My Life As Writer
Penulis: Haqi Achmad & Ribka Anastasia Setiawan
Penyunting: Gina S. Noer, Donna Widjajanto
Perancang sampul: Primanella Serny
Penerbit: Plot Point
ISBN: 978-602-9481-00-6
Cetakan pertama, Maret 2013
192 halaman
Harga: Rp. 36. 750 (Beli di BukaBuku, diskon 25%)
Penulis mencatat apa
yang dialaminya sebagai sejarah kehidupan. Dan dengan itu ia tidak hanya
mengubah hidup sendiri, tapi juga hidup orang lain.
Dalam buku
ini, lima penulis mumpuni akan membagi cerita mengenai perjalanan karier
mereka. Lima latar belakang berbeda, lima energi kreatif berbeda. Haqi
Achmad dan Ribka Anastasia Setiawan menyajikannya untuk kamu. Ya. Hanya
untuk kamu.
Kamu butuh buku ini kalau:
- Mau jadi penulis tapi bingung cara mulainya
- Kamu punya banyak cerita menarik dan ingin dibaca banyak orang
- Suka baca buku dan mau akrab sama penulisnya
- Ragu untuk memulai passion
- Mau meyakinkan orang tua kamu tentang bakat menulismu
- Sudah sering nulis tapi belum pernah diterbitkan
Akhirnya kesampean juga punya dan baca buku ini, wishlist sejak tahun lalu :D. Alasan kenapa ngebet banget pengen baca karena yang dibahas adalah para penulis yang tulisannya udah pernah saya lahap dan ada yang jadi favorit, selain itu dalam rangka mengumpulkan buku tentang tips menulis. Walau nggak full tentang kiat-kiat menulis yang baik dan benar, lebih ke berbagi pengalaman tentang profesi penulis, tetap saja ada pesan moral yang bisa di ambil dari pengalaman mereka. Awalnya saya ingin membaca serta menulis review setelah selesai dengan Draft 1 dan Creative Writing tapi malah selesai duluan. Dari kedua buku tersebut buku ini memang ringan banget, nggak membutuhkan banyak waktu untuk menyelesaikannya karena bukunya tipis, tulisanya besar-besar, ada beberapa foto dan full colour. Membacanya pun jadi asik.
Ada lima penulis yang dilirik oleh Haqi Achmad dan Ribka Anastasia untuk dijadikan sumber cerita; Alanda Kariza, Clara Ng, Dewi 'Dee' Lestari, Farida Susanty dan Valian Budi Yogi. Saya pernah mencicipi karya mereka dan suka, makanya tertarik untuk membaca buku ini. Inti dari buku ini sendiri lebih ke perjalanan karier mereka dalam dunia tulis menulis, siapa mereka, bagaimana awalnya terjun ke dunia literati, beberapa tips yang bisa dibagi sampai penghargaan apa yang didapat. Dengan wawancara langsung ke nara sumber dan menggunakan bahasa yang cukup santai menjadikan buku ini mudah dipahami. Pertanyaanya seputar sejak kapan mulai nulis, apa arti nulis, apakah selalu suka dengan pelajaran Bahasa Indonesia, apakah suka nulis buku diary, apakah ada waktu, tempat dan sountrack khusus dalam menulis, tanggapan keluarga, dan masih banyak lagi.
Berikut cuplikan cerita perjalanan karier penulis yang ada di buku ini:
Alanda Kariza: Happy Writer
Mengawali karier menulis dengan menerbitkan buku Mint Chocolate Chips di usia 14 tahun, selain itu dia juga aktif di berbagai organisasi seperti The Cure for Tomorrow sampai mendirikan organisasi sendiri bernama Indonesian Youth Conference. Bagi dia, salah satu cara melakukan perubahan adalah dengan menulis. Menulis dan organisasi adalah kesenangannya.
Dari novel Eiffel, I'm in Love, Alanda tahu kalau novel yang menggunakan bahasa sehari-hari ternyata laku dipasaran, kemudian dia pun mengembangkan novelet Mint Chocolate Chips, menggunakan cara yang sama yang pernah dilakukan penulis Eiffel, I'm in Love dengan membagikan fotokopian novelnya tersebut sampai akhirnya mengirimkannya ke penerbit independen. Awalnya Alanda tidak tertarik dengan penerbit besar karena takut kalau karyanya akan banyak diedit, tapi lama kelamaan dengan banyak membaca dan mengembangkan kemampuannya dalam menulis, Alanda tahu pentingnya editing sehingga membuat karya selanjutnya lebih terstruktur dan lebih baik dari sebelumnya.
