan dulu kekurangannya. Dari segi rating memang berbeda dengan buku pertama, saya jauh lebih menikmati buku pertama. Bukan karena jelek, buku pertama jauh lebih menghibur. Buku ini bisa dibilang lebih serius dari buku pertama, konfliknya lebih kompleks seperti benang kusut karena tidak hanya tentang Satrya-Kinan saja, ada tentang Sabrina-Abi. Jujur saja, Satrya bukan tokoh favorit saya di buku ini, pun dengan Kinan sejak buku pertama. Satrya terlalu pasrah dan pilihannya yang malah berpacaran dengan Sabrina, di saat hatinya untuk orang lain membuat saya sebal dengan dirinya.
Sedangkan Kinan terlalu lemah, saya tahu dia memang bukan karakter yang kuat, dia terlalu gloomy dan tidak bisa tegas, dia terlalu lembut. Saya tidak menyalahkan penulis karena menciptakan karakter seperti ini, ya Kinan memang seperti itu, kita sebagai pembaca tidak bisa menyetir karakter seperti apa yang diciptakan penulis. Kita hanya perlu menyukainya atau sebaliknya. Jadi tertolong banget dengan kehadiran Sabrina-Abi karena mereka lah karekter favorit saya di buku ini, selain Radhi tentunya, hehehe.
Sisi humorisnya dan kehadiran Geng Fogging tidak sekental buku pertama, ya karena buku ini memang lebih serius dan bagian dari penyelesaian masalah, beberapa orang sekaligus. Hanya merasa kehilangan saja, karena saya suka banget dengan kehadiran mereka, obrolan receh masih ada cuma kurang banyak. Dan kekurangan berikutnya, saya tidak menyukai covernya, hehehe. Sebagai masukan, mungkin ke depannya bisa minta voting pembaca.
Saya senang banget bagian Sabrina-Abi cukup banyak, karena sejak di Satu Ruang saya berharap porsi mereka sebanyak Satrya-Kinan. Saya suka dengan karakter Abi yang bagi saya bukan overprotective ya, lebih ke ingin melindungi orang yang dia sayang saja, yang perhatiannya jauh di atas rata-rata, dan dia tipe orang yang dingin, yang lebih banyak aksi daripada mengumbar kata-kata. Makanya dia banyak salahnya di mata Sabrina karena kekauan dirinya dan sama-sama keras kepala. Kalau di buku pertama saya #TimRadhi, maka di Dua Jejak ini saya #TimAbi, hehehe.
Walau bisa dibilang nggak puas banget, saya cukup senang membaca keruwetan kisah cinta Satrya dan Abi ini, jarang-jarang loh saya lebih menyukai second lead daripada pemeran utamanya. Ngomong-ngomong soal Abi, di bagiannya kita akan samar-samar mendapatkann cerita tentang Lasha, adik Abi dan sahabat Sabrina ini. Kalau lihat di wattpad-nya penulis, cerita bagian Lasha ini secara timeline ada sebelum Satu Ruang, judulnya Past, Present, and Repeat. Sayangnya ceritanya sudah dihapus, padahal pengen banget baca. Secara voting pun, Raesangga menduduki peringkat pertama dari semua karakter cowok yang dibuat penulis, mengalahkan Ghilman! Kan penasaran, hiks. Semoga saja nanti diterbitkan, ya.
Selain Past, Present and Repeat yang berharap diterbitkan, sudah kangen dengan keeksisan Geng Fogging, saya juga menantikan Runaway From You dan Back to You. Saya suka banget ceritanya, bisa dibilang favorit saya setelah Secangkir Kopi dan Pencangkar Langit untuk sementara ini. Semoga saja segera ada buku terbaru dari Aqessa Aninda yang segera diterbitkan. Jangan sampai dua tahun lagi, dong :p
Buku ini wajib kalian baca kalau sudah pernah membaca Satu Ruang karena merupakan bagian penyelesaikan semua konflik yang ada. Memang nggak sehumoris buku pertama, bukunya lebih serius dan kita lebih bisa memahami karakter masing-masing tokohnya, apa yang mereka rasakan apa yang sebenarnya mereka inginkan. Jadi, kalian tim siapa?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan berkomentar, jejakmu sangat berarti untukku :*