Come On Over
Penulis: Christian Simamora
Editor: Alit Tisna Palupi
Desainer cover: Dwi Anissa Anindhika
Penerbit: Twigora
ISBN: 978-602-70362-0-8
Cetakan pertama, 2014
436 halaman
Harga: 69k (Beli di Gramedia SS)
KATAKAN PADAKU, BAGAIMANA CARANYA MERELAKAN SESEORANG
YANG TAK PERNAH JADI MILIKMU?
Dear pembaca,
Sejak
ide dasar cerita ini muncul di kepala, hidupku benar-benar tidak
tenang. Aku dipaksanya memutar otak, mengerjakan plot, memikirkan kedua
tokoh utamanya hampir sepanjang waktu. Dan tiga bulan kemudian, akhirnya
aku bisa menghela napas lega. Cerita tentang Jermaine dan Tata berhasil
kurampungkan untuk kalian, pembaca tersayang.
Ide dasar Come On Over
muncul karena terinspirasi sejarah sedih di balik salah satu karya
klasik terpopuler sepanjang masa: “Für Elise”. Tahukah kamu, Beethoven
menulis lagu itu untuk seorang perempuan, yang ternyata belakangan
membuatnya patah hati? Apa mau dikata, cinta memang tidak pernah mudah.
Dan bagian tersulit dari mencintai seseorang adalah menunggu dia balas
mencintaimu.
Jadi bagaimana, apakah sekarang kamu siap untuk
membalik sampul depan dan memulai perjalananmu bersama buku ini? Besar
harapanku kamu akan menikmati sebesar aku menikmati proses menulisnya.
Selamat membaca dan, seperti biasa...
selamat jatuh cinta.
CHRISTIAN SIMAMORA
Saya selalu menantikan karya dari Christian Simamora walau tema cerita yang dia angkat sangat mainstream sekali, ada sesuatu yang membuat tulisan dia selalu kangen untuk dinikmati, entah itu tokoh rekaanya (cowok seksi yang nikahable), interaksi antar tokoh yang manis, lucu dan kadang hot, kalimat super gaul yang kadang bikin saya bingung tapi kok ya lucu, pekerjaan tokohnya yang aneh tapi menarik untuk disimak. Christian Simamora punya cara tersendiri untuk 'memuaskan' pembacanya.
Come On Over dimulai ketika Jermaine Morton, salah satu anak dari pengusaha ternama di Indonesia sedang mencari hadiah untuk (calon) tunangannya. Dalam momen yang special tersebut, Jermaine tentu saja ingin memberikan hadiah yang menarik, dia pergi ke Crystal Clear, sebuah toko yang menjual berbagai barang berbahan dasar kristal untuk membeli sebuah kotak musik yang lagunya bisa dipilih sendiri. Tata, pegawai sekaligus adik dari pemilik toko tersebut menyambut baik dan menyarankan beberapa lagu yang cocok untuk pacarnya, tapi Jermaine punya pilihan sendiri.
Beberapa waktu kemudian Jermaine kembali ke Crystal Clear dan berniat mengembalikan kotak musik yang sebelumnya dia beli, dengan alasan lamarannya ditolak dan setiap kali melihat barang tersebut malah menambah luka hatinya. Barang yang sudah dibeli tidak bisa dikembalikan, dengan menyesal Tata berujar pada Jermaine, laki-laki tersebut kemudian pergi dan meninggalkan kotak musik mahalnya begitu saja. Tata mengejar dan mengajak lelaki yang membuatnya tertarik tersebut untuk minum bersama di sebuah kafe dekat toko, membicarakan banyak hal, mencurahkan hati, dan akhirnya menjadi teman baik.
"Pernikahan adalah pilihan," kata Tata. "Pilihan untuk menyerah atas pilihan-pilihan lain. Meskipun lo bisa aja bilang, gue bukan jenis suami yang membatasi gerak istri, pada kenyataanya pernikahan memaksa perempuan berhadapan dengan banyak sekali batasan. Mulai dari dilema karier dan mengasuh anak, keputusan terkait urusan finansial, dan masih banyak lagi.
Tata menganggap Jermaine butuh teman bicara, mencurahkan masalah cintanya agar tidak sedih, sayang tampang cakepnya harus ternoda gara-gara ditolak cewek padahal Jermaine adalah tipe cowok yang mudah banget untuk mendapatkan cewek pengganti. Pribadi Tata yang easy going, cablak membuat Jermaine nyaman bersamanya. Keberadaan Tata sangat membantu Jermaine untuk move on ketika pacarnya ingin putus karena dijodohkan oleh orangtuanya dengan alasan Jermaine tidak cukup kaya. Jermaine memang anak konglomerat tapi dia memilih lepas dari uang orangtuanya dan membuka usaha beerhouse dengan jerih payahnya sendiri.
