Pages

Kamis, 18 Februari 2016

Resensi: Summit Karya Peringga Ancala

Judul buku: Summit
Penulis: Peringga Ancala
Penyuting: Anida Nurrahmi
Perancang sampul dan isi: Teguh Tri Erdyan
Penerbit: Ice Cube
ISBN: 978-979-91-0871-5
Cetakan pertama, Mei 2015
193 halaman
Hasil swap di IRF
“Gue mau mendaki Rinjani. Seperti yang lo tahu, gue udah tertipu habis-habisan. Jadi, gue butuh pemandu dan—”

“Mendaki? Kau tidak salah? Mendaki sampai puncak Mahabiru?”

“Dengar, ya, gue ini punya misi penting. Lo nggak perlu tahu alasannya, yang pasti gue harus mendaki Rinjani. Terserah lo mau bilang apa!”

“Dan misimu itu lebih penting dari nyawamu?”


Bagi Lika si gadis suku Sasak asli, Rinjani adalah taman bermainnya sejak kecil. Berjam-jam mendaki jalur terjal menuju Danau Segara Anak, ia sudah ahli. Puncak Mahabiru pun sudah berkali-kali ia sambangi. Dan ia tak main-main saat mengatakan kalau mimpinya adalah menjadi trekking guide perempuan berlisensi. Sayangnya, Lika harus puas menjadi pemandu wisata keliling desa karena para pendaki lebih percaya trekking guide laki-laki. Kesempatan langka untuknya datang lewat Idan, pemuda kota yang sama sekali tak punya pengalaman mendaki tapi ngotot ingin menyentuh puncak Rinjani. Keduanya saling membutuhkan, namun keduanya sama-sama meragukan kemampuan masing-masing. Akankah pendakian ini berhasil, jika dari awal saja keduanya selalu berselisih?
Merasa kecewa karena diputuskan pacarnya yang lebih memilih lelaki pecinta alam, Idan nekat ingin menaklukkan punjak Rinjani tanpa persiapan apa pun, dia rela menjebol tabungannya untuk membayar mahal trekking organizer yang akan menemaninya berwisata ke Lombok, mendaki Gunung Rinjani. Idan ingin membuktikan kepada mantan pacarnya bahwa dia lebih hebat dari pacar barunya, bahwa dia juga bisa mendaki gunung. Naasnya, Idan dibohongi oleh trekking organizer yang dia pesan via online, bahkan trekking yang lain sudah penuh karena memasuki masa liburan, temannya menyarankan untuk pulang saja, tapi tekat Idan kuat untuk menjalankan misinya. Hanya tinggal satu harapan Idan, meminta bantuan perempuan menyebalkan yang dia temui di bandara.

Lika memiliki gelar Baiq  di bumi Sasak, seorang keturunan bangsawan, memiliki darah ningrat. Di usianya yang masih muda keluarganya ingin dia menikah dengan bagsawan lain, meneruskan adat yang sudah turun temurun. Namun, Lika mempunyai impian, dia memilih meneruskan kuliah dan ingin meneruskan usaha trekking organizer milik ayahnya yang sudah dibangun sepenuh hati, menjadi salah satu trekking guide perempuan berlisensi dan pertama di desanya. Dia tidak hanya ingin sebagai pemandu turis asing yang berwisata keliling desa, dia ingin memandu orang lain mendaki Gunung Rinjani. Rinjani sudah seperti napas baginya, dia dibesarkan ayahnya dengan passion yang sama, dan dia tidak ingin impiannya hancur hanya karena gelar bangsawan yang dimiliki. Dia akan membuktikan kalau dia mampu, lewat Tuan Alien yang cerewetnya minta ampun, lewat lelaki yang tujuannya sangat tidak mulia.

