Pamer totebag BBI :p |
Hai haloooo, sudah lama ya nggak ada postingan laporan pandangan mata (LPM) tentang event atau talkshow buku yang saya datangi, emang jarang ada sih, hehehehe. Terakhir festival buku di Jogja tapi acaranya nggak asik, sepi banget hanya kopdar sama teman-teman BBI Jogja dan beli buku, sehabis itu pulang dan stress di jalan karena macet dan berdiri berjam-jam di bus, hehehehe. Kalau acara nggak mendadak, minimal seminggu sebelum acara berlangsung biasanya saya usahakan datang karena saya suka menghadiri acara yang berhubungan dengan buku tapi kalau tahunya beberapa hari sebelum hari H, saya nggak bisa pastiin untuk datang karena berhubungan dengan shift kerja saya. Beruntunglah acara GagasMedia ini udah jauh-jauh hari diumumin, dan terimakasih sekali buat mbak Alvina yang susah payah daftarin kita bertiga biar dapat goodiebag :D
Saya datang bareng Dyah, sama mbak Bzee juga yang datang telat, katanya mbak Ririn juga mau datang tapi di tengah-tengah acara dia baru kelihatan itu aja langsung pulang, hanya ngambil titipan dari mbak Alvina. Acara nggak terlalu molor, melihat banyak yang datang. Oke, dari semua talkshow buku yang saya hadiri di Solo, baru kali inilah yang paling ramai, bahkan ada yang nggak kebagian tempat duduk. Mungkin nama GagasMedia dan pengisi acara yang cukup familier di telinga pembaca kali ya makanya mereka cukup antusias, apalagi yang datang kebanyakan remaja cewek (iya, saya kan masih SMA juga).
Acara ini mengupas tentang dunia penulisan dan penerbitan buku baik itu fiksi maupun non fiksi. Dari fiksi pengisi acaranya adalah Bernard Batubara, di mana mulai April 2014 dia menjadi editor GagasMedia yang mewakili wilayah DIY dan Jateng, bintang tamu penulisnya adalah Arini Putri (penulis buku Rain Over Me, Goodbye Happiness dan Kekasih) yang memang asli Solo. Sedangkan untuk non fiksi, diisi oleh Tri Prasetyo, pemred penerbit Indonesia Tera dan Apin Imun, penulis buku Lancar Ngobrol Bahasa Prancis Sehari-hari. Melalui acara ini, salah satu promosi yang sedang digalakkan oleh penerbit adalah bahwa sekarang bukan jaman-nya calon penulis yang mengejar-ngejar penerbit tapi sebaliknya. Jadi, sekarang kita nggak perlu menunggu lama bahkan bertahun-tahun agar naskah dibaca editor penerbit.
Acara cukup interaktif karena lebih mengusung tema tanya jawab daripada hanya mendengarkan. Banyak sekali bahasan yang diangkat, saya sampai bingung mau menuliskannya satu persatu karena nggak sitematis alias random karena tanya jawab tersebut, sehingga menjadi luas banget yang diomongin. Seperti yang kita tahu, GagasMedia lebih fokus ke fiksi walau sekarang sudah merambah ke genre lain, tidak hanya romance. Penerbit tersebut juga tertarik mencari penulis baru, penulis muda, di mana mereka tidak ingin hanya itu-itu saja penulis yang kita tahu. Banyak penulis muda yang mempunyai potensi, maka dari itulah mereka sekarang yang mencari, bukan sebaliknya. Sedangkan penerbit Indonesia Tera dari awal terbentuk memang konsisten menerbitkan buku non fiksi, berbeda dengan penerbit yang menunggu naskah datang, mereka malah mencari-cari baik melalui komunitas atau perseorangan yang mempunyai keahlian di suatu bidang yang nantinya bisa mereka ajak kerjasama untuk membuat sebuah buku.
Diawali dengan sharing pengalaman Arini Putri ketika pertama kali menerbitkan buku di GagasMedia. Dia menulis sudah sejak kecil, mulai serius ketika SMA. Dia pernah ikut pelatihan penulisan, salah satu contohnya bersama Dewi Lestari via online. Hampir setahun dia menunggu naskah yang dikirim ke penerbit, sampai lupa dan sempat berpikiran untuk mengirim ke penerbit lain. Berbeda dengan Apin Imun yang malah dicari-cari penerbit. Dengan predikat cumlaude, mempunyai hobi sebagai model dan bekerja sebagai guru bahasa Prancis, penerbit Tera menawarkan pada dirinya untuk menerbitkan buku pendamping pelajaran yang berbeda dengan yang pernah ada sebelumnya, sebuah buku tentang percakapan bahasa Prancis yang nantinya mudah dipelajari bagi orang awam. Mereka menceritakan proses dan perjuangan menerbitkan buku.