Pada masa-masa itulah perasaan mereka berkembang, yang awalnya hanya teman curhat menjadi lebih. Walau belum sepenuhnya lepas jari jeratan mantan, Jermaine merasakan sesuatu yang berbeda ketika bersama Tata, begitu juga sebaliknya, mereka saling tertarik tapi enggan mengungkapkan. Jermaine bahkan sempat menghindari Tata karena tidak tahan dengan perasaanya, dia tidak ingin kehilangan orang yang membuatnya nyaman ngobrol bersama. Ketika mereka berdua sudah sama-sama jujur dan hubungan sudah mulai serius, datanglah batu sandungan, mantan pacar Jermaine yang ingin kembali dan menerima lamaran yang dulu ditolaknya.
Seseorang pernah bilang, kata-kata kasar itu seperti pasta gigi; begitu dipencet keluar dari tempatnya, akan sangat sulit untuk memasukkannya kembali.
"Seseorang pernah bilang padaku, cinta itu terkadang egois. Mencintai seseorang berarti memastikan hanya dia saja yang ada di hati."
"Jangan jatuh cinta kalau nggak berani patah hati."
Dari beberapa novel Christian yang saya baca (dan sedikit yang sudah direview) saya selalu menemui karakter cowok yang hampir mirip, selain body-nya yang super hot, yaitu sifat manis, ngalahan terhadap ceweknya, kayak nggak bisa berbuat jahat gitu alias terlalu baik, kesannya malah dia yang cocok jadi cewek. Sedangkan ceweknya malah sebaliknya, terlalu feminis dan banyak maunya. Yang membedakan hanya konflik cerita yang mainstream tadi. Nggak salah sih, justru itu emang kelebihan karakter yang diciptakan penulis, tapi kalau terus-terusan seperti ini saya yakin pembaca lama kelamaan akan bosan juga. Inginnya untuk kedepannya, penulis lebih menggembangkan karakter cowok hot yang dia buat, jangan sama terus, begitu pula dengan karakter ceweknya.
Kemudian bahasa gaulnya, lucu sih tapi kalau kebanyakan dan nggak ngerti apa maksudnya jadi nganggu. Misalnya kata ei-bi-ji. Saya menemukan kata ini pertama kali di buku Guilty Pleasure, sampai membaca buku ini saya masih nggak tahu apa artinya, baru setelah membaca review yang ada di Goodreads ternyata arti dari kata tersebut adalah ABG --" Lalu ada lagi seperti; Nokendu, AITOTYUARMAIPREN, watchuduing, puh-lezz, natganahapen, membuat saya harus berpikir keras menerjemahkan arti dari perkataan bahasa Inggris yang diplesetkan tersebut. Mungkin ada baiknya ada catatan kaki untuk menjelaskan bahasa gaul tersebut agar yang kuper kayak saya ini jadi mengerti.
Premis cerita buku ini sebenarnya nggak jauh berbeda dengan Guilty Pleasure, yaitu adanya mantan yang menghambat hubungan baru kedua tokoh utamanya. Bedanya kalau di buku tersebut orang ketiganya sudah meninggal di buku ini masih hidup. Bagian yang paling saya suka adalah ketika Jermaine menghidari Tata karena mulai merasakan sesuatu yang berbeda pada perempuan tersebut, kemudian bertemu nggak sengaja di sebuah bar, lalu ada kontes foto model buat Jermaine, lucu dan dijamin kipas-kipas XD. Untuk kadar hotnya saya nilai 3 kipas, jadi buat yang dibawah umur nggak boleh baca buku ini ya.
Walau ada beberapa kekurangan dari karya Christian Simamora tetap aja pengen baca terus, termasuk kayak judul novel penulis sebelumnya, guilty pleasure, hehehe, udah tahu ceritanya akan seperti itu tetapi tetap dinikmati juga. Yah, membaca tulisan ChrisMor karena pengin mendapatkan bacaan santai, bacaan yang membuat perasaan seneng, cerita yang happy ending, yang sedikit hot, jadi kalau kamu termasuk polisi typo atau mementingkan unsur-unsur tulisan di buku dia saya sarankan nggak usah baca, karena akan bikin sewot saja :p Tapi, buat kamu yang sudah dewasa dan pengin cari tulisan yang bikin seneng tadi, coba ambil buku Christian Simamora, bawa ke kasir dan selamat membaca :D.
3.5 untuk Crystal Clear.
Sulis wrote "Yah, membaca tulisan ChrisMor karena pengin mendapatkan bacaan santai, bacaan yang membuat perasaan seneng, cerita yang happy ending, yang sedikit hot, jadi kalau kamu termasuk polisi typo atau mementingkan unsur-unsur tulisan di buku dia saya sarankan nggak usah baca, karena akan bikin sewot saja."
BalasHapusEngg, kalau aku kan bukan polisi typo kan, ya? Aku boleh donk baca ini, ya.......#nyengir
muahahaha, boleh aja tapi jangan protes terus nantinya :p
HapusMasih bulan puasa, aku tunda dulu beli buku ini Mwahahahaha
BalasHapushahahaahha, tapi udah cukup umur kan? :p
Hapus