Putri Tidur Tuathina
Penulis: Mimosa Q.
Editor: Wienny Siska
Desain cover: Marcel A.W
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
ISBN: 978-602-03-0320-8
Cetakan pertama, Agustus 2014
296 halaman
Buntelan dari @Gramedia
Morena “Rena” Foresta
lebih senang melajang setelah pernikahannya dengan Rex kandas dan
meninggalkan luka batin teramat dalam. Baginya, keseharian mengurus
galeri, melukis, dan terkadang memotret, lebih dari cukup. Apa lagi yang
dia inginkan? Dia punya keluarga yang perhatian, bersahabat dengan Dom,
sang putra mahkota kerajaan Tuathina, dan bisa tidur kapan pun—hingga
dijuluki si Putri Tidur.
Ketenangannya mulai terusik saat William
“Will” Haryono, fotografer dari Indonesia, menempati rumah di
sebelahnya. Tak disangka, Rena juga terpaksa bekerja sama dengan pria
itu untuk mengerjakan lukisan telanjang Louisa, sang model sensasional
yang sekarang menjadi istri Rex.
Perlahan tapi pasti, Rena tak
kuasa mengabaikan pesona Will. Kelembutan dan sikap protektif pria itu
membuat Rena memikirkan kembali keputusannya untuk melajang selamanya.
Tetapi, saat ia mulai memikirkan masa depan dengan Will, kenyataan pahit
tentang masa lalu pria itu menghancurkan semua harapannya.
Akankan
perjalanan panjang mengabadikan keindahan kota-kota eksotis antara
Tuathina dan Tuathica mampu melerai prasangka dan kesalahpahaman mereka?
Atau semua harus berakhir di kota Petrica?
Rena sudah memulai hidup baru pasca perceraiannya dengan Rex, hampir dua tahun dia hidup bebas, tinggal nyaman di rumah mungginya di Tuathiana, tanpa tekanan dan sakit batin maupun fisik. Sayangnya dia harus bertemu berurusan dengan Rex, bersama istri barunya yang seorang artis, cantik dengan polesan make-up tebal, dan bertubuh gemulai, persis seperti selera Rex. Louisa meminta Rena melukis dirinya dan Rex dengan pose telanjang, Louisa sedang hamil muda dan dia ingin mengabadiakan sebelum tubuhnya berubah. Hanya Rena yang dia inginkan karena dia adalah mantan istri Rex, dia ingin Rena sakit hati dan iri melihat mereka. Dia akan membayar berapa pun yang Rena inginkan, hanya dengan satu syarat, yang memotret mereka haruslah William, salah satu fotografer terkemuka di Indonesia, tetangga Rena yang tidak punya sopan santun.
Perkenalan Rena dan William memang tidak berjalan mulus, malah membuat Rena sebal. William tidak sengaja meninggalkan sampah di rumah Rena, karena Will terburu-buru ingin memotret matahari. Sebagai permintaan maaf, Will memberikan tanaman bunga lavendel, sedikit mengobati kejengkelan. Sejak pertama melihat Rena, Will sudah sangat tertarik dengannya dan bertekat mendapatkan hatinya. Walau sebal, lama kelamaan Rena melihat pesona Will, dia penasaran kenapa Will harus meninggalkan profesinya di Indonesia padahal karirnya sukses di sana, dan ada hubungan apa Will dengan Aisha, istri Zeus?
Rena memiliki masa lalu yang buruk akan pernikahannya, dia belum siap menerima cinta yang baru. Begitu juga dengan Will, pasca meninggalnya anak dan istrinya, Will berubah drastis, dia menjadi womanizer dan tidak ingin menikah lagi, apalagi memiliki anak. Mereka berdua sama-sama pernah terluka akan kisah masa lalu, dan sekarang mereka ingin meraih kebahagiaan.
Ini kali pertama saya membaca bukunya Mimosa Q. dan kali ketiga dia menulis tentang negara Tuathina, dunia fiksi yang menjadi setting novel-novelnya. Dari segi judul, sepertinya penulis ingin menggabungkan kisah dongeng masa lalu dengan setting masa kini. Yang pertama berjudul Cinderella Tuathina dan kedua Kerudung Merah Thuathina, ketiga buku tersebut walau berdiri sendiri tetapi memiliki benang merah.
Dari segi cerita, tidak ada yang baru, konfliknya pun bisa ditebak. Kelebihan buku ini terletak pada para tokohnya, saya sebenarnya cukup menyukai mereka, terlebih saling berkaitan dengan buku sebelumnya. Masa lalu Rena dan Will juga menarik untuk disimak, sayangnya penulis terlalu bertele-tele. Bisa dibilang minim dialog, berkali-kali penulis menggambarkan kalau Rex itu menyukai kesempurnaan, egois, bla bla bla, terlalu berlama-lama menceritakan rumah tangga mereka padahal sudah jelas sekali di awal, itu masa lalu, dan fokusnya kan sekarang, ketika Rena menemukan cinta yang baru. Toh, ketika Rex muncul kembali sama sekali tidak ada interaksi dengan dirinya, dia malah cenderung diam. Saya cukup bosan di awal karena alurnya terasa lambat sekali, baru ketika Will masuk, alurnya sedikit lebih cepat tapi keblabasan.