Untuk mempersingkat postingan, saya akan menuliskan bahasan yang menarik menurut saya :)
Setelah acara selesai, niatnya mau foto bareng dengan para narasumber sebagai dokumentasi atau bahan nulis blog, apa daya ternyata yang datang narsis semua, antrinya banyak banget, alhasil foto sama Arini Putri aja deh. Dari tiga narasumber yang juga merupakan penulis, saya baru baca bukunya Arini Putri, niatnya mau minta tanda tangan tapi bukunya malah lupa dibawa --". Oh ya, setelah acara berakhir, bagi 20 peserta yang sudah mendaftar berhak mendapatkan goodiebag, ini yang saya tunggu-tunggu. Tapiiii, setelah nama saya dipanggil sempat heran juga, katanya goodiebag kok nggak ada bag-nya ya? Cuma satu buku dan pamflet tentang tips menulis. Yasudah lah ya, udah syukur dapat satu buku gratis, yang pentingkan dapat banyak ilmu baru :D
Saya datang bareng Dyah, sama mbak Bzee juga yang datang telat, katanya mbak Ririn juga mau datang tapi di tengah-tengah acara dia baru kelihatan itu aja langsung pulang, hanya ngambil titipan dari mbak Alvina. Acara nggak terlalu molor, melihat banyak yang datang. Oke, dari semua talkshow buku yang saya hadiri di Solo, baru kali inilah yang paling ramai, bahkan ada yang nggak kebagian tempat duduk. Mungkin nama GagasMedia dan pengisi acara yang cukup familier di telinga pembaca kali ya makanya mereka cukup antusias, apalagi yang datang kebanyakan remaja cewek (iya, saya kan masih SMA juga).
sumber: kamerannya mbak Bzee :p |
Acara cukup interaktif karena lebih mengusung tema tanya jawab daripada hanya mendengarkan. Banyak sekali bahasan yang diangkat, saya sampai bingung mau menuliskannya satu persatu karena nggak sitematis alias random karena tanya jawab tersebut, sehingga menjadi luas banget yang diomongin. Seperti yang kita tahu, GagasMedia lebih fokus ke fiksi walau sekarang sudah merambah ke genre lain, tidak hanya romance. Penerbit tersebut juga tertarik mencari penulis baru, penulis muda, di mana mereka tidak ingin hanya itu-itu saja penulis yang kita tahu. Banyak penulis muda yang mempunyai potensi, maka dari itulah mereka sekarang yang mencari, bukan sebaliknya. Sedangkan penerbit Indonesia Tera dari awal terbentuk memang konsisten menerbitkan buku non fiksi, berbeda dengan penerbit yang menunggu naskah datang, mereka malah mencari-cari baik melalui komunitas atau perseorangan yang mempunyai keahlian di suatu bidang yang nantinya bisa mereka ajak kerjasama untuk membuat sebuah buku.
Bersama Arini Putri yang di tengah, baju merah Dyah |
Untuk mempersingkat postingan, saya akan menuliskan bahasan yang menarik menurut saya :)
- Outline atau kerangka tulisan itu penting banget bagi penulis, terlebih penulis pemula. Seperti kata Benzbara, outline itu seperti desain sebuah bangunan, kita nggak bisa langsung membangun rumah tanpa perencanaan sebelumnya, harus dipikirkan matang-matang. Outline juga membantu mengatasi plot cerita yang bolong-bolong, yang nggak kerasa tiba-tiba aja udah sampai ending.
- Ide bisa ditemukan di mana saja, bahkan kita sedang buang air besar pun bisa mendatangkan ide. Jadi, nggak usah bingung mencari ide cerita, kalau perlu kemana pun kita pergi kita bawa bekal notes agar bisa menuliskannya biar nggak lupa. Bisa terinspirasi dari kisah nyata atau kehidupan kita yang sebenarnya tapi tetap harus diingat, cerita yang kita buat adalah fiksi di mana kita akan tahu endingnya, berbeda dengan kisah pribadi kita yang nggak akan tahu esoknya seperti apa.
