Sebelum ada yang bertanya kenapa buku bergenre non romance bisa nangkring di sini, saya klarifikasikan bahwa (halah) sejak tadi malam sampai pagi ini -dan saya belum juga tidur- entah kenapa mencoba berkali-kali posting tidak bisa, karena capek, deadline sebentar lagi dan bingung mau naruh di mana ini review (sebenernya udah buat wordpress lagi tapi masih bingung cara makenya) jadi untuk sementara saya taruh di sini saja. Lagian buku ini juga ada cintanya kok, cinta kepada Tuhan dan makhluk ciptaannya yang paling seksi :p. Semoga Kutu Bokek segera membaik *amin*
Penulis: Yann Martel
Alih bahasa: Tanti Lesmana
Penerbit: Gramedia
ISBN: 979-22-1106-3
Cetakan keempat: November 2007
446 halaman
Nemu buku ini di diskonan Gramedia Slamet Riyadi yang diskonnya lumayan menggiurkan, 40%, asal ambil aja karena tertarik dengan cover dan label The Man Booker Prize, menurut pengalaman sebelumnya membaca buku yang berlabel sama sangat suka, jadi tanpa pertimbangan langsung masuk kantong belanjaan. Mungkin saya memang berjodoh dengan buku ini, tidak lama setelah membelinya, teman-teman BBI memutuskan kalau bulan Agustus ini tema baca barengnya adalah 1001 books you must read before you die, dan buku ini masuk di dalamnya, menggeser calon buku 100 Tahun Kesunyian yang awalnya menjadi kandidat untuk posting bareng. Alasan lainnya adalah buku ini akan difilmkan dan rencana rilis akhir tahun ini, baca dulu bukunya baru tonton filmnya :D. Membaca sinopsisnya menginggatkan saya akan film Cast Away (2000) yang dibintangi Tom Hanks, film yang membuat saya menggangga tidak percaya dan berandai-andai kalau saya mengalami hal seperti itu mungkin saya akan lebih memilih bunuh diri, tidak sanggup membayangkan beban psikis yang dialami. Kalau di film itu Tom Hank terdampar di sebuah pulau tak berpenghuni selama empat tahun, di buku ini tokoh utama terdampar di Samudra Pasifik selama kurang lebih tujuh bulan di sebuah sekoci bersama dengan Zebra, Heyna, Orang Utan Betina Kalimantan dan harimau Royal Bengal seberat 225 kg. Ada yang lebih hebat lagi nggak selain bunuh diri?
Kalau kita sudah banyak menderita dalam hidup ini, setiap tambahan penderitaan jadi terasa tak tertahankan, sekaligus tak berarti.
Dibagi menjadi tiga bagian, bagian pertama berjudul Toronto dan Pondicherry, bagian masa sekarang dan masa lalu. Alurnya flash back dan diambil dari sudut pandang orang pertama dan ada juga font bergaris miring yang membuat saya bingung bingung, ini siapa yang ndesel-ndesel ingin tampil. Dimulai dari "penderitaan" mengambil dua gelar sarjana di bidang kajian-kajian keagamaan dan zoologi, asal mula nama Picine Molitor Patel di mana sebagian besar orang salah melafalkannya menjadi Pissing. Hahaha, kalau orang jawa menyebutnya pesing. Geram karena panggilannya itu, tiap kali memperkenalkan diri kepada gurunya, dia akan langsung menuju ke depan kelas, menuliskan nama panjangnya kemudian nama panggilannya, Pi Patel, sebagai penegasannya lagi dia akan menulis salah satu lambang geometri dasar, diameter, phi atau 3,14 :)).
Dua cerita yang paling dominan di bagian pertama ini adalah tempat tinggal Pi dan agama yang dipeluknya. Pi adalah pemuda berumur 16 tahun, anak seorang pemilik kebun binatang di Pondicherry, salah satu wilayah kecil yang berada di India. Kebun binatang bagi Pi adalah surga dunia dan dia tidak sependapat kalau kebun binatang adalah "penjara". Dalam hal ini, setelah membaca analisis Pi saya jadi mengiyakan pendapatnya. Kalau sebenarnya binatang lebih aman dan terurus di kebun binatang, makan tepat waktu dan bila sakit ada dokternya. Apalagi dengan pendapatnya yang "binatang" paling berbahaya di kebun binatang adalah manusia. Kebiasaan manusia yang suka memberi makan sembarangan dan berbuat iseng kepada binatang bisa mencelakakan mereka. Saya tidak suka ke kebun binatang, saya tidak suka binatang, dulu waktu kecil setiap diajak piknik ke kebun binatang saya selalu males, nggak asik, manfaatnya kita memang lebih mengenal bermacam-macam binatang, hanya itu manfaatnya. Saya takut dengan binatang, apa pun itu (abaikan kalau nyamuk itu binatang). Membaca bagian Pi ketika dia hidup di kebun binatang rasanya sedikit berbeda, putra raja yang memiliki istana begitu mewah dan luas ditambah koleksi binatang yang lengkap. Membaca bagian ini akan menambah pengetahuan tentang dunia perkebun binatangan.
