Unbelievable (Glam Girls #3)
Penulis: Winna Efendi
Editor: Christian Simamora
Desainer sampul: Dwi Anissa Anindhika
Penerbit: GagasMedia
ISBN: 979-780-379-1
Cetakan kedua, 2010
262 halaman
Buntelan dari @ndarow
In the world of popularity, being perfect is everything. Kamu adalah pusat perhatian, jadi pastikan kamu memang layak mendapatkannya.
Kamu juga harus mengerti, tujuan tampil sempurna adalah demi dibenci. Di dunia kami, dibenci dan dicemburui adalah sebuah pujian. So true, Dahling! Orang-orang seperti tak bosan bergosip tentang Paris Hilton, tetapi apa yang dia dapat di kemudian hari? Kontrak reality show sendiri dan signature perfume yang dijual di seluruh dunia.
Cantik itu wajib hukumnya dan kesempurnaan adalah segalanya. Pastikan kau selalu tampil memesona dan bungkam mereka dengan senyuman terbaikmu. Satu kesalahan kecil saja - voila! - bibir-bibir ber-lipgloss itu pasti ramai menghabisimu...
Berjalan di VIS itu ibaratnya kombinasi dua hal -runaway show dan landmine. I just lurve the attention. The fashion police menganalisis pakaian kami dari ujung rambut sampai ujung kaki, diikuti dengan mulut-mulut yang berkomentar, entah pujian atau celaan. As always, nggak ada yang mencela pilihan outfit-ku, not since I'm always so fabulous. Hihihi, apalagi, kalau berjalan di samping Rashi -nggak ada yang berani bilang apa pun bernada negatif, kecuali punya sembilan nyawa kayak kucing- untuk dihabiskan satu per satu oleh Rashi, atau punya the source (bukan hanya uang, tapi koneksi) untuk punya barang yang lebih kewl dari kami berdua.
Dicerita Rashi and the clique kali ini, sudut pandangnya adalah orang kedua atau tangan kanan sang pimpinan clique, orang yang biasanya nggak terlalu penting tapi tetap saja mendapat perhatian karena posisinya tadi, orang yang hanya mementingkan belanja, pesta, dandan, dan gonta ganti cowok, jangan tanya nilai pelajaran di sekolah, dia ratunya remedial. Dia adalah cewek pertama Asia yang menjadi ikon Maybelline, penyuka kopi, lipstik dan kucing, bahkan sampai punya 11 kucing! Shinna Maessa Wijaya, tapi panggil dia Maybella.
Tentu saja dengan predikatnya dan profesinya sebagai model tersebut Maybella menjadi terkenal, bahkan dikalangan fashionista New York. Ketika menghadiri sebuah anniversary party sebuah butik prestisius di Fifth Avenue, Maybella kaget mendengar kalau ada orang lain yang sama populer dengan dirinya. Nama orang ini sering dibicarakan wartawan, sering masuk infotainment karena bisnis keluarga dan acara-acara sosialite yang dihadirinya, mempunyai blog yang hits banget bahkan ngalahin fashion blogger luar, fotonya sering masuk majalah terkenal, dia tak lain dan tak bukan adalah Rashida Agashi Pradokso. Di pesta tersebut mereka sempat mengobrol dan memuji penampilan masing-masing. Sewaktu Maybella pindah ke Indonesia, mereka semakin sering bertemu di pesta yang sama-sama dihadiri dan sejak itulah kedekatan mereka terjalin, Maybella masuk ke clique Rashi bersama Marion, si Rashi-wannabe.
I find her interisting, dan aku suka orang-orang yang menarik. Kami sama-sama berpendapat retail therapy is the next best thing after Manolo Blahnik shoes, dan kami juga hanya berteman dengan orang-orang yang statusnya kewl. After all, bland people are social suicides.
Sejak bergabung dengan cliquenya Rashi, Maybella selalu dianggap orang kedua, lebih dikenal sebagai Maybella-nya Rashi, sidekick-nya Rashi Pradokso. Orang-orang seperti melupakan prestasi dirinya yang jadi runaway walker termuda Fashion Week waktu umurnya masih tiga belas tahun, satu-satunya cewek Asia yang jadi face of Maybelline, yang berteman baik dengan para desainer ternama. Maybella cemburu terhadap Rashi, dia iri, seharusnya dialah yang menjadi sang queen bee. Dia curhat pada Marion, yang ternyata juga mengalami hal yang sama dengan Maybella, sama-sama ingin menjadi yang paling populer. Marion mengusulkan sebuah rencana, mengambil posisi Rashi. Tapi sebelum rencana itu mantap, clique mereka terlanjur terpecah dua, Marion pacaran dengan mantan pacar Rashi, dan buat Rashi itu sama aja dengan penghianatan. Maybella pun memihak Rashi.
Masalah tersebut sempat terlupakan oleh Maybella, dia menganggap itu masa lalu dan sekarang hubungannya dengan Rashi, ditambah Ad, semakin kompak dan harmonis. Sampai Marion masuk lagi ke clique mereka gara-gara membantu Rashi mempermalukan Dico. Maybella terancam karena Marion punya rahasia yang bisa membuat Maybella terdepak dari cliquenya Rashi. Agar rahasia tersebut tidak terbongkar dan diketahui Rashi, Maybella terpaksa menuruti pemintaan Marion, dia diperas, disuruh bayar ini itu, suruh nganterin ke mana pun, bahkan minta ikut ke pesta yang dia tidak diundang.
Di sekolah, Rashi adalah salah satu - eh koreksi, satu-satunya cewek paling powerful. I'm not kidding, dia bisa bikin siapa pun diam gemetaran hanya dengan pandangan tajam plus gertakan bernada otoritatif. Nggak ada, kuulangi sekali lagi, NGGAK ADA yang bisa menang melawan Rashi.