Clara Ng: (Bukan) Penulis
Bisa dibilang, Clara Ng adalah penulis lintas genre, penulis serbabisa, mulai dari buku anak, romance sampai fantasy pernah dibuatnya, karyanya sekarang sudah puluhan dan melalui karyanya tersebut dia membuktikan kualitasnya sebagai penulis (tiga kali meraih penghargaan Adikarya Ikapi lewat cerita anak yang ditulisnya serta terpilih sebagai nominasi di Khatulistiwa Literary Award 2011 lewat novel Jampi-Jampi Varaiya), bahkan dia juga menjadi tutor menulis.
Tips dari Clara kalau kamu ingin disebut sebagai penulis:
Farida Susanty: Bittersweet Writer
Mengawali karir menulis di usia muda dan menerbitkan buku yang berbeda daripada lainnya, Dan Hujan Pun Berhenti ia tulis sejak kelas satu SMA dan terbit saat ia kelas tiga SMA, buku yang sangat gelap untuk ukuran teenlit, melalui karya pertamanya itu dia langsung menyabet penghargaan Khatulistiwa Literary Award untuk ketegori Best Young Writer. Farida lelah dengan cerita teenlit yang itu melulu, karakter utamanya suka basket dan harus ketua OSIS, ia ingin membuat cerita dari sisi yang berbeda
Dan terbukti kan perjuangannya sekarang, novel pertamanya menghantarkan Farida mendapatkan penghargaan bergengsi, buku keduanya yang merupakan kumpulan cerpen berjudul Karena Kita Tidak Kenal telah diangkat menjadi beberapa judul film pendek. Tujuan Farida nggak muluk-muluk bahkan sampai mendapatkan pernghargaan atau sejenisnya, tujuannya murni ingin berbagi lewat tulisan. Bahkan, pernah ada seseorang yang ingin mencoba bunuh diri dan setelah membaca buku Dan Hujan Pun Berhenti dia tidak jadi melakukannya, itu menjadi penghargaan tersendiri untuk Farida.
Tips dari Farida:
Masih ada dua penulis lagi yang dibahas oleh Haqi dan Ribka, lebih baik dibaca sendiri aja ya :D
Saya suka banget dengan buku ini, bisa tahu sejarah mereka, perjalanan karir para penulis yang emang nggak semudah yang kita bayangkan, perlu kerja keras, ketekunan dan pantang menyerah dalam setiap karya yang mereka buat. Kekurangannya sendiri lebih ke masalah teknis yaitu masih banyaknya typo dan ada kesenjangan halaman di beberapa penulis. Misalnya saja bagian Dee lebih banyak dari yang lain dan bagian Farida yang paling sedikit, hiks. Saya emang ngebet banget pengen baca bagian Farida karena dia adalah penulis favorit saya. Ada minimal dua buku penulis yang dibahas cukup dalam tapi bagian Farida hanya novel pertamanya aja. Kalau melihat struktur wawancaranya, sebenarnya pertanyaan yang dilontarkan sebagian besar sama, emang ada penulis yang menjawab lebih panjang jadi mempengaruhi juga dan ada beberapa pertanyaan bisa berkempang luas menjadi pertanyaan baru berdasarkan jawaban, sayangnya nggak diterapkan ke semua nara sumber. Intinya sih, buku ini kurang tebel XD.
Saya berharap akan ada seri kedua, karena menarik sekali, dan saya pengen Sitta Karina menjadi nara sumber selanjutnya karena dia adalah penulis favorit saya juga :D.