Aku tahu kebun binatang tidak lagi mendapat tempat di hati orang. Sama halnya dengan agama. Keduanya dijangkiti ilusi-ilusi tertentu tentang kebebasan.
Kemudian soal agama, seorang Hindu, bersekolah di sekolah Kristen, dan jatuh cinta pada sajadah. Banyaknya pandangan tentang agama di sekitar kehidupannya membuat dia penasaran, rasa ingin tahu yang tinggi memacu dia mempelajari setiap ajarannya masing-masing dan dia menemukan kedamaian di setiap agama tersebut, dia pun memeluk ketiga agama tersebut. Bagian dialog antar agama kocak dan membingungkan semua yang sedang berdebat, kecuali Pi. Saya pernah seperti Pi, dibesarkan dalam keluarga beda agama membuat saya bingung, bingung memilih mana yang benar dan mana yang harus saya yakini. Dalam hal ini, saya memilih satu agama saja :)).
Itulah pertama kalinya aku tahu bahwa orang-orang ateis adalah saudara-saudaraku juga, yang memiliki keyakinan berbeda. Setiap kata yang mereka ucapkan menunjukkan keyakinan mereka.
Memilih keraguan sebagai falsafah hidup sama halnya memilih kemandekan sebagai sarana transportasi.
"Aku tidak mengerti, kenapa aku tidak boleh jadi tiga-tiganya sekaligus? mamaji punya dua paspor. India dan Prancis. Kenapa aku tidak bisa jadi Hindu, Kristen, dan Muslim?"
Bagian dua, Samudra Pasifik, bagian yang sudah saya tunggu-tunggu dari awal membuka lembar pertama buku ini. Karena konflik politik di India membuat ayah Pi panik dan memutuskan untuk pindah, menjual semua binatang dan mencari kehidupan baru. Pada tanggal 22 Juni 1977 keluarga Pi meninggalkan Madras, Pondicherry menuju Canada dengan menumpang kapal barang Jepang berbendera Panama, Tsimtsum. Pada tanggal 2 Juli 1977 kapal mereka tenggelam, hampir menenggelamkan semuanya, binatang-binatang yang akan di jual ke negeri Paman Sam, para awak dan penumpangnya. Yang tersisa hanya sebuah sekoci, anak laki-laki berumur 16 tahun, seekor Zebra yang patah salah satu kaki, heyna yang sering lapar, Orange Juice - orang utan betina dari Kalimantan dan Richard Parker, harimau Royal Bengal, predator paling berbahaya. Bersama-sama mereka mengarungi Samudra Pasifik yang entah berujung di mana, ekosistem baru terbentuk, rantai makanan tercipta. Yang paling berkuasa adalah pemenangnya.
Bagian terakhir, baca sendiri.
Anda tidak menyadari bahwa bagi binatang-bnatang liar, kita-manusia-adalah species yang aneh dan mengerikan. Kita membuat mereka takut. Sedapat mungkin mereka menghindari kita. Perlu waktu berabad-abad untuk mengenyahkan rasa takut pada beberapa jenis binatang yang mudah dikendalikan-dijinakkan, istilahnya-tapi kebanyakan binatang tidak bisa membuang rasa itu, dan rasanya tidak akan pernah bisa. Binatang liar menyerang kita kalau merasa sangat terdesak. Mereka menyerang kalau merasa tidak ada cara lain lagi. Itulah pertahanan terakhir mereka.
