Pages

Selasa, 18 September 2018

The Wrong Side of Right by Jenn Marie Thorne | Book Review

Judul buku: The Wrong Side of Right
Penulis: Jenn Marie Thorne
Penerjemah: Daniel Santosa
Penyunting: Abduraafi Andrian, Anida Nurrahmi
Perancang sampul: Teguh Tri Erdyan
Penerbit: Pop
ISBN: 978-602-424-742-3
Cetakan pertama, September 2018
418 halaman
Buntelan dari @pop_icecube
Dia perlahan bangkit dari sofa, menatapku dengan mata membuka lebar, seolah aku ini hantu, seolah aku bersimbah darah atau membawa pistol, seolah aku sosok yang menakutkan. Aku tahu benar siapa pria itu. Semua orang di negara ini tahu.

Senator Mark Cooper, perwakilan Partai Republik dari Massachusetts.

Calon Presiden Amerika Serikat.

Setelah ibunya meninggal dunia tahun lalu, anggota keluarga Kate Quinn yang tersisa hanyalah Paman Barry dan Bibi Tess yang kini menjadi walinya. Karena itu, saat seseorang yang tak disangka-sangka muncul di ruang tamu rumahnya, Kate harus menghadapi kenyataan yang tak pernah dia bayangkan. Ternyata ayah Kate masih hidup! Dan ternyata ayahnya adalah seorang politikus ternama yang tengah mencalonkan diri sebagai presiden Amerika Serikat. Mendadak hidup Kate berubah. Dia harus tinggal bersama keluarga yang tidak pernah dia ketahui keberadaannya, ikut kampanye mendukung seorang pria yang tidak dia kenal sebelumnya, dan naksir dengan cowok yang tidak seharusnya dia taksir—anak capres petahana, lawan politik ayahnya. Meskipun sulit, Kate cepat belajar. Namun, dunia politik sarat intrik dan Kate tidak bisa selamanya menuruti apa kata tim sukses ayahnya. Ketika nilai-nilai yang dia pegang bertentangan dengan kepentingan partai, Kate harus mengambil sikap.
Kate Quinn mulanya hanya gadis enam belas tahun biasa, memiliki nilai rata-rata yang bagus, diasuh oleh paman dan bibinya, dia kehilangan ibunya karena kecelakaan mobil. Sewaktu sepulang sekolah, Kate mendapatkan telepon yang mirip dengan apa yang menimpanya setahun yang lalu, menyuruhnya segera pulang. Bedanya, dulu dia menerima kabar kalau ibunya meninggal, kini dia kedatangan tamu yang tak pernah dia sangka, ayah kandungnya, Senator Mark Cooper, perwakilan Partai Republik dari Massachusetts. Calon Presiden Amerika Serikat.

Secara fisik, Kate menyerupai ayahnya, tidak perlu diragukan lagi. Hanya saja, kabar tersiarnya Senator Cooper memiliki anak di luar nikah dengan perempuan lain datang di waktu yang tidak tepat, 147 hari menjelang pilpres. Kemunculan Kate bisa menjadi pukulan telak dari lawan, bisa menurunkan elektabilitas, memengaruhi suara. Tim pemenangan kampanye pun akhirnya memutar otak, karena berita sudah terlanjur meledak, biar sekalian saja. Kate menjadi anggota baru keluarga Senator Cooper, ikut dalam dalam jadwal tur kampanye.