Kalau kamu bercita-cita untuk jadi penulis dan menjadi penggemar para penulis yang ada di sampul buku ini, kamu wajib baca :D
NB: pssstttttt, mau buku ini? ikuti giveawaynya di sini :D
Ada lima penulis yang dilirik oleh Haqi Achmad dan Ribka Anastasia untuk dijadikan sumber cerita; Alanda Kariza, Clara Ng, Dewi 'Dee' Lestari, Farida Susanty dan Valian Budi Yogi. Saya pernah mencicipi karya mereka dan suka, makanya tertarik untuk membaca buku ini. Inti dari buku ini sendiri lebih ke perjalanan karier mereka dalam dunia tulis menulis, siapa mereka, bagaimana awalnya terjun ke dunia literati, beberapa tips yang bisa dibagi sampai penghargaan apa yang didapat. Dengan wawancara langsung ke nara sumber dan menggunakan bahasa yang cukup santai menjadikan buku ini mudah dipahami. Pertanyaanya seputar sejak kapan mulai nulis, apa arti nulis, apakah selalu suka dengan pelajaran Bahasa Indonesia, apakah suka nulis buku diary, apakah ada waktu, tempat dan sountrack khusus dalam menulis, tanggapan keluarga, dan masih banyak lagi.
Berikut cuplikan cerita perjalanan karier penulis yang ada di buku ini:
Alanda Kariza: Happy Writer
Mengawali karier menulis dengan menerbitkan buku Mint Chocolate Chips di usia 14 tahun, selain itu dia juga aktif di berbagai organisasi seperti The Cure for Tomorrow sampai mendirikan organisasi sendiri bernama Indonesian Youth Conference. Bagi dia, salah satu cara melakukan perubahan adalah dengan menulis. Menulis dan organisasi adalah kesenangannya.
Dari novel Eiffel, I'm in Love, Alanda tahu kalau novel yang menggunakan bahasa sehari-hari ternyata laku dipasaran, kemudian dia pun mengembangkan novelet Mint Chocolate Chips, menggunakan cara yang sama yang pernah dilakukan penulis Eiffel, I'm in Love dengan membagikan fotokopian novelnya tersebut sampai akhirnya mengirimkannya ke penerbit independen. Awalnya Alanda tidak tertarik dengan penerbit besar karena takut kalau karyanya akan banyak diedit, tapi lama kelamaan dengan banyak membaca dan mengembangkan kemampuannya dalam menulis, Alanda tahu pentingnya editing sehingga membuat karya selanjutnya lebih terstruktur dan lebih baik dari sebelumnya.
One bottom line yang bisa ditarik adalah menjadi penulis tidak boleh cepat puas atas karyanya sendiri, ya. Seperti yang dilakukan Alanda. Ketidakpuasannya itu akhirnya berbuah baik banget yaitu perkembangan skill menulis yang sangat terlihat di tiap buku dirilisnya.
Sebenarnya ketika kita menulis apa yang kita suka, secara langsung kita sudah memberi napas di buku itu.Tips dari Alanda untuk meningkatkan kemampuan menulis:
- Banyak tanya: jangan sungkan untuk tanya ke berbagai hal kepada penulis yang sudah pro, seperti Alanda pernah bertanya kepada Raditya Dika tentang managemen waktu, gimana bisa menulis di tengah kegiatan yang cukup padat, ke Windy Ariestanty yang sering memberi tips tentang editing.
- Banyak baca: semakin banyak buku yang kita baca, kita akan tahu mana yang bagus mana yang nggak.
Alanda menganalogikan profesi penulis dengan profesi koki atau juru masak. Ia berujar, seandainya seorang koki profesional tidak bisa membedakan makanan yang enak atau tidak, di luar resep pribadinya, tentu koki itu tidak bisa disebut sebagai seorang koki. Karena, Alanda bilang, pada dasarnya semua koki itu pasti suka makan. Semakin sering mencicipi suka makanan yang berbeda, semakin ia tahu mana makanan yang dimasak dengan baik dan mana yang tidak enak.Karya Alanda yang belum pernah saya baca adalah novel pertamanya, karena sekarang udah sangat sulit di dapat. Tetapi lewat buku non fiksinya yang berjudul Dream Catcher, saya cukup terkesan, lewat bukunya tersebut dia membantu kita untuk merancang mimpi kita dan berusaha merealisasikannya dengan langkah-langkah yang mudah kita pahami. Cerita fiksinya juga menarik, saya suka dengan buku kumcer Vince Versa.