Sempet bosan di awal, saya pikir cerita langsung ke intinya yaitu terdamparnya Pi di dalam sekoci bersama dengan binatang buas tersebut, dari awal kita malah disuguhi menu pembuka yang menurut saya terlalu lambat dan masih mempertanyakan apa hubungannya ketiga agama Pi dengan karamnya kapal Tsimtsum? Baru di bagian dua saya mulai bersemangat membaca kembali, menu utama! merasakan rasanya terdampar, kebas akan rasa kehilangan dan mencoba bertahan hidup baik dari alam maupun "teman seperjalanannya". Walaupun ceritanya sangat langka, penulis menuturkannya serasa nyata. Binatang tetaplah binatang, mereka tidak mempunyai akal dan rasa, mereka hanya tahu kebutuhan mereka, ketika lapar dan ada makanan mereka akan langsung melahapnya tanpa perlu berpikir. Sempat ngilu ketika penulis mendiskripsikan proses makan dan di makan di secoki itu, mungkin kalau jadi Pi saya akan lompat ke laut, tapi ketika melihat di sekeliling ada ikan hiu yang mengiringi sekoci, yeah Pi pun sudah pernah memikirkannya. Serba salah, bingung, putus asa, tidak ada pilihan kecuali menunggu waktu. Saya merasa Pi masih cukup beruntung, karena di sekoci ada bahan makanan, air, buku panduan dan peralatan memancing bahkan alat untuk merubah air laut menjadi air tawar, jadi bisa bertahan untuk beberapa waktu. Lah Tom Hanks di Cast Away? 4 tahun tanpa peralatan dan bahan makanan apa pun, sehingga dalam proses Pi mencari makan tidak terlalu membuat saya iba, karena ada yang lebih menderita dari dia. Petualangannya pun kurang banyak, sebagian besar hanya di laut terus dan usaha mencari ikan untuk bertahan hidup, ketika Pi menemukan Pulau Karnivora serasa ada angin segar. Kalau saya jadi Pi lagi, saya pun akan berteriak ke punulis cukup sekoci dengan harimau yang sewaktu-waktu bisa memakanku kapan saja, nggak usah ada petualangan macem-macem lagi.
Sebagian diriku sama sekali tidak menginginkan Richard Parker mati, sebab kalau dia mati, aku akan sendirian, putus asa, dan keputusasaan adalah musuh yang jauh lebih berbahaya daripada harimau.
Bagian yang membuat saya tertawa ketika Richard Parker mengencingi daerah teritorialnya kemudian Pi juga mengencingi sumber makanan dan teritorialnya juga. Bagian yang paling menarik adalah ketika Pi mendengar suara Prusen dari Richard Parker, menemukan chemistry di antara mereka, memberi sedikit sinyal kalau dia tidak berbahaya, memberikan harapan hidup lebih, memberikan semangat kalau Pi tidak sendirian, mengalihkan pikirannya akan kehilangan keluarganya, membuat dia sibuk untuk menunjukkan siapa penguasa sebenarnya.
Cara bercerita penulis enak, kocak dan sarkastik, dampak negatifnya saya tidak merasakan Pi sangat kehilangan keluarganya, mungkin sudah kebas dengan fakta yang ditemukan di sekoci sehingga rasa shock lebih mendominan. Saya juga tidak terlalu suka bagian terakhirnya. Suka covernya, suka terjemahannya sayangnya saya tidak suka kertasnya, saya pecinta kertas buram, hehe. Kalau ditanya apakah buku ini layak masuk ke dalam 1001 books you must read before you die, jawabannya adalah kapan lagi kita membaca cerita anak laki-laki usia 16 tahun terdampar di Samudra Pasifik, mencoba bertahan hidup dari alam dan harimau Royal Bengal seberat 225 kg dalam satu sekoci?
Buku ini sudah difilmkan dan rencananya akan rilis akhir tahun ini, tidak sabar menunggu film yang disutradarai oleh pemenang Oscar, Ang Lee karena saya agak kesusahan membayangkan satu sekoci di huni oleh keempat binatang besar-besar dan satu orang anak remaja :).
Berikut trailer filmnya.
Buku ini cocok buat kamu yang menyukai petualangan, kisah inspiratif dan mungkin yang sedang mencari Tuhan mana yang lebih cocok.
Kalau dalam urusan percaya saja Anda tidak bisa, buat apa Anda hidup?
Jangan mengintimidasi saya dengan kesopanan Anda! Cinta sulit dipercaya, tanyakan pada siapa pun yang sedang jatuh cinta. Kehidupan ini juga sulit dipecaya, tanyakan pada ilmuwan mana pun. Tuhan juga sulit dipercaya, tanyakan pada siapa pun yang mempercayainya. Kenapa Anda tidak bisa menerima hal-hal yang sulit dipercaya?
3.5 sayap untuk PRIIIIIIIIT! PRIIIIIIT! PRIIIIIIIIT!