Pages

Rabu, 19 Mei 2021

Love and Fortune | TV Adaptation Review


Love and Fortune | 2018
Judul lain: Koi no Tsuki
Sutradara: Yoshihiro Mori, Mai Sakai, Hana Matsumoto, Kenji Kuwajima
Penulis: Ryo Takada, Makiko Mizoguchi, Takamasa Oe, Akira Nitta
Pemain: Eri Tokunaga, Fuju Kamio, Daichi Watanabe, Sairi Itoh, Yui Imaizumi, Masanobu Ando, Enon Kawatani
Rilis: 26 Juli - 12 Oktober 2018
Episode: 12
Produksi: TV Tokyo, Netflix

Based on Akira Nitta's manga, Koi no Tsuki (2015)

Awalnya nggak punya ekspektasi apa-apa ketika tanpa sengaja menemukan dorama ini di Netflix, bosan nonton c-drama, saya nyari-nyari tontonan dari negara lain. Dari sinopsisnya saya tertarik, tentang agegap, begitu nonton saya agak kaget, baru kali ini nemu dorama yang cukup eksplisit dari segi adegan dewasanya, hahaha. Terlebih ketika selesai nonton, dorama ini emang bukan ditujukan untuk semua umur, terlebih bila kalian polisi moral, karena bukan hanya sex scene yang cukup berani, tapi tema utama yang diusung.

Wako Taira (Eri Tokunaga) menjalani hubungan yang monoton dengan pacarnya Fuuta Aoi (Daichi Watanabe), mereka berpacaran selama empat tahun dan memutuskan tinggal bersama setelah tiga tahun. Karena pernah diselingkuhi, Wako merasa hanya Fuuta yang mau menerima dia, terlebih usianya yang akan menginjak 32 tahun, usia di mana hanya 10% rata-rata wanita bisa menikah. Dari segi keluarga pun tanpa lelah agar Wako segera menikah dan memiliki anak.

Wako bekerja paruh waktu di bioskop dekat rumahnya, di sanalah dia melihat Yumeaki Iko (Fuju Kamio), seorang pelajar berusia 15 tahun yang memiliki kesamaan film dan sutradara favorit dengan Wako, dia langsung jatuh cinta pada pandangan pertama. Wako tahu kalau perasaanya terlarang, terlebih dia sudah memiliki Fuuta, dia memiliki hubungan yang stabil, dan dia pernah merasakan diselingkuhi.

Namun apa dikata kalau namanya jatuh cinta kita tidak bisa memilih, terlebih Iko ternyata juga memiliki perasaan yang sama. Hubungan mereka tidaklah mudah, terlebih pandangan masyarakat dan bisa dikategorikan ilegal atau kriminal.


Mari kita kesampingkan dulu pesan moral di drama ini, kalau memang ada, hahaha. Saya akan lebih membahas tentang karakter utama wanitanya dan pergolakan yang dia alami. Wako Taira ini bisa dibilang representasi kebanyakan wanita yang menginjak usia 30an, tidak banyak pilihan, lebih banyak memilih posisi aman dan nyaman dalam hal hubungan dan tentu saja tuntutan dari keluarga untuk segera menikah dan memiliki anak.

Oleh karena itu dia ingin mengajak Fuuta bertemu dengan keluarga tapi dia selalu menghindar, merasa hubungan mereka baik-baik saja tanpa menikah. Wako bimbang, terlebih dia yang selalu mengalah dan membayar kebutuhan mereka. Entah itu membayar sewa rumah, kebuituhan sehari-hari, bahkan bersih-bersih, semua Wako lakukan tanpa campur tangan Fuuta. Terlebih pacarnya itu selalu memyuruh Wako untuk mencari pekerjaan tetap.

Kehadiran Iko benar-benar membawa angin segar dalam hidupnya, pemuda yang penuh warna dan bersemangat untuk menjadi sineas seperti sutradara favoritnya membuat Wako sangat nyaman dengannya. Iko juga membuat Wako lebih berani, khususnya mengambil keputusan apa yang memang terbaik buat dirinya, sanggup meninggalkan zona nyamannya.