Clara Ng: (Bukan) Penulis
Bisa dibilang, Clara Ng adalah penulis lintas genre, penulis serbabisa, mulai dari buku anak, romance sampai fantasy pernah dibuatnya, karyanya sekarang sudah puluhan dan melalui karyanya tersebut dia membuktikan kualitasnya sebagai penulis (tiga kali meraih penghargaan Adikarya Ikapi lewat cerita anak yang ditulisnya serta terpilih sebagai nominasi di Khatulistiwa Literary Award 2011 lewat novel Jampi-Jampi Varaiya), bahkan dia juga menjadi tutor menulis.
"Kalau seseorang banyak membaca, aku rasa secara alamiah orang itu akan terdorong untuk menulis. Proses mendengar, berbicara, membaca, dan menulis itu berurutan seperti bayi belajar berbahasa."Ada kisah panjang tentang perjalanan Clara sebagai penulis, bisa dibilang kecelakaan. Awalnya dia menulis fan fiction dan sempat bergabung dalam komunitas fan fiction di Amerika. Kemudian ketika Clara mengalami keguguran anak pertama, dia menyalurkan perasaanya ke dalam tulisan, berkat dukungan teman-temannya Clara berani menerbitkan buku Tujuh Tahun Semusim secara indie sampai dilirik oleh General Manager GPU, bahkan sempat dibawa ke rapat GPU karena buku tersebut laris diserbu pembaca dan sangat memukau. Clara dicari-cari penerbit besar Indonesia.
Clara sempat ingin menjadi anonim. Clara ingin orang-orang mengenal karyanya, bukan dirinya.
"Ada keinginan kuat dalam diriku untuk berbagi, untuk membantu orang, untuk mengajar menulis. Keinginan itu yang akhirnya membuatku berani."Perjalanan Clara selanjutnya tidak langsung mudah, perlu kerja keras dan jalan berliku, bahkan dia sempat mengalami ketakutan untuk melempar sesuatu ke masyarakat karena malu. Sampai akhirnya ada dorongan terbesar agar dia berani.
Tips dari Clara kalau kamu ingin disebut sebagai penulis:
- Temukan motif kenapa mau menulis, tujuan kamu menulis apa?
- Menerbitkan buku di penerbit besar, karena mereka menuntut kualitas.
- Minimal menerbitkan tiga buku agar bisa benar-benar disebut sebagai penulis.
"Aku mengibaratkan penulis itu seperti atlet. Semakin sering berlatih, seorang atlet nggak akan menunggu mood untuk mulai latihan. Begitu pula dengan menulis, jika seseorang semakin sering menulis ia nggak perlu menunggu mood dulu untuk mulai menulis."Saya baru baca beberapa karya dari Clara Ng, walau tidak langsung menjadikan penulis favorit saya, suka dengan tulisannya yang cenderung blak-blakan dan sering sekali mengupas masalah keluarga dan perempuan. Saya suka pemikirannya, suka cara dia membuat cerita yang mainstream tapi disuguhkan dengan kemasan yang lain daripada yang lain.
Farida Susanty: Bittersweet Writer
Mengawali karir menulis di usia muda dan menerbitkan buku yang berbeda daripada lainnya, Dan Hujan Pun Berhenti ia tulis sejak kelas satu SMA dan terbit saat ia kelas tiga SMA, buku yang sangat gelap untuk ukuran teenlit, melalui karya pertamanya itu dia langsung menyabet penghargaan Khatulistiwa Literary Award untuk ketegori Best Young Writer. Farida lelah dengan cerita teenlit yang itu melulu, karakter utamanya suka basket dan harus ketua OSIS, ia ingin membuat cerita dari sisi yang berbeda
"Aku nggak kebayang aja kalau starting point-nya adalah ingin diterbitin. Untuk aku, starting point menulis itu memang senang dengan kegiatan menulisnya sendiri, bukan untuk diterbitin atau yang lain."Perjalanan naskah pertamanya pun juga tidak mudah, setelah melewati tiga penerbit bukunya baru bisa diterima karena ceritanya tidak mainstream itu tadi, halamannya terlalu tebal untuk novel teenlit, sampai harus memangkas cerita dan mengubah plot, Farida tetap yakin dengan cerita yang dia buat dan akan mendapatkan tempat di hati pembaca. Awalnya Farida malu untuk menunjukkan tulisannya ke khalayak ramai, baru setelah boomingnya novel Dealova, Farida termotivasi ingin menerbitkan novelnya sendiri. Karyanya harus dimiliki oleh khalayak ramai.
