Impossible (Glam Girls: GlamTeen #3)
Penulis: Nina Ardianti
Editor:
Desain sampul:
Penerbit: GagasMedia
ISBN:
Cetakan
294 halaman
Harga: 36k (Beli di @kawanbuku)
GLAM GIRLS. YOU WILL LOVE US—WE PROMISE.
Mana yang kau pilih: jadi cantik atau pintar?
Kalau kau memilih cantik, percayalah, dalam waktu singkat kau akan jadi pusat perhatian. Banyak yang akan jatuh hati padamu—begitu juga dengan yang akan membencimu. Kau harus berhati-hati dengan kebencian karena iri hati. Perasaan itu beracun seperti taring ular. Sekali dia menggigitmu, hidupmu akan berubah selamanya.
Kalau kau memilih pintar, masa depanmu akan seterang matahari pagi di tepi Pantai Ibiza. Guru-guru jatuh hati kepadamu. Nilai-nilaimu sama indahnya seperti couture Alexander McQueen. Sayangnya, jadi pintar membuat pergaulanmu harus mengalah.
Karenanya, aku tak akan memilih cantik maupun pintar. Aku lebih ingin ditakuti. Aku ingin jadi alasan seseorang meragukan kualitas di dalam dirinya. Aku ingin semua mata terarah kepadaku. Hanya orang yang disegani yang menjadi poros dunia di sekelilingnya, Darling....
Nggak sembarangan orang bisa masuk VIS. Ada sederet aturan dan kriteria yang harus dipenuhi agar bisa diterima di sekolah ini. Syarat utama (dan kadang-kadang mutlak) adalah kaya, rich, tajir (mau dinamain apa pun, artinya tetap sama). Atau kalau dengan istilah yang sudah sangat umum di VIS, hanya ada dua kategori yang bisa masuk di sini: Ridiculously Rich atau Ridiculously Genius.Menjadi remaja tidaklah mudah, itu yang dirasakan Anastasia atau biasa yang dipanggil Nasta. Tidak hanya orang dewasa yang bisa mempunyai banyak konflik dalam hidup mereka, Nasta merasa dirinya adalah girl with so many problems. Mulai dari orang tuanya yang sangat mengatur hidupnya, harus menemani mamanya kalau ada acara sosial, mengikuti segudang les yang diperintahkan papa padahal Nasta tidak membutuhkannya. Dia ingin seperti kakaknya, Nanza yang bebas memilih hidupnya yang seharusnya ditentukan sendiri, bukannya disetir orang lain. Parahnya, mereka melarang Nasta untuk ikut klub sepak bola, padahal Nasta adalah salah satu striker yang dijagokan di sekolah dan dia sangat menikmati olah raga yang biasanya dilakukan oleh cowok tersebut, menjadi pemain sepak bola tidak merubah Nasta menjadi gadis tomboi, dia tetap fashionable dan mommy's girl.
Aku bisa merangkum semuanya dalam satu kalimat: not all the glitter is gold. Jadi, jangan pernah percaya dengan semua yang terlihat berkilau. Prinsipku lumayan sukses untuk bertahan diri di lingkungan yang penuh tipu daya dan kepalsuan ini. Namun, yang paling penting adalah, just mind your own business. Jangan terlalu kreatif mencampuri dan mau tahu urusan orang lain. Bisa membawa sial.Semua kesibukannya membuat dia jarang meluangkan waktu di luar sekolah bersama clique-nya, Tiara dan Farrah, acara naksir teman sekolah pun juga nggak mengalami kemajuan, hubungannya dengan Akira entah mau dibawa kemana, ditambah ada seseorang yang meneror Nasta, yang mengirimkan fotonya bersama Kafka, asisten pelatih sepak bola sekaligus teman lamanya, padahal ada larangan keras hubungan antara pelatih dan pemain. Untungnya diantara semua masalah yang menghiasi masa remajanya, ada waktu di mana Nasta bertemu dengan seorang cowok yang mengajarinya arti kebebasan dan tantangan hidup, seorang cowok yang tidak bersekolah di VIS yang gemerlap, Al.
"Karena -VIS terlalu banyak intrik- terlalu banyak orang yang berpura-pura dengan nggak menjadi diri mereka yang sebenarnya. Belum lagi setengah populasinya berpikiran dangkal. Shallow. They do judge people by their appearance. Manusia macam apa itu?"Entah alasan apa yang membuat seri terakhir ini jarak terbitnya cukup jauh dengan seri sebelumnya, yang jelas sebagai penutup saya kurang puas. Glam-nya nggak kerasa, cerita lebih banyak menyorot masalah Nasta dengan orang tuanya, saya anggap itu konflik utama karena masih banyak sub konflik dan berbagai karakter 'numpang lewat' sehingga kayak nggak fokus dan nanggung. Karena ditulis oleh penulis yang sama dengan buku Glam Girls, saya sangat mendapatkan aura atau banyak kemiripan dengan seri pertama tersebut. Mulai dari Nasta yang pintar, suka sepak bola tapi masih melek merek dan cuek dengan keglamoran VIS, sampai clique yang mirip dengan clique-nya Rashi. Untuk kisah cintanya, saya lebih suka kalau fokus sama satu orang aja yaitu Al, coba lebih digali lagi pasti lebih seru, soalnya selama ini kisah cintanya dengan anak-anak VIS semua, kalau dipasangkan dengan Kafka nanti malah kayak cerita Ad dengan Rifky, dan kemunculan Arian sebenernya nggak terlalu berpengaruh, hanya menambah konflik cerita padahal sebelumnya udah banyak.
Poin plusnya, dengan banyaknya konflik, banyak juga hikmah yang diambil. Pesan moral buku ini lebih ke pencarian jati diri, mana yang terbaik buat diri kita, walau orang tua sangat berpengaruh besar, keputusan mereka nggak selalu benar dan kita bisa kok menolaknya asal ada komunikasi dan menjelaskan apa sih passion kita sebenarnya. Serta, mencoba hal baru nggak selalu jelek.
Buat pembaca teenlit dan pembaca setia Glam Girls, recommended buat kalian :D
3 sayap untuk Nasta dan masalah-masalahnya.
NB:
Waktu baca seri Glam Girls ini saya terbayang-bayang lagu ini :p
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan berkomentar, jejakmu sangat berarti untukku :*