Athena: Eureka!
Penulis:Erlin Natawiria
Editor: Nico Rosady & Jia Effendie
Desain sampul: Jeffri Fernando
Penerbit: GagasMedia
ISBN: 979-780-671-5
Cetakan pertama, 2013
284 halaman
Pinjem mbak @destinugrainy
Pembaca tersayang,
Langkahkan
kakimu ke kota sang dewi kebijaksanaan, Athena. Dari penulis debut
Gagasmedia, Erlin Natawiria, kita akan mengikuti Widha mewujudkan impian
masa kecilnya serta mendiang kakaknya yang kembar.
Satu insiden
kecil di losmen mempertemukan Widha dengan Nathan. Mereka menjadi rekan
seperjalanan; menyusuri Agora, Plaka, lalu ikut larut dalam keriaan
sepasang pengantin baru di Rafina. Rasa bertumbuh seiring kaki-kaki
mereka melangkah, dan binar tepercik setiap kali keduanya berserobok
pandang.
Namun, di sebuah kios buku kuno di Monastiraki, Widha
melihat hantu masa lalunya. Seseorang yang tidak seharusnya hadir di
kota impiannya. Sosok yang gagal dia lupakan.
Setiap tempat punya cerita,
Di antara puing-puing kuil Parthenon, ada reruntuhan hati yang siap dibangun kembali.
Salam,
Editor
Saya nggak akan panjang lebar bahas buku ini, langsung ke inti ceritanya dan kesan saya aja ya :).
Widha yang masih berstatus mahasiswa dan mempunyai kerja paruh waktu sebagai jurnalis mendapatkan info sangat penting dari penulis favoritnya, Keira Durmajinatro, menemukan jejak yang hilang; Wafi Raindra Dinesha yang sekarang menjadi pacarnya, sumber inspirasinya. Wafi adalah mantan pacar Widha waktu jaman sekolah dulu, lama kelamaan hubungan mereka padam tanpa kata perpisahan, lewat pertemuannya dengan Keira lah dia tahu keberadaan Wafi saat ini, dia sedang berada di Athena, mengisi line up festival musik di sana. Berbekal tabungannya yang Widha kumpulkan bertahun-tahun, dia berangkat ke Athena untuk menyelesaikan masalah dengan Wafi.
Di Athena, Widha bertemu teman travelling dari Perth yang jago bahasa Indonesia, Nathan. Mereka berdua menjelajahi tempat tersembunyi di Athena dan tak disangka kebersamaan mereka berujung pada sebuah rahasia. Wafi adalah musuh terbesar Nathan karena Wafi merebut cinta pertamanya, Keira.
Ceritanya mbulet ya? Emang!
Saya tulisakan apa yang membuat saya nggak suka dengan buku ini:
1. Kebetulan yang merajalela. Nggak usah saya jelasin lagi ya, udah banyak banget reviewers yang bahas ini.
2. Saya gagal paham bagian Widha yang bertujuan ke Athena untuk bertemu dengan Wafi, dia yang mengirim email pertama kali, sms pertama kali, saat bertemu tanpa sengaja Widha malah lari, kesempatan kedua datang, lari lagi, la trus buat apa jauh-jauh buang duit kalau nggak menyelesaikan masalah secepatnya? Padahal dialog mereka biasa-biasa saja, nggak terasa kaku untuk ukuran yang pernah menjalin kasih kemudian putus tanpa kata perpisahan dan lama nggak ketemu --"
3. Yang saya rasakan, Wafi memang masih ada perasaan sama Widha tapi perasaanya jauh lebih banyak ditujukan buat Keira, trus kenapa pas Nathan deketin Widha dia jadi jahat dan nggak mau Widha sama Nathan? Egois banget sih.
4. Banyak kalimat yang membuat saya baca ulang sampe berkali-kali karena gagal paham, contohnya pesan pertama yang Widha kirim buat Wafi:
Paham maksud saya? E-mail di atas pertama kali Widha kirim setelah lama nggak pernah berkomunikasi dengan Wafi, alamat e-mailnya pun hasil dari dia stalker sosial media Wafi tapi kenapa balasan dari Wafi seakan-akan mereka sudah sering berbalas e-mail? Dan kok tahu kalau Widha mau ke Athena padahal nggak bilang loh.
Beda lagi waktu sudut pandangnya beralih ke Wafi, menurut saya lebih bisa diterima nalar, balasannya seperti ini:
6. Nggak ada karakter yang saya suka di buku ini. Bahkan saya kasihan dengan Widha karena dua cowok yang dia sukai lebih tertarik dengan Keira.
7. Dan masih banyak lagi.
Yang membuat saya bertahan baca buku ini:
1. Playlistnya lumayan oke.
2. Saya cukup menikmati acara jalan-jalan Widha dengan Nathan, cukup seru sebenarnya hanya saja saya cukup sulit membayangkan lokasi tersebut.
Materi untuk novel ini sebenarnya cukup bagus, terlebih lokasinya di Yunani, berharapnya penulis lebih mengupas dewa-dewa atau mitos di sana yang kemudian dihubungkan dengan ceritanya sendiri. Sebenarnya disisipkan juga pas acara jalan-jalan tapi kurang nyambung dengan keseluruhan cerita. Sebagai contoh seri STPC yang sukses menggabungkan setting dan cerita utama adalah buku London karya Windry Ramadhina. Yah, semoga saja karya selanjutnya jauh lebih baik dari debutnya ini.