Dan terbukti kan perjuangannya sekarang, novel pertamanya menghantarkan Farida mendapatkan penghargaan bergengsi, buku keduanya yang merupakan kumpulan cerpen berjudul Karena Kita Tidak Kenal telah diangkat menjadi beberapa judul film pendek. Tujuan Farida nggak muluk-muluk bahkan sampai mendapatkan pernghargaan atau sejenisnya, tujuannya murni ingin berbagi lewat tulisan. Bahkan, pernah ada seseorang yang ingin mencoba bunuh diri dan setelah membaca buku Dan Hujan Pun Berhenti dia tidak jadi melakukannya, itu menjadi penghargaan tersendiri untuk Farida.
Tips dari Farida:
- Semua orang bisa menulis, kalau punya bakat nggak dikembangkan sama aja.
- Menulislah setiap hari, apa pun bentuknya, kalau perlu bawa note kemanapun kamu berada.
- Jangan hanya menunggu ide datang tetapi carilah.
"Aku ingin setiap orang yang ngambil bukuku di rak (toko) buku, siapa pun itu, tidak akan nyesel karena udah beli bukuku. Nggak perlu disebarin ke orang lain, cukup tidak perlu nyesel karena sudah memutuskan untuk beli bukuku."Karyamu tidak pernah mengecewakan di mata saya, Farida. Sejak baca novel pertamamu, baca berulang-ulang tidak pernah bosan, tulisanmu ikut membawa jenis bacaan baru bagi saya, memperkenalkan saya pada tulisan yang pesimistis tapi tetap ada pesan moral yang bisa diambil. Kamu adalah salah satu penulis favorit saya, selalu ditunggu karya-karyanya :D.
Masih ada dua penulis lagi yang dibahas oleh Haqi dan Ribka, lebih baik dibaca sendiri aja ya :D
Saya suka banget dengan buku ini, bisa tahu sejarah mereka, perjalanan karir para penulis yang emang nggak semudah yang kita bayangkan, perlu kerja keras, ketekunan dan pantang menyerah dalam setiap karya yang mereka buat. Kekurangannya sendiri lebih ke masalah teknis yaitu masih banyaknya typo dan ada kesenjangan halaman di beberapa penulis. Misalnya saja bagian Dee lebih banyak dari yang lain dan bagian Farida yang paling sedikit, hiks. Saya emang ngebet banget pengen baca bagian Farida karena dia adalah penulis favorit saya. Ada minimal dua buku penulis yang dibahas cukup dalam tapi bagian Farida hanya novel pertamanya aja. Kalau melihat struktur wawancaranya, sebenarnya pertanyaan yang dilontarkan sebagian besar sama, emang ada penulis yang menjawab lebih panjang jadi mempengaruhi juga dan ada beberapa pertanyaan bisa berkempang luas menjadi pertanyaan baru berdasarkan jawaban, sayangnya nggak diterapkan ke semua nara sumber. Intinya sih, buku ini kurang tebel XD.
Saya berharap akan ada seri kedua, karena menarik sekali, dan saya pengen Sitta Karina menjadi nara sumber selanjutnya karena dia adalah penulis favorit saya juga :D.
Kalau kamu bercita-cita untuk jadi penulis dan menjadi penggemar para penulis yang ada di sampul buku ini, kamu wajib baca :D
"Seorang penulis harus menemukan keunikanya sendiri dan itu tidak akan didapat kalau dia tenggelam dalam permainan peran. Misalnya dia bilang dia pingin jadi JK Rowling. Akhirnya dia jadi imitator, tidak punya ciri khas sendiri." - Dee.4 sayap untuk para penulis kece :p.
NB: pssstttttt, mau buku ini? ikuti giveawaynya di sini :D
menulis adalah hobbyku ;)
BalasHapusJangan lupa kunbalnya ya :)
Farhan Blog : http://anggarafd.blogspot.com
Farhan Tips : http://anggarafd.wordpress.com
wuah bukunya menarik banget nih
BalasHapusaku juga ingin jadi penulis tapi apalah daya tangan tak sampai