Sebenarnya lagi nggak mood untuk bikin cerita, terlebih emang dasarnya saya nggak jago, hahaha, tapi akan saya coba tantangan dari editor untuk membuat sesi wawancara penulis menjadi lain daripada yang lain.
***
Membaca buku dari penulis yang baru menerbitkan karya dan belum pernah mencicipi tulisan dia sebelumnya tentu menjadi tantangan tersendiri, terlebih bagi Peri Hutan, seorang publisis gagal karena terlalu idealis, yang memiliki motto finding the next great book dalam hidupnya, untuk mengulik lebih jauh. Dia menyempatkan hadir pada talkshow yang diadakan penerbit untuk menyambut buku terbaru dari Nimas Aksan, penulis yang digadang-gadang akan memiliki masa depan cerah dalam kariernya.
Berbeda dengan audiens yang lain, dia mendekati penulis dengan cara yang berbeda, setelah acara selesai. Peri Hutan sengaja menemui penulis secara khusus untuk misi artikel yang akan dia buat, untuk menjawab pertanyaan yang hanya bisa dijawab penulis perihal buku terbarunya, Impian Demian. Dia menemui penulis di sela-sela istirahat, ketika penulis selesai sholat magrib, pertemuan tersebut terjadi di mushola toko buku.
"Selamat malam, Mbak Nimas, perkenalkan saya Peri Hutan, seorang publisis eh blogger buku yang ingin mewawancarai mbak secara personal perihal buku terbarunya, Impian Demian," ujar Peri Hutan yang cukup mengagetkan penulis karena tiba-tiba saja menampakkan diri.
"Oh, halo, salam kenal juga. Boleh, boleh, kenapa tidak di acara tadi?" Sambutnya dengan wajah yang bersahabat tapi penuh tanya."
"Saya ingin membuat artikel khusus, sehingga tidak ingin banyak orang yang tahu, biar mereka nantinya tahu dari membaca tulisan saya, hehehe."
"Baiklah, sambil duduk saja ya ngobrolnya."
Mereka pun memilih tempat yang nyaman agar bisa membahas topik dengan santai, tempat duduk panjang yang terbaut dari kayu yang tersedia di depan mushola. Tidak membutuhkan waktu lama untuk berbasa basi, Peri Hutan mengeluarkan ponsel untuk merekam dan pertanyaan pun langsung dilontarkan. "Sekarang, kan, trennya wattpad, apakah Impian Demian juga berasal dari platform tersebut? Seberapa jauh perbedaanya dengan versi cetak kalau iya?"
Dengan wajah tersenyum manis, Nimas Aksan menjawab dengan singkat dan jelas, "Nggak, say, Aku nggak nulis Demian di wattpad. Aku nggak nyaman nulis di sana. Ada sih akun aku dan satu cerita yang nggak dibikin bikin lagi, hehehe."
"Wah, jarang banget, nih, padahal hampir kebanyakan penulis memilih media tersebut untuk menampilkan karyanya, hehehe." Mengambil jeda sedikit untuk merapatkan sweater karena udara semakin dingin, Peri Hutan melanjutkan penasarannya. "Saya lihat di Impian Demian lebih fokus ke impiannya daripada kisah cintanya, apakah memang dari awal menitikberatkan pada konflik tersebut daripada kisah cintanya?"
"Iya bener, aku lebih ingin mengangkat cerita yang membumi tentang impian, keluarga dan persahabatan. Juga tentang dunia usaha yang beda banget tantangannya sama zaman kuliah. Kalau romance, itu hanya pelengkap saja bukan tujuan utama. Karena aku sendiri kurang begitu suka cerita yang pure cinta cintaan doang tanpa kita dapat sisi sisi lain yang menarik untuk diungkap." Jawab penulis dengan sangat antusias.
"Ada beberapa tokoh yang sepertinya akan menjadi cerita di buku lainnya, apakah memang mau dibuat series? Kalau iya, nanti akan ada berapa buku dan siapa saja tokoh utamanya?"
"Setelah Demian memang akan diterbitkan novel Aryabuaya, di mana Arya ini pernah disinggung juga dalam novel Impian Demian, bahwa dia sahabat masa kecil Demian. Tokoh Dewi, Rio dan Hans juga muncul di novel Arya. Sebagai cameo saja. Memang rencananya aku sama Pak Editor ini punya tiga project novel yang ketiganya berhubungan tokoh tokohnya satu sama lain. Setelah Aryabuaya, tersisa satu novel lagi." Nampaknya Peri Hutan kurang puas dengan jawaban tersebut karena penulis tidak menyebutkan siapa yang akan menjadi tokoh utama dalam novel ketiga, dalam hati dia beranggapan mungkin masih rahasia dan akan dia temukan sendiri ketika Aryabuaya terbit, sama seperti ketika membaca impian Demian bahwa Arya akan menjadi tokoh utama di buku selanjutnya.
