Pages

Rabu, 17 Februari 2016

Resensi: Ocean Breeze Karya Cepi R. Dini

Judul buku: Ocean Breeze
Penulis: Cepi R. Dini
Penyunting: Katrine Gabby Kusuma
Perancang sampul: Teguh Tri Erdyan
Penerbit: Ice Cube
ISBN: 978-979-91-0883-8
Cetakan pertama, Juni 2015
254 halaman
Hasil swap di IRF
“Jadi nama panjangmu….”

“Ocean Alamanda.”

“Walker.”

Ocean menggeleng. “Hanya Ocean Alamanda.”

“Akan menjadi Walker. Segera.” Brian berjanji.


Seumur hidup, Ocean hanya tinggal berdua dengan ibunya di Anchorage, Alaska, tanpa satu orang pun kerabat. Dan ketika ibunya meninggal dunia, Ocean sudah pasrah kalau harus tinggal di panti asuhan. Namun pengacaranya justru membawa kabar mengejutkan bahwa Ocean akan pindah ke Miami untuk tinggal dengan ayah kandungnya, Brian Walker. Meskipun Brian orang yang baik hati dan penyayang, sulit bagi Ocean untuk menerima dan mengakui pria asing itu sebagai ayahnya. Apalagi Brian ternyata sudah berkeluarga dan istrinya tidak menunjukkan tanda-tanda kesediaan menerima Ocean. Mau tidak mau, Ocean harus beradaptasi dengan keluarga, teman-teman, dan lingkungan barunya. Jauh dari kampung halamannya yang nyaman. Jauh dari pusara sang ibu.
Ocean Alamanda tidak pernah mengetahui siapa ayahnya, tiap kali ditanya ibunya akan menghindar, tidak ingin membahasnya. Ketika berumur enam belas tahun, ibunya meninggal dunia karena kanker hati, usia Ocean yang menyatakan dia belum dewasa tidak diperbolehkan hidup tanpa perwalian, dia harus tinggal dengan kerabat, diadopsi atau tinggal di panti asuhan. Namun, tidak ada kerabat yang Ocean kenal, seumur hidup dia hanya tinggal berdua dengan ibunya, ibunya memang tidak banyak bergaul, tidak memiliki banyak teman, sehingga Ocean hanya pasrah kemana dia akan menggantung hidup.

Berita mengejutkan datang dari pengacaranya, Gerald Lewis, di surat wasiat yang ibunya buat Ocean akan tinggal bersama ayahnya, Brian Walker. Tentu menjadi berita yang mengejutkan, dia tidak tahu siapa dan di mana ayahnya tinggal selama ini, bahkan kemungkinan besar sudah meninggal. Tanpa banyak persiapan dan efek kejut yang masih terasa, Ocean segera pindah ke Miami, tempat ayahnya tinggal selama ini. Setelah bertemu Ocean mendapati ayahnya adalah sosok yang tampan dan kaya, banyak mobil mewah di rumahnya. Dia juga sudah menikah lagi bahkan istri barunya sedang mengandung. Brian menerima kehadiran Ocean dengan gembira, dia mengatakan kalau selama ini berusaha mencari keberadaanya tapi selalu nihil, sampai ada pengacara yang menghubungi dan anaknya akan tinggal bersamanya.

Berkebalikan dengan Brian Walker yang sangat memanjakan dan ingin memenuhi semua kebutuhan anaknya, sejak awal ibu tirinya tidak menyukai kehadiran Ocean, tatapannya tidak pernah bersahabat, membuat Ocean tidak nyaman dan geraknya terbatas selama di rumah. Belum lagi Ocean harus beradaptasi dengan teman-teman barunya di sekolah, hanya satu yang dianggap Ocean asik diajak berteman, dia adalah Julian, cowok berkacamata dan berpenampilan nerd, tapi di luar sekolah cowok tersebut sangat berbeda, penuh pesona.

Sebenarnya dari segi teknik menulis dan gaya bahasa yang digunakan masih jauh dari kata sempurna, baik narasi dan dialog kadang terasa datar, lebih banyak tell daripada show, yang menjadikan buku ini tidak sedetail harapan saya. Namun, saya cukup mendapatkan feel akan tema fatherhood yang diusung penulis, ada bagian yang membuat saya sedikit terharu, di bagian terakhir saat Ocean menginap di tempat Julian. Saya suka ide ceritanya, bagaimana beradaptasi di tempat baru, beradaptasi dengan sosok yang seharusnya dekat tapi merasa jauh, terlebih saya suka tokoh Julian, tipe cowok cupu yang menyimpan kehebatan layaknya Clark Kent, hahaha.

Konflik utama buku ini adalah tentang kepercayaan seorang ayah terhadap anaknya, tentang beradaptasi baik itu dengan seseorang maupun tempat baru. Konflik yang cukup realistis melihat di kehidupan nyata kita akan sering menemui permasalahan yang sama. Ocean adalah anak pertama yang tiba-tiba saja hadir di kehidupan Brian ketika dia sudah beranjak dewasa. Ada rasa kagok menjadi orangtua dadakan, takut kalau dia akan gagal menjadi seorang ayah yang baik, takut tidak mengerti kemauan anaknya, sehingga dia sedikit overprotektif dan lebih memilih memberi hukuman ketika Ocean terlibat masalah, padahal bukan dia dalangnya. Brian tidak langsung percaya, berbeda dengan Tom, kakak Miranda, istrinya, yang cepat dekat dengan Ocean bahkan menjadi orang pertama yang dihubungi ketika dia terlibat masalah, membuat Brian iri dan mempertanyakan kembali apakah Ocean benar-benar tidak menyukai keberadaanya.

Saya suka penulis menyelesaikan konflik di buku ini, yang kemudian membuka rahasia masa lalu orangtuanya. Kisah cintanya menurut saya juga pas, memang porsinya lebih sedikit dari tema ayah-anak, setidaknya pesona Julian tetap terasa. Buku ini bisa menjadi rekomendasi bagi yang ingin membaca kisah permasalahan dengan orangtua, yang kadang keputusan kita dianggap tidak baik oleh mereka, yang kadang kita merasa tidak dapat dipercaya padahal yang kita minta sebagai anak kepada orangtua adalah sedikit rasa memahami :D

3.5 sayap untuk Ocean Alamanda Walker.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berkomentar, jejakmu sangat berarti untukku :*