Tentu tidak mudah bagi Kate beradaptasi dengan semuanya, secara mendadak. Kate tidak mengenal ayahnya sama sekali. Apakah Meg, ibu tirinya membenci keberadaanya? Apakah Kate tetap dianggap sebagai kakak oleh saudara kembarnya, Grace dan Gabe? Apakah ketertarikannya dengan Andy Lawrence -anak capres petahana, akan berpengaruh dalam pemilihan nanti? Belum sewaktu ikut kampanye Kate mengetahui kebijakan utama yang diusung partai ayahnya sangat bertentang dengan prinsip hidupnya. Apakah keberadaan Kate hanya dimanfaatkan untuk melindungi reputasi ayahnya? Upaya terakhir untuk menyelamatkan kampanye dari ambang kehancuran?
"Tidak perlu malu karena sudah lahir ke dunia, dan karenanya saya tidak berhutang permintaan maaf kepada Anda semua."
"Sepertinya... aku paling suka Sejarah."
Meg memajukan badan, menggeser gelas anggurnya. "Oh, ya?"
"Yah, memang banyak sekali hafalannya." Aku tersenyum mengingat begitu banyak materi Sejarah Lanjutan yang harus kuingat seminggu kemarin. "Tapi di balik nama dan tanggal... ada kehidupan. Menurutku itulah esensi sejarah, keputusan-keputusan yang diambil oleh seseorang karena... entahlah. Mungkin karena ketakutan mereka atau justru karena harapan mereka. Aku suka sisi kemanusiaan dari sejarah. Rasanya menakjubkan sekali mengetahui bagaimana seseorang dapat mengubah dunia tanpa mereka sadari."
The Wrong Side of Right tergolong unik untuk ukuran buku remaja, sedikit membahas tentang dunia politik, terlebih tentang bagaimana rasanya ikut terjun langsung dalam sebuah kampanye yang akan dilakukan oleh orang terdekat, khususnya sang ayah. Tidak banyak buku remaja yang berlatar dunia politik yang ditulis dengan ringan dan menyenangkan, sebelumnya, saya pernah membaca buku remaja dengan atmosfer yang sama, All-American Girl karya Meg Cabot (lebih ke persamaan kisah cintanya karena melibatkan anak presiden) dan Sophismata karya penulis lokal Alanda Kariza (gambaran dunia politik dalam negeri).  

Membaca buku ini jadi sedikit tahu bagaimana sibuknya, persiapan yang dilakukan tim sukses, sampai cara membagi waktu dengan keluarga. Jadi tahu juga dalam tim kampanye ada ketua tim strategi kampanye, manajer kampanye, ketua tim komunikasi, penulis naskah pidato, bahkan sampai ada pengarah busana politik. Membaca buku ini jadi tahu gambaran dunia politik di Amerik Serikat, dalam taraf yang ringan tentu saja, karena kita melihat dari kacamata Kate, anak muda yang juga sama seperti pembaca, kali pertama mencicipi seluk beluk kampanye pemilihan presiden. Walau terlihat serius dengan topik tersebut, penulis mengambil sudut pandang yang berbeda sehingga tidak berat untuk dicerna, bahkan dari kacamata Kate dunia politik yang penuh intrik terlihat seru.

Selain hal tersebut, yang menjadi fokus cerita adalah hubungan Kate dengan senator Cooper sendiri, mereka sama-sama asing tapi di sisi lain begitu dekat, 
ayah yang baru dia tahu ketika sudah beranjak dewasa. Karena kesibukan, sedikit sekali waktu yang bisa dihabiskan Senator Cooper dengan Kate, padahal Kate ingin sekali mengenal lebih dekat ayahnya, tentang dirinya, dan bagaimana hubungan dia dan ibunya dulu. Tentu mulanya terasa kaku, tiba-tiba orang asing menjadi ayahmu, tapi Kate berusaha mengenal, berusaha menerima, kalau dia tidak sendirian lagi, ada pengganti ibunya, ayah serta keluarga barunya. 

Kate tidak hanya beradaptasi dengan lingkungan baru, tapi dengan keluarga baru, ibu tiri beserta dua adik kembar. Saya suka bagaimana penulis membangun hubungan mereka secara perlahan, karena memang tidak mudah. Saya pun kalau jadi Meg pasti sangat membenci Kate, walau sebenarnya bukan kesalahannya. Meg mencoba menerima, dia sosok yang tenang dan cerdas, sesuai dengan profesinya yang memang seorang profesor sejarah, saya suka bagaiamana dia mengajarkan kepada kedua anaknya agar bisa menerima Kate. Karena bagaimanapun juga dia tetap anak pertama dari ayah mereka.