Dengan penuh selidik lagi, Peri Hutan melanjutkan pertanyaan berikutnya. "Riset seperti apa yang Mbak Nimas lakukan untuk Impian demian ini? Melihat dunia kosmetik cukup banyak dibahas."
"Dunia kosmetik nggak terlalu sulit risetnya, kecuali bagian strategi marketingnya, itu perlu referensi khusus. Kebetulan aku ambil dari salah satu film Hollywood tentang perusahaan dan marketplace. Juga dari kebiasaan aku sehari-hari melihat sistem pemasaran di salon kecantikan atau toko kosmetik. Yah, namanya juga cewek, hehehe." Setalah tawanya mereda, penulis melanjutkan bahasan darimana riset yang dia dapat untuk mendukung tulisannya. "Riset lainnya soal dunia arsitektur itu aku dapetin dari keponakan yang memang arsitek dan bekerja di perusahaan property besar milik bapak Ciputra."
"Wah seru juga proses penulisannya. Baiklah, ini pertanyaan terakhir biar waktu yang mbak Nimas korbankan bagi saya tidak terlalu banyak, hehehe."
"Santai saja, seneng kok bisa ditanya-tanya." Dengan senyum yang senantiasa mengulum, penulis dengan sabar menjawab pertanyaan panjang dari Peri Hutan.
"Menurut Mbak Nimas, bagaimana tangapan mengenai wattpad? Melihat banyak orang yang cukup skeptis dan meremehkan media tersebut?"
"Aku sebenarnya menilai itu bagus ya, ada sarana untuk penyaluran bakal nulis buat anak zaman now. Kalau memang digunakan dengan baik pastilah keren jadinya, akan banyak lahir penulis berbakat yang sebelumnya sulit mendapatkan tempat meski sekadar untuk eksistensi. yang dikhawatirkan itu jika kurang adanya filter sehingga segala macam cerita bisa dibaca siapa saja." Jeda sebentar untuk mengambil napas karena bahasan yang cukup sensitif, penulis melanjukan pendapatkanya. "Kekhawatiran lainnya timbul saat aku baca perang komennya. Yah, namanya zaman medsos ya. Tapi itu bener-bener bikin prihatin. Semoga saja bisa ada filter yang bikin wattpad ini jadi ajang nulis dengan risiko negatif yang sangat kecil. Atau mari biasakan ajak anak muda yang mau nulis untuk membaca buku berkualitas yang sudah karuan terbit di toko buku, karena bukunya sudah melewati editing dan sensor yang ketat." Jawabnya dengan antusias.
"Saran saya, kalau mau nulis bagus, ya bacalah karya karya bagus, nanti standar tulisanmu bisa sebagus itu. Di wattpad, banyak yang nulis asal jadi, saya khawatir kalau itu dijadikan standar para pembacanya, gimana nanti dunia literasi? Kemampuan nulis bagus bisa berantakan. Memang nggak semua jelek, yang bagus banyak. Pintar-pintar saja milih bacaan." Penulis mengakhiri statmennya dengan mantap.
"Wah, mencerahkan sekali pendapatnya, hehehe. Memang perlu kontrol karena tidak ada sensor dan rawan membaca yang tidak sesuai dengan usia." Sambil memasukkan ponsel sehabis merekam wawancara, Peri Hutan mengucapkan rasa terima kasih karena penulis bersedia diganggu. Peri Hutan juga mengatakan kalau semoga berkenan bila sewaktu-waktu ada yang perlu ditanyakan lagi, mereka pun bertukar kontak dan berbagi senyum. Meniggalkan penulis yang masih berlama-lama di mushola, Peri Hutan bersiap menuliskan apa yang dia dapat hari itu.
ya Allah.. mushola toko buku. aku bener-bener nggak kepikiran. aku kira ka sulis bakal bikin di Toko bukunya beneran wkwkwk
BalasHapusBut salut! ini keren!!!
Hahahaha, habis ngobrolnya emang beneran pas mbak Nimas lagi istirahat, jadi sekalian aja deh XD
Hapus