Wako tahu kalau hubungannya dengan Iko tidak lah mudah, tidak pantas, tapi dia hanya ingin mengikuti kata hatinya. Wako sadar jarak usianya dengan Iko, ada adegan ketika dia melihat seorang anak kecil dengan ibunya (kalau nggak salah, agak lupa :p), dia memandang seperti itulah pandangan orang lain kalau melihat hubungan mereka. Ketika dia menjadi buah bibir di kantor karena hubungannya terungkap dengan seorang pelajar, dia dijauhi, tidak dianggap. Hanya ada satu teman yang mengerti posisi Wako. Temannya ini memiliki pacar yang usianya juga lebih muda dan tinggal bersama, tidak ada rencana untuk menikah. Memberikan pandangan, persetan omongan orang :D

Yumeaki Iko ini pun laiknya pemuda seusianya, gemar mencoba sesuatu yang baru, yang belum tahu risiko apa yang bisa terjadi dari perbuatan spontannya, yang belum memikirkan apa-apa asal bahagia. Misalkan saja ketika temannya tahu kalau dia memiliki pacar yang usianya jauh di atasnya dan menganggap gila dan tak pantas, Iko hanya merasa apa salahnya? Apakah aneh? Ada adegan yang membuat Wako marah ketika dia mencari pekerjaan tapi tak kunjung dapat karena usianya, Iko hanya menanggapi secara ringan, padahal hal ini cukup penting bagi Wako, seseorang yang memang belum dewasa.

Ada beberapa hal yang sebenarnya ditakutkan Wako perihal Iko, apakah dia bisa menikah dan memiliki anak? Apakah Iko nantinya akan bosan dan mencari gadis seusianya? Terlebih ketika hubungan mereka sudah semakin jauh, Iko menjadi sangat posesif, dia sangat cemburuan, dia tidak ingin melanjutkan sekolah, dia semakin terobsesi dengan Wako. Akting Fuju Kamio beneran keren deh, eskpresinya dapat banget, kalau Eri Tokunaga jangan ditanya, top-notch banget.

Tema Love and Fortune memang bisa dibilang cukup berat, tentang agegap (bahkan pedofil) dan pelecehan seksual, sesuatu yang tidak bisa diterima secara mudah. Di salah satu episode ada semacam pemberitahuan tentang salah satu hukum di Jepang, kalau menjalin hubungan dengan seseorang yang belum legal secara usia, 18 tahun ke bawah termasuk tindakan kriminal dan bisa dipenjara. Ditunjukan juga sebagai contoh, sutradara favorit Wako dan Iko terjerat kasus karena mengencani gadis berusia 17 tahun. Dalam hal ini juga tersirat pesan kalau cowok yang lebih tua, biasanya berani mengungkapkan hubungan daripada sebaliknya, lebih berani mengambil risiko.

Mengesampingkan tema cerita, sinematografi Love and Fortune ini benar-benar indah, sangat aestetik, terniat deh. Mulai dari ketika Wako bermain bola putar, potongan adegan yang dibuat frame ketika Wako mencari kerja atau hendak bertemu Iko sangat artistik, sampai tone warna yang dipilih benar-benar bikin nyaman ketika nonton. Apalagi pas adegan Wako dan Iko menyusuri tempat-tempat yang ada di film favorit mereka. Walau adegannya eksplisit banget, tidak ada adegan tubuh yang ditampilkan. Seperti, baru kali ini nemu dorama yang nggak crige dan benar-benar digarap secara serius. Nggak heran sih ya, lebih dari satu sutradara untuk membuatnya.

Kalau kalian mengesampingkan pesan moral dan lebih fokus akan pilihan yang diambil Wako, apa yang dia rasakan dan inginkan dalam hidup seorang wanita berusia 30an, maka drama ini bisa dicoba. Serius deh, drama ini beneran bagus, tapi ya itu, drama ini bisa ditonton kalau kalian berusia 18+, banyak adegan dewasa dan temanya cukup sensitif.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berkomentar, jejakmu sangat berarti untukku :*