Hubungan Kate dengan kedua adiknya. Pada pertemuan awal mereka Grace yang terlihat mudah menerima, dia memang seperti itu, sangat vocal, sedangkan Gabe yang dasarnya pemalu dan tidak bisa langsung dekat dengan orang asing sulit menerima. Kate sempat terluka karena Meg lebih percaya mereka dalam asuhan orang lain daripada Kate sendiri, bahkan sangat senang dan akrab dengan sang pengasuh. Perhatian yang tulus dari Kate lama-lama meluluhkan Gabe, tapi kemiripan Kate dengan sang ayah baik sifat maupun rupa kadang membuat Grace cemburu.

Apakah hanya tentang keluarga dan politik saja? The Wrong Side of Right akan membawamu ke petualangan Kate yang tidak pernah dia bayangkan sebelumnya, bertemu cinta terlarang, dengan anak lawan ayahnya, Andrew -Andy Lawrence. Walau tidak banyak porsi romancenya, karena memang fokus utama tentang keluarga, saya sangat menyukai hubungan Kate dan Andy, yang bisa dibilang menegangkan. Menegangkan di sini dalam artian menebak kapan mereka bisa bertemu kembali. Karena sama-sama ikut kampanye, di mana jadwal tentu berseberangan, dan mereka tidak bisa bertemu secara terangt-terangan. Dan Andy cool sekali! Tipikal cowok rebel, masak bodoh tapi sweet. Suka dengan berbagai kejutan yang dia berikan untuk Kate.

Kekurangannya, sebagai hopeless romantic, tentu saya berharap dengan kisah cinta yang seharusnya diperbanyak, hahaha. Namun secara keseluruhan memuaskan, kok. Dari segi kemasan, untuk cover saya paling suka yang versi terjemahan ini, sedangkan untuk terjemahannya sendiri, tidak perlu diragukan lagi, feel-nya dapat banget. The Wrong Side of Right bisa dibilang buku debut Jenn Marie Thorne yang cukup sukses, dan kalau tidak salah ini terjemahan Daniel Santosa yang pertama juga, nggak kalah sukses kok, hehehe. 

Saya cukup puas dengan penyelesaian masalah, terjun di dunia politik memang harus mempersiapkan segala kemungkinan, hanya memberi dua jawaban, kalah atau menang. Namun, lebih dari itu, orang-orang yang mendukung di belakang yang setia, mendukung apapun hasilnya nanti adalah orang-orang yang tulus dan percaya pada kita, harus dipertahankan, karena tidak banyak orang seperti itu. Saya suka bagaimana cara Kate menangkis omongan tentang anak haram dan di luar nikah, tentang pandangan politik yang berbeda dengan ayahnya. Sesuatu yang membuat pembaca ikut berpikir, bahwa apapun kondisi kita, kita berhak hidup dan memiliki hak yang sama.

Bagi yang ingin membaca cerita remaja berbau dunia politik, pas banget karena tahun depan kita juga akan mengalami hal sama, boleh membaca buku ini sebagai referensi, bahwa peran anak muda cukup berpengaruh, loh. Bagi yang ingin membaca kisah cinta yang manis, masuk banget! Bagi yang mencari cerita bertema fatherhood, buku ini sangat saya rekomendasikan.


2 komentar:

  1. Sepertinya perlu dibaca sebelum 2019, hehe. Doakan berjodoh dengan GA-nya ;)

    BalasHapus
  2. reviewnya bagus sulis.. ya hana juga ngerasa romancenya kurang.. hehe

    BalasHapus

Silahkan berkomentar, jejakmu sangat berarti untukku :*