- Nggak ada nulis yang sesuai mood, nulis harus berdasarkan niat, riset dan konsistensi. Emang butuh perjuangan.
- Jangan pusing memikirkan ending sebuah cerita, nikmati aja prosesnya karena setiap cerita pasti akan menemukan ending yang tepat. Banyak macam ending seperti happy ending, sad ending, open ending (pembaca yang menentukan endingnya sendiri) dan satu lagi namanya saya lupa, intinya walau terkesan sad ending belum tentu buat sang tokoh kisah mereka berakhir tragis.
- Tentukan target pembaca dan penerbit yang sesuai dengan naskah yang kamu tulis. Tiap penerbit punya ciri khas sendiri-sendiri, banyak baca buku dari penerbit yang ingin kamu kirimi naskah sehingga sesuai dengan pencarian mereka. Buku kamu apakah untuk remaja, dewasa muda atau buku agama? Itu penting.
- Nggak ada tema cerita yang nggak mainstream, apalagi romance. Asah kreativitas dan jadilah berbeda. Menjadi berbeda itu penting karena bisa menjadikan ciri khas seseorang, tapi ada syaratnya yaitu harus logis. Berbeda yang logis. Semisal dalam menulis cerita, settingnya di Jakarta, sudah biasa dengan panggilan elo-gue. Tapi, panggilan tersebut nggak akan sesuai apabila setting cerita di kota kecil, jadi harus disesuaikan.
- Konflik itu penting banget, sebuah cerita nggak akan terjadi kalau tanpa konflik.
- Lima halaman pertama sangat berpengaruh bagi editor, karena dari lima halaman itulah naskahmu ditentukan. Jadi, buat semenarik mungkin.
- Berpedoman pada KBBI sangat disarankan, bahasa baku biasanya lebih banyak dituangkan di narasi sedangkan bahasa yang lebih santai lebih banyak di dialog. Tapi, nggak semua cerita harus menggunakan bahasa baku, kembali lagi dengan target tulisan yang kamu buat, kalau untuk remaja atau teenlit sebaiknya menggunakan bahasa yang tidak baku.
- Perkuat karakter tokoh yang kamu buat, kalau perlu bikin biodata yang lengkap tentang dirinya. Entah itu nama lengkap, nama panggilan, golongan darah, zodiak, buat selengkap mungkin.
- Tidak ada yang namanya naskah tidak layak terbit. Yang ada adalah naskah yang belum siap terbit.
- Jangan pantang menyerah kalau naskahmu ditolak penerbit, pelajari apa yang menjadi kekurangan dan perbaiki.
- Perbanyak referensi, banyak baca, pelajari kekurangan dan kelebihan buku lain.
- Nulis, nulis, nulis.
Setelah acara selesai, niatnya mau foto bareng dengan para narasumber sebagai dokumentasi atau bahan nulis blog, apa daya ternyata yang datang narsis semua, antrinya banyak banget, alhasil foto sama Arini Putri aja deh. Dari tiga narasumber yang juga merupakan penulis, saya baru baca bukunya Arini Putri, niatnya mau minta tanda tangan tapi bukunya malah lupa dibawa --". Oh ya, setelah acara berakhir, bagi 20 peserta yang sudah mendaftar berhak mendapatkan goodiebag, ini yang saya tunggu-tunggu. Tapiiii, setelah nama saya dipanggil sempat heran juga, katanya goodiebag kok nggak ada bag-nya ya? Cuma satu buku dan pamflet tentang tips menulis. Yasudah lah ya, udah syukur dapat satu buku gratis, yang pentingkan dapat banyak ilmu baru :D
wah keren. jadi tertarik untuk jadi penulis :)
BalasHapussemoga berhasil :)
HapusLiputan yang menarik, Lis. Sayang nggak dapet foto bareng. (Yang datang narsis semua). *ngakak*
BalasHapushahahaha, serius deh, tiap mau minta foto ada aja yang nyela, niatnya mau foto arini dan bara sekalian apa daya banyak yg pengen foto bareng juga :)
HapusWah seruu :D Semoga bisa ada even serupa ini di Semarang :''' Amiin... Terima kasih untuk sharingnya kak :)
BalasHapussama-sama, semoga di kota lain juga ada :)
HapusMantap, saya juga ingin menulis, tapi tidak punya kapasitas. mohon bimbiingannya..
BalasHapuswaduh, aku bukan orang yang ahli nulis, banyak baca dan latihan aja :)
Hapus