2 sayap untuk Poseidon.
Widha yang masih berstatus mahasiswa dan mempunyai kerja paruh waktu sebagai jurnalis mendapatkan info sangat penting dari penulis favoritnya, Keira Durmajinatro, menemukan jejak yang hilang; Wafi Raindra Dinesha yang sekarang menjadi pacarnya, sumber inspirasinya. Wafi adalah mantan pacar Widha waktu jaman sekolah dulu, lama kelamaan hubungan mereka padam tanpa kata perpisahan, lewat pertemuannya dengan Keira lah dia tahu keberadaan Wafi saat ini, dia sedang berada di Athena, mengisi line up festival musik di sana. Berbekal tabungannya yang Widha kumpulkan bertahun-tahun, dia berangkat ke Athena untuk menyelesaikan masalah dengan Wafi.
Di Athena, Widha bertemu teman travelling dari Perth yang jago bahasa Indonesia, Nathan. Mereka berdua menjelajahi tempat tersembunyi di Athena dan tak disangka kebersamaan mereka berujung pada sebuah rahasia. Wafi adalah musuh terbesar Nathan karena Wafi merebut cinta pertamanya, Keira.
Ceritanya mbulet ya? Emang!
Saya tulisakan apa yang membuat saya nggak suka dengan buku ini:
1. Kebetulan yang merajalela. Nggak usah saya jelasin lagi ya, udah banyak banget reviewers yang bahas ini.
2. Saya gagal paham bagian Widha yang bertujuan ke Athena untuk bertemu dengan Wafi, dia yang mengirim email pertama kali, sms pertama kali, saat bertemu tanpa sengaja Widha malah lari, kesempatan kedua datang, lari lagi, la trus buat apa jauh-jauh buang duit kalau nggak menyelesaikan masalah secepatnya? Padahal dialog mereka biasa-biasa saja, nggak terasa kaku untuk ukuran yang pernah menjalin kasih kemudian putus tanpa kata perpisahan dan lama nggak ketemu --"
3. Yang saya rasakan, Wafi memang masih ada perasaan sama Widha tapi perasaanya jauh lebih banyak ditujukan buat Keira, trus kenapa pas Nathan deketin Widha dia jadi jahat dan nggak mau Widha sama Nathan? Egois banget sih.
4. Banyak kalimat yang membuat saya baca ulang sampe berkali-kali karena gagal paham, contohnya pesan pertama yang Widha kirim buat Wafi:
Hei Wafi, masih ingat aku?(Buka foto yang aku lampirkan).
Widha.
balasannya
Setelah hampir dua minggu di Athena, aku akhirnya bisa bertemu orang yang paham seluk beluk kota ini, Kamu pergi hari ini, kan? Semoga perjalannya lancar.
Wafi.
Paham maksud saya? E-mail di atas pertama kali Widha kirim setelah lama nggak pernah berkomunikasi dengan Wafi, alamat e-mailnya pun hasil dari dia stalker sosial media Wafi tapi kenapa balasan dari Wafi seakan-akan mereka sudah sering berbalas e-mail? Dan kok tahu kalau Widha mau ke Athena padahal nggak bilang loh.
Beda lagi waktu sudut pandangnya beralih ke Wafi, menurut saya lebih bisa diterima nalar, balasannya seperti ini:
Sumadimaja? -ini adalah balasan pertama Wafi. Singkat karena dia masih ragu. Wafi memang hanya mengenal satu Widha, tapi dia khawatir si pengirim adalah penipu yang siap menguras idi ATM-nya.5. Waktu Keira mengumumkan siapa inspirasi dia dalam menulis yaitu pacar dan menyebutkan namanya, reaksi Widha hanya Oh. Kebetulan yang kurang maksimal, berharapnya ada adegan yang lebih menginggat Widha masih punya perasaan sama Wafi.
Iya. Widha A. Sumadimaja.Cewek yang kamu ajak buat nonton konser Secondhand Serenade, sebelum kamu berubah menjadi orang paling pendiam di sekolah. Cewek yang juga kehilangan kabar kamu sejak satu tahun yang lalu.
6. Nggak ada karakter yang saya suka di buku ini. Bahkan saya kasihan dengan Widha karena dua cowok yang dia sukai lebih tertarik dengan Keira.
7. Dan masih banyak lagi.
Yang membuat saya bertahan baca buku ini:
1. Playlistnya lumayan oke.
2. Saya cukup menikmati acara jalan-jalan Widha dengan Nathan, cukup seru sebenarnya hanya saja saya cukup sulit membayangkan lokasi tersebut.
Materi untuk novel ini sebenarnya cukup bagus, terlebih lokasinya di Yunani, berharapnya penulis lebih mengupas dewa-dewa atau mitos di sana yang kemudian dihubungkan dengan ceritanya sendiri. Sebenarnya disisipkan juga pas acara jalan-jalan tapi kurang nyambung dengan keseluruhan cerita. Sebagai contoh seri STPC yang sukses menggabungkan setting dan cerita utama adalah buku London karya Windry Ramadhina. Yah, semoga saja karya selanjutnya jauh lebih baik dari debutnya ini.
2 sayap untuk Poseidon.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan berkomentar, jejakmu sangat berarti untukku :*