Ketika mimpi buruknya menjadi kenyataan, hanya ada satu orang yang memahami dirinya dan membuat semangat Maybella bangkit lagi, seseorang yang sangat jauh dari tipenya, seseorang yang setiap minggu dipanggil guru BP karena selalu tidur di kelas, tapi kata kebanyakan orang dia teller karena dia adalah seorang 'pemakai,' partner biologinya, Mario Adhikara.
Tiba-tiba seseorang meraih tanganku dan menarikku maju. Barulah saat itu aku melihat Mario sedang berjalan di hadapanku, jari-jarinya membungkus erat jemariku dan nggak melepaskannya sekali pun. Tangannya besar, dan hangat. Untuk sesaat, aku terpana dan hanya dapat mengikutinya di antara keramaian, membiarkan dia menggenggam tanganku dan menuntunku keluar.
Dia sama sekali nggak menoleh ke belakang.
This. Heart. Is. Beating. Like. Crazy.
Must be the heat. Or sugar rush. Or Sumthing.
Lengkap sudah seri Rashi and the clique ini, di tutup dengan cerita yang cukup manis. Kalau saya bilang sih, buku ini adalah yang paling romantis dari semuanya, walau sama-sama kadar romancenya nggak banyak tapi cukup terwakili melihat Maybella adalah playgirl, nggak afdol kalau nggak mengangkat tema cinta di ceritanya. Saya masih berharap semoga ada lanjutan untuk kisah Maybella dan Mario ini, udah ada sih sebenernya, nanti kita bisa mendapatkan Maybella's extra story di buku Outrageous, tapi tetep, kurang banyak :D.
Kalau ada yang masih bingung tentang serial ini, pernah nonton Gossip Girl? Atau film remaja Amerika seperti The Clique, Mean Girl, setipe itulah, cerita yang berpusat akan popularitas. Tentang persahabatan yang kadang sesuatu hal yang penting harus diputuskan oleh teman yang lain. Berbagai merek bertebaran, punya genk, tema baju apa yang dipakai hari ini, mau hangout kemana, pacaran sama siapa, intinya nggak jauh dari money, power, status, prestige dan fash fash fashion :D. Cerita seperti ini kadang kita menganggapnya nggak banget tapi di satu sisi menarik juga, kita jadi tahu dunia seperti apa yang dialami oleh kaum hedon.
Yang spesial dari seri ini adalah mengambil masing-masing sudut pandang orang pertama untuk setiap bukunya, jadi kita bisa tahu dan memahami atau kita bisa melihat cara orang menilai orang lain disekitarnya. Seperti buku ini contohnya, tidak hanya Maybella yang tergambarkan, melalui point of view dari dirinya, kita tahu Rashi itu sebenarnya seperti apa, Marion itu sebitchy apa dan Ad itu sebaik apa. Walau konflik cerita utamanya tidak semenarik cerita cintanya, saya cukup menikmati dan buku ini adalah buku mbak Winna Efendi yang pertama saya suka, melihat saya sering memberikan rating rendah untuk buku dia yang lain, saya malah menyukai tulisannya yang ini, yang katanya bukan tulisan mbak Winna pada umumnya.
Karakter Maybella terganbarkan dengan baik, dia tipe orang yang lebih santai, nggak sekaku Rashi, lebih ceria dan cuek. Berbeda dengan Rashi yang sering jutek atau Ad yang nerd, kombinasi clique mereka emang unik, dengan kelebihan masing-masing, saling melengkapi. Dan untuk Marion, sang pemeran frenemy di buku ini, dia itu, luar biasa, hahahaha. Bisa dibilang dia foto copy-nya Rashi, hanya saja dia nggak bisa jadi role model makanya kalah saing, dia itu tokoh yang pasti ada di cerita seperti ini,nggak ada dia nggak rame :D.
Buku ini saya rekomendasikan bagi yang sedang nyari clique*lit, novel remaja yang berpusat pada kisah persahabatan satu genk beserta popularitasnya. Nggak saya sarankan bagi yang nggak suka baca buku yang penuh dengan bahasa campur aduk, tanda baca tak terkontrol, dan barang branded. Sudah saya peringatkan loh ya :D
POPULARITAS adalah segalanya. Popularitas bisa bikin kamu jadi seseorang yang dipuja-puja, kehilangannya menjadikan kamu terpuruk ke tangga sosial paling bawah, sebawah-bawahnya.
But I also did learn something: in the end you can tell who your friends really are.
3.5 sayap untuk For Channel's Sake :p
aku belum punya ini nih, kayaknya udah susah ya buat nyari buku ini >.<
BalasHapusOya, yuk ikut Winna Efendi’s Book Reading Challenge 2014 di blogku ;)
http://luckty.wordpress.com/2014/01/04/winna-efendis-book-reading-challenge-2014/
coba deh cek di BukaBuku, kayaknya masih ada :)
HapusHaha. Aku paling suka adegan di Java Jazz itu.. Eh Java Jazz kan ya, yang si Mario ngegandeng Maybella? Interaksi mereka berdua tuh gila. Mario pengen ngegodain Maybella, eh Maybella bukannya marah malah ngebales dengan dodol gitu. Sayang, hubungan Rashi-Arian kok malah kayak gitu..
BalasHapusyap, itu pas adegan di Java Jazz, Mario romantis gitu :))
HapusIya, melihat sifat Rashi emang nggak mudah sih hubungannya dengan Arian, makanya aku pengen hubungan mereka ada lanjutannya :D