Walau kerap berselisih, Idan dan Lika membutuhkan satu sama lain, segala persiapan dilakukan oleh Lika agar pendakian pertama Idan sukses. Menaklukkan Gunung Rinjani bukan perkara mudah untuk yang baru pertama kali mendaki. Gunung Rinjani menjadi salah satu gunung dengan jalur pendakian tersulit di Indonesia, mampukah keduanya mengapai tujuan masing-masing? 
"Pendakian itu bukan untuk menaklukkan puncak gunung, tapi menaklukkan ego."
"Kau tahu apa arti pecinta alam yang sesungguhnya?"
"Orang yang hobi naik gunung?" jawabku cepat.
Lika menggeleng tegas. "Salah. Pecinta alam adalah seseorang yang mencintai alam dan melindunginya dengan tindakannya."
"Jadi, seorang pendaki gunung sekalipun nggak bisa disebut sebagai pecinta alam kalau dia masih suka buang sampah sembarangan, begitu maksud lo?"
"Mendaki itu tidak tergantung dari besar kecilnya tubuh seseorang, tapi lebih pada kebiasaannya mendaki. Semakin sering mendaki, semakin terbiasa pula tubuhnya."
"Kau akan jatuh cinta pada semua gunung. Untungnya, cintamu pada gunung tak akan membuat sakit. Hanya akan menyiksamu ketika kau merasa rindu."
Kurasa memang benar. Setelah kejadian semalam, aku jadi menyadari bahwa hidup itu mahal. Betapa hidup itu terdiri dari berbagai pilihan dan kita harus mampu memilihnya meski dalam kondisi terdesak. Satu kali mendaki, satu kali pula kita menghargai hidup. Dua kali mendaki, dua kali kita mampu menghargai hidup. Tiga kali, empat kali, bahkan ratusan kali kita mendaki, maka sejumlah itu pula kita menghargai hidup.
Tidak menyangka buku yang tergolong tipis ini ternyata seru sekali. Beberapa kali saya membaca cerita tentang mendaki gunung, buku ini adalah yang paling jelas dari soal pendeskripsian baik itu tata cara naik gunung, apa saja yang dibutuhkan dan apa saja yang tidak boleh dilakukan. Banyak sekali informasi berguna yang saya dapat, khususnya tentang bumi Sasak dan Gunung Rinjani. Buku ini memang tidak detail sekali, tapi cukup jelas, memberitahukan apa yang memang dibutuhkan untuk kelengkapan cerita. Membaca buku ini saya jadi tahu kalau ada yang namanaya trekking guide (pemandu layaknya kita berwisata ke tempat biasanya, tapi guide ini khusus memandu kita di gunung, menunjukkan jalan dan membawa kita sampai ke puncak) dan porter (orang yang akan berjalan cepat dan berada di depan penyewa, tugasnya membawakan barang-barang, menyiapkan tenda, menyiapkan makan).

Saya pernak naik gunung sekali di mana tanpa persiapan yang mumpuni dan akhirnya gagal, saya tahu betul susahnya seperti apa, saya bisa merasakan Idan pertama kali naik gunung yang tanpa latihan terlebih dahulu, bahkan saya pernah mengalami hipotermia dan nyaris hipoksia. Ada beberapa tips yang sangat berguna sekali yang saya dapatkan ketika membaca buku ini, misalkan saja tentang tata cara packing serta larangan memetik bunga edelweiss karena sama saja merusak alam. Kemudian persiapan apa saja yang dibutuhkan seperti jangan menggantung matras di atas carrier, kalau bisa berat carrier tidak lebih dari sepertiga berat badan, letakkan barang paling ringan di bagian paling bawah, baru paling berat di atasnya. Beban bagian kiri dan kanan harus seimbang, barang yang sering digunakan ditaruh di tempat yang mudah dijangkau. Dan yang paling penting harus membawa kantong plastik untuk tempat sampah, haram hukumnya membuang sampah di gunung. Masih banyak tips yang sangat berguna yang akan dibutuhkan oleh pendaki.

Untuk karakter para tokohnya sendiri, saya sangat menyukai keduanya, baik Lika dan Idan adalah komposisi yang pas untuk buku ini. Idan sebagai anak band gengsi karena diputuskan pacarnya yang memilih lelaki pecinta alam, dia pun ingin menunjukkan kalau dia juga bisa, motivasinya hanya itu. Dia tipe cowok yang cerewet, rewel, tidak bisa diam, selalu ceria, dan baik. Sedangkan Lika sendiri dia tipe feminis, dia ingin mengikuti jejak ayahnya, menjadi satu-satunya penerus usaha yang telah dibangun dengan segenap hati, dia ingin menunjukkan deskriminasi yang masih lekat di desanya itu tidak berguna lagi, jaman sudah maju, perempuan bisa memperoleh pendidikan yang lebih tinggi, perempuan bisa menjadi seorang trekking guide.

Walau ceritanya bisa dibilang singkat, saya sangat puas sekali, ketahuan banget kalau penulis juga seorang pecinta alam, semoga di buku selanjutnya penulis tetap konsisten menghadirkan cerita dari Indonesia dengan keberagamannya, dengan tantangannya, dengan tips yang bisa diambil oleh orang awam. Saya puas dengan endingnya, memang harapannya lebih banyak lagi cerita yang digali, tapi cukuplah :D

Summit bertema tentang menggapai impian, tentang menaklukkan ego. Sangat recommended bagi pecinta alam, yang ingin naik gunung atau yang ingin tahu tentang apa saja yang dibutuhkan ketika naik gunung dan keindahan di dalamnya.

4 sayap untuk Cantingi. Sehebat apa pun badai, cantingi tidak akan tumbang karena akarnya sangat kuat mencengkeram.

1 komentar:

Silahkan berkomentar, jejakmu sangat berarti untukku :*