Cinta pada pandangan pertama boleh, lah. Tapi interaksi mereka kurang, baru aja mulai perkenalan si Will langsung pengen nyosor aja, bukannya membangun chemistry kesannya malah murahan, kan Rena punya sejarah kelam akan kisah cintanya, pasti butuh waktu untuk menata kembali, lah ini mau aja disosor, katanya sebal setengah mati dengan Will. Coba kalau di awal penulis tidak berlama-lama dan berulang-ulang menceritakan masa lalu Rena, tetapi mengalihkannya untuk membangun hubungan antara Will dan Rena, memperbanyak interaksi mereka, saya yakin chemistry mereka akan lebih dapat.
Penulis sebenarnya punya modal yang bagus banget dalam menciptakan negara Tuathina ini, saya menebak bakalan ada kisah tersendiri tentang Dom, sang pangeran Tuathina dan Art, rekan kerja Rena. Kombinasi dengan dongeng masa lalu cukup menarik, sayang banget kalau di sia-siakan. Semoga saja untuk buku selanjutnya lebih baik lagi, perkuat chemistry antar karakternya, perbanyak dialog.
Bagi yang ingin membaca harlequin rasa Indonesia, buku ini bisa dicoba.
2 sayap untuk negara Tuathina.
Perkenalan Rena dan William memang tidak berjalan mulus, malah membuat Rena sebal. William tidak sengaja meninggalkan sampah di rumah Rena, karena Will terburu-buru ingin memotret matahari. Sebagai permintaan maaf, Will memberikan tanaman bunga lavendel, sedikit mengobati kejengkelan. Sejak pertama melihat Rena, Will sudah sangat tertarik dengannya dan bertekat mendapatkan hatinya. Walau sebal, lama kelamaan Rena melihat pesona Will, dia penasaran kenapa Will harus meninggalkan profesinya di Indonesia padahal karirnya sukses di sana, dan ada hubungan apa Will dengan Aisha, istri Zeus?
Rena memiliki masa lalu yang buruk akan pernikahannya, dia belum siap menerima cinta yang baru. Begitu juga dengan Will, pasca meninggalnya anak dan istrinya, Will berubah drastis, dia menjadi womanizer dan tidak ingin menikah lagi, apalagi memiliki anak. Mereka berdua sama-sama pernah terluka akan kisah masa lalu, dan sekarang mereka ingin meraih kebahagiaan.
Ini kali pertama saya membaca bukunya Mimosa Q. dan kali ketiga dia menulis tentang negara Tuathina, dunia fiksi yang menjadi setting novel-novelnya. Dari segi judul, sepertinya penulis ingin menggabungkan kisah dongeng masa lalu dengan setting masa kini. Yang pertama berjudul Cinderella Tuathina dan kedua Kerudung Merah Thuathina, ketiga buku tersebut walau berdiri sendiri tetapi memiliki benang merah.
Dari segi cerita, tidak ada yang baru, konfliknya pun bisa ditebak. Kelebihan buku ini terletak pada para tokohnya, saya sebenarnya cukup menyukai mereka, terlebih saling berkaitan dengan buku sebelumnya. Masa lalu Rena dan Will juga menarik untuk disimak, sayangnya penulis terlalu bertele-tele. Bisa dibilang minim dialog, berkali-kali penulis menggambarkan kalau Rex itu menyukai kesempurnaan, egois, bla bla bla, terlalu berlama-lama menceritakan rumah tangga mereka padahal sudah jelas sekali di awal, itu masa lalu, dan fokusnya kan sekarang, ketika Rena menemukan cinta yang baru. Toh, ketika Rex muncul kembali sama sekali tidak ada interaksi dengan dirinya, dia malah cenderung diam. Saya cukup bosan di awal karena alurnya terasa lambat sekali, baru ketika Will masuk, alurnya sedikit lebih cepat tapi keblabasan.
Cinta pada pandangan pertama boleh, lah. Tapi interaksi mereka kurang, baru aja mulai perkenalan si Will langsung pengen nyosor aja, bukannya membangun chemistry kesannya malah murahan, kan Rena punya sejarah kelam akan kisah cintanya, pasti butuh waktu untuk menata kembali, lah ini mau aja disosor, katanya sebal setengah mati dengan Will. Coba kalau di awal penulis tidak berlama-lama dan berulang-ulang menceritakan masa lalu Rena, tetapi mengalihkannya untuk membangun hubungan antara Will dan Rena, memperbanyak interaksi mereka, saya yakin chemistry mereka akan lebih dapat.
Penulis sebenarnya punya modal yang bagus banget dalam menciptakan negara Tuathina ini, saya menebak bakalan ada kisah tersendiri tentang Dom, sang pangeran Tuathina dan Art, rekan kerja Rena. Kombinasi dengan dongeng masa lalu cukup menarik, sayang banget kalau di sia-siakan. Semoga saja untuk buku selanjutnya lebih baik lagi, perkuat chemistry antar karakternya, perbanyak dialog.
Bagi yang ingin membaca harlequin rasa Indonesia, buku ini bisa dicoba.
2 sayap untuk negara Tuathina.
Unik juga ya, menciptakan dongeng sendiri. Konsep Tuathina menarik banget kayaknya tuh (meski mengeja Tuathina agak ribet). Tapi... kalau cuma dapet dua bintang dari Ibu Peri, gimana dengan saya nantinya? Kalo ada pinjeman baru deh saya baca. Hahaha.
BalasHapusaku juga tadinya belibet ngeja Tuathina :))
HapusSiapa tahu kan jadi beda? coba